Thephrase.id - Marc Marquez kembali menancapkan dominasinya di dunia balap motor. Pembalap Spanyol resmi mengunci gelar juara dunia MotoGP 2025, trofi ketujuhnya di kelas premier, sekaligus menorehkan catatan bersejarah.
Kemenangan ini menjadi simbol kebangkitan. Setelah 2.184 hari sejak terakhir kali mengangkat trofi pada 2019, Marquez akhirnya kembali ke puncak. Banyak yang menyebutnya sebagai salah satu kebangkitan terbesar dalam sejarah olahraga.
Marquez mulai dikenal sebagai fenomena sejak musim debutnya pada 2013 dengan langsung meraih gelar juara dunia. Dalam tujuh musim pertama, enam kali ia menjadi kampiun dan memperkenalkan gaya balap "elbow down" yang ikonik. Akan tetapi, insiden Jerez 2020 mengubah arah kariernya.
Kecelakaan itu membuatnya mengalami patah tulang lengan kanan. Dari situ, jalan panjang penuh luka dimulai, operasi berulang, masalah penglihatan ganda, cedera bahu hingga tangan, hingga berbulan-bulan di luar lintasan.
Akan tetapi, Jepang kembali menjadi saksi sejarah. Di sirkuit negeri sakura, Marquez memastikan gelar juara dunia untuk keempat kalinya di negara tersebut, setelah sebelumnya pada 2014, 2016, dan 2018. Koleksi tujuh gelarnya kini menyamai legenda Italia, Valentino Rossi.
Musim ini, Marquez tampil luar biasa. Dengan lima seri tersisa, gelar juara sudah diamankan setelah ia finis kedua di Grand Prix Jepang. Adiknya sendiri, Alex Marquez, yang menjadi pesaing terdekat, tak mampu mengejar selisih poin.
Seusai melewati garis finis, Marquez mengangkat kedua tangan ke udara sebelum menangis dan berteriak. Emosi meledak pada pembalap yang sempat hampir menyerah setelah serangkaian cedera.
"Tidak mungkin saya bisa berbicara. Saya hanya ingin menikmati momen ini. Memang benar semuanya sangat sulit, super sulit. Sekarang saya terkesan pada diri saya sendiri bagaimana semua ini menjadi bagian dari saya," beber Marquez.
Cedera yang dialami pada 2020 sempat hampir memaksanya untuk pensiun. Operasi keempat yang dijalani pada 2022 akhirnya menjadi titik balik, memungkinkan ia mengatasi keterbatasan lengannya.
Demi mimpi kembali jadi juara, Marquez memutus kontrak dengan Honda. Setelah semusim membalap bersama tim satelit Gresini, ia akhirnya mendapatkan kursi pabrikan Ducati. Di sinilah gelar juara dunia ketujuhnya hadir.
Marquez mengaku sulit merangkai kata. Baginya, inilah akhir dari lembaran kelam yang sempat hampir mengakhiri kariernya.
"Tidak apa-apa. Saya memang membuat kesalahan dengan kembali terlalu cepat. Saya berjuang, berjuang, dan akhirnya menang lagi. Saya merasa damai," ucapnya.
"Hal pertama yang keluar dari diri saya adalah bahwa saya merasa damai dengan diri saya sendiri. Ada banyak orang yang membantu saya keluar dari situasi ini, itu sungguh mustahil. Anda membuat keputusan sesuai dengan apa yang Anda rasakan, tapi saya tidak ingin mengingatnya," bebernya.
"Saya ingin hidup di momen ini, saya merasa damai, ini adalah momen damai dan itu yang paling penting. Saya tidak ingin menyebut nama untuk berterima kasih karena tidak akan ada habisnya, tapi mereka tahu siapa mereka," lanjutnya.
"Yang paling rumit adalah… manusia punya kemampuan luar biasa untuk melupakan hal buruk dan memikirkan hal baik, setidaknya para optimis. Saya selalu melihat cahaya di ujung terowongan, mereka membantu saya untuk melihat lebih terang," ungkapnya.
"Saya mengikuti itu dan saya menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dengan memikirkan diri saya sendiri, bersikap egois karena orang-orang saya memintanya," tegas Marquez.
"Saya terjebak dalam lingkaran sejak jatuh di Jerez, saya membuatnya lebih buruk dengan balapan terlalu cepat, itu keputusan yang salah dan saya bisa menasihati orang lain. Itulah sebabnya saya mengatakan ini adalah Marc melawan Marc, dan sekarang saya merasa damai," ucapnya.