
ThePhrase.id - Desa Wisata Pemuteran di Buleleng, Bali, berhasil mendapatkan penghargaan bergengsi sebagai salah satu 52 Desa Wisata Terbaik Dunia 2025 dari United Nations Tourism (UN Tourism) atau Badan Pariwisata Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 2025.
Penghargaan ini diberikan kepada sejumlah desa wisata terbaik dalam acara Best Tourism Villages by UN Tourism — 2025 Ceremony & Third Annual Network Meeting, di Huzhou, Tiongkok pada bulan Oktober lalu.
Dalam ajang ini terdapat desa wisata dari 65 negara dan 270 kandidat desa, Desa Pemuteran, Bali menjadi salah satu dari 52 desa wisata terbaik yang terpilih. Selain Pemuteran, Desa Wisata Osing Kemiren dari Banyuwangi, Jawa Timur, juga terpilih dalam program peningkatan desa wisata tersebut.
Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menyatakan bangga atas prestasi ini dan menilai penghargaan tersebut sebagai pengakuan internasional terhadap kualitas pengelolaan desa wisata Indonesia. Ia berharap pencapaian ini bisa menginspirasi desa wisata lain untuk mengembangkan potensi alam, budaya, dan pemberdayaan masyarakat dengan prinsip inklusif dan berkelanjutan.
Deputi Pengembangan Destinasi Pariwisata, Hariyanto, yang menerima penghargaan bersama perwakilan desa, menjelaskan bahwa program Best Tourism Villages bertujuan mengangkat pariwisata sebagai pendorong pembangunan ekonomi dan kelestarian lingkungan di kawasan pedesaan.
Desa Pemuteran terkenal dengan keindahan alam pesisir, kekayaan budaya Bali, dan komitmen kuat terhadap pariwisata berkelanjutan melalui pelestarian ekosistem laut dan pengembangan ekowisata berbasis komunitas. Desa ini juga sudah mendapatkan penghargaan regional seperti kategori Community-Based Tourism (CBT) ASEAN Tourism Standard 2023-2025.
Kesuksesan Desa Wisata Pemuteran melengkapi prestasi desa wisata Indonesia sebelumnya di ajang internasional, termasuk Nglanggeran (2021), Penglipuran (2023), Jatiluwih (2024), dan Wukirsari (2024), yang memperkuat posisi Indonesia dalam jaringan desa wisata global.
Desa Wisata Pemuteran di Bali memiliki sejarah yang menarik dan berkembang pesat dari sebuah desa nelayan menjadi destinasi wisata internasional yang terkenal karena pelestarian lingkungan dan pengembangan ekowisata berbasis komunitas.
Nama Pemuteran berasal dari kata "memutar" yang mengacu pada arus lalu lintas lama yang harus berputar di sekitar Gunung Pulaki, lokasi yang juga menonjol di area tersebut. Awalnya, masyarakat Pemuteran sangat bergantung pada laut sebagai nelayan, namun dengan kondisi yang merusak terumbu karang akibat teknik penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, situasi menjadi kritis.
Pada akhir 1989, I Gusti Agung Prana, seorang pemandu wisata dan pelopor konservasi, mulai menginisiasi perubahan pola pikir warga dari yang semula hanya mengandalkan hasil laut menjadi pelaku pariwisata berkelanjutan.
Sejak saat itu, Pemuteran mulai fokus pada restorasi terumbu karang, pengembangan ekowisata, dan konservasi lingkungan dengan metode Biorock yang jadi salah satu contoh terbesar di dunia. Desa ini menjadi model ekowisata yang menggabungkan keindahan alam laut dan darat, termasuk pantai dan bukit hijau yang menawarkan berbagai aktivitas seperti diving, snorkeling, dan retret alam.
Pengembangan desa ini juga didukung oleh program pemerintah dan kolaborasi dengan LSM, sehingga selain meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, Pemuteran juga terus aktif melestarikan alam dan budaya setempat. Desa ini bahkan menjadi salah satu pionir desa wisata dengan konsep keberlanjutan di Bali utara, terkenal secara internasional berkat keunikannya dalam konservasi dan pariwisata berwawasan lingkungan. [Syifaa]