features

Ada Apa dengan Hacker China Retas Indonesia?

Penulis Aswan AS
Sep 20, 2021
Ada Apa dengan Hacker China Retas Indonesia?
ThePhrase.id - Ada apa dengan hacker China retas Indonesia? Pertanyaan ini menyeruak pasca dugaan pembobolan 10 kementerian oleh hacker China.

Pemerintah Indonesia juga dinilai tidak terlalu menganggap penting aksi hacker China yang diduga membobol 10 kementerian termasuk Polri dan BIN (Badan Intelijen Negara). Paling tidak dilihat dari respon terhadap aksi hacker China yang menamakan diri Mustang Panda yang melakukan aksi spionase siber di Asia Tenggara. Mereka disinyalir telah melakukan pembobolan ke instansi pemerintah Indonesia sejak Maret 2021.

Ilustrasi hacker. (Foto: pixabay/TheDigitalArtist)


Insikt Group melaporkan adanya aksi hack itu dan menemukan bahwa pada bulan April 2021, ada malware PlugX dari Mustang Panda di dalam jaringan pemerintah Indonesia. Insikt Group sendiri disebutkan sudah memberi tahu pemerintah Indonesia pada Juni dan Juli 2021. Namun menurut mereka, pihak pemerintah Indonesia saat itu belum memberikan tanggapan.

Dugaan hacker China membobol minimal 10 kementerian diberitakan The Record berdasarkan laporan dari Insikt Group, divisi riset ancaman siber milik Recorded Future. The Record mengatakan meminta konfirmasi Indonesia pada Juli dan Agustus namun tidak ditanggapi.

The Record mengaitkan spionase siber ini dengan kebijakan luar negeri China yaitu Belt and Road Initiative. Ini adalah langkah kerja sama ekonomi global China. Negara yang diajak dalam kerja sama Belt and Road Initiative ini menurut The Record menjadi target untuk spionase siber.

Sumber The Record mengatakan bulan Agustus itu, pemerintah mencari dan membersihkan sistem yang terinfeksi. Namun beberapa hari kemudian, Insikt mengatakan jaringan pemerintah Indonesia masih terhubung dengan server malware Mustang Panda.

Anggota Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Fikarno. (Foto: dok. DPR RI/Arief/nvl/)


Sebelumnya anggota Komisi I DPR RI dari fraksi Golkar, Dave Laksono meminta pemerintah serius menanggapi dugaan pembobolan terhadap 10 kementerian dan lembaga yang dibobol oleh hacker China. Dave menilai pembobolan data itu bukti lemahnya sistem digitalisasi di RI.

"Hal ini perlu direspons secara serius ya, apalagi ini berkaitan dengan keamanan negara. Bukan hanya permasalahan data pribadi masyarakat umum. Akan tetapi juga mengenai data-data keamanan negara," kata Dave kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Dave mengkritik tentang lemahnya sistem digitalisasi kita, padahal kita sudah menggembor-gemborkan industry 4.0 dan juga internet of things (IoT). Sementara masyarakat terus didorong untuk diarahkan ke sistem elektronik.

Polri menanggapi desakan ini dengan menyebut pihaknya telah berkoordinasi dengan Kominfo dan kementerian terkait lainnya.

"Ya dikoordinasikan ke kementerian tersebut," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono.

Namun, hingga saat ini belum ada keterangan tentang tindakan atau penyelidikan terhadap dugaan pembobolan ini.

Kapal Perang China Di Laut Natuna

Tak berselang lama dari kabar aksi hacker China menerobos lembaga pemerintah, nelayan di sekitar perairan Natuna melaporkan kapal perang China yang wara-wiri di Laut Natuna yang membuat nelayan takut untuk melaut.

Ketua Aliansi Nelayan Natuna, Hendri, menunjukkan sejumlah video yang diambil oleh nelayan pada koordinat 6.17237 Lintang Utara dan 109.01578 Bujur Timur. Peristiwa itu diketahui terjadi di Laut Natuna Utara pada Senin, 13 September 2021.

Kapal perang TNI AL di Natuna, Indonesia (10/01/2020). (Foto: Antara Foto/M Risyal Hidayat/via REUTERS)


Adapun kapal yang terlihat paling jelas adalah destroyer Kunming-172. Dalam video yang diperlihatkannya itu, terlihat ada enam kapal perang asal China yang berada di perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia.

Video ini kemudian dibenarkan oleh Bakamla (Badan Keamanan Laut). Bakamla menyatakan kapal-kapal China di perairan Natuna Utara dekat Laut China Selatan kerap mengganggu aktivitas pertambangan kapal-kapal Indonesia. Bahkan ratusan hingga ribuan kapal China juga memasuki perairan Indonesia tanpa terdeteksi radar.

"Kapal coast guard China pun masih mengganggu atau membayang-bayangi kerja daripada rig noble yang berbendera Indonesia di bawah (Kementerian) ESDM," kata Laksda S. Irawan, Sekretaris Utama Bakamla dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi I DPR beberapa waktu lalu.

Laut Natuna adalah salah satu kawasan yang kerap menjadi tempat nelayan asing mencuri ikan di wilayah Indonesia. Aksi pencurian itu tidak hanya dilakukan oleh kapal kayu yang berukuran kecil tetapi juga kapal besi berukuran raksasa milik perusahaan negara asing yang dilengkapi dengan alat tangkap dan pengolahan ikan modern. China adalah salah satu negara asal nelayan yang kerap mencuri ikan di perairan Natuna itu. Selain China, nelayan Thailand, Kamboja, Vietnam dan Malaysia juga biasa melakukan illegal fishing di kawasan itu.

"Begitu dilihat kasat mata ataupun langsung pengamatan udara, itu bahkan sampai ratusan mungkin ribuan kapal yang ada di sana," ujar Irawan.

Tentu saja keberadaan kapal perang China di Natuna tidak sekadar mengamankan nelayan mereka yang mencuri ikan di situ, tetapi pasti ada agenda yang lebih besar. Mereka sudah melakukan infilterasi di jaringan cyber pemerintah Indonesia, menerebos wilayah laut Indonesia, sementara di darat ribuan pekerja China sudah tersebar masuk di beberapa willayah Indonesia dengan alasan investasi dan kerja sama.

Ada apa di balik ini semua? Apakah karena kita yang lemah dan tak berdaya atau karena memang ada yang membuka pintu sehinga mereka bebas keluar masuk dengan semena-mena? (Aswan AS)

Tags Terkait

 
Related News

Popular News

 

News Topic