trending

Adopsi Boneka Arwah, Normal atau Tidak?

Penulis Firda Ayu
Jan 08, 2022
Adopsi Boneka Arwah, Normal atau Tidak?
ThePhrase.id – Tren adopsi boneka arwah atau spirit doll nampaknya kini tengah menggemparkan dunia hiburan Tanah Air. Boneka yang awalnya merupakan benda mati diadopsi dan diperlakukan selayaknya makhluk hidup.

Bahkan beberapa artis menganggap boneka arwah ini adalah anak atau bayi mereka. Seperti artis dan desainer kondang Ivan Gunawan yang secara terang-terangan mengumumkan bahwa ia mengadopsi boneka arwah dan menganggap boneka ini sebagai anaknya sendiri dan bahkan diberi nama Miracle Putra Gunawan dan Marvelous Putra Gunawan.

Tak hanya Ivan Gunawan saja, beberapa artis juga nampaknya menganggap ini sebagai tren seperti Ruben Onsu, Soimah, Roy Kiyoshi, Celine Evangelista, dan beberapa artis lainnya yang juga turut mengadopsi boneka arwah. Bahkan Celine mengadopsi lebih dari satu boneka arwah.

Prof. Nurul Hartini, ahli psikologi kepribadian, psikologi abnormal, dan kesehatan mental. (Foto: dok. pribadi)


Menilik fenomena ini, dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (FPsi Unair), Nurul Hartini melihat fenomena ini sebagai hal yang patut menjadi perhatian dan hal ini mampu menjadi tindakan yang  mengarah kepada perilaku yang tidak wajar.

“Ketika seseorang menganggap boneka tersebut hidup dan percaya bahwa mereka akan bertumbuh besar, maka hal itu telah keluar dari batas akal sehat. Perilaku tersebut menjadi keanehan tersendiri yang disebabkan oleh berbagai faktor,” tutur Nurul.

Nurul juga menganggap bahwa bisa saja hal ini dijadikan ajang mencari sensasi saja agar popularitas artis tersebut bisa naik. Namun, ia menambahkan bahwa mengadopsi dan memperlakukan boneka arwah secara berlebihan justru mampu merugikan kesehatan mental seseorang.

“Karena apabila perilaku tersebut dibiarkan terjadi secara terus-menerus, maka akan berdampak terhadap kondisi kesehatan mental seseorang. Jika ketidakwajaran itu tidak segera dihentikan, maka berisiko pada keadaan psikopatologinya (ketidakstabilan fungsi kejiwaan yang meliputi indera, kognisi, dan emosi, Red). Segala kondisi berisiko harus ditangani sedini mungkin agar tidak semakin sulit untuk mengembalikan kepada kondisi yang rasional dan realistis,” tambah Nurul.

Ivan Gunawan bersama boneka arwahnya, Miracle dan Marvel (Foto: instagram/ivan_gunawan)


Diperlakukan dengan hal khusus seistimewa apapun, boneka sejatinya tetaplah hanya benda mati dan tak mampu memberi pengaruh apapun terlepas dari perlakuan sang pemilik.

Nurul menambahkan bahwa sebelum memperlakukan boneka secara spesial, kita perlu mencari tahu juga alasan kita melakukan hal tersebut. Sebab apabila hal tersebut hanya mengarah kepada perilaku negatif yang melampaui batas kewajaran, maka harus segera dihentikan agar tidak terjebak di situasi  kurang sehat, baik secara psikologis maupun mental.

Orang-orang sekitar juga perlu memperhatikan perilaku individu yang berperilaku di luar batas tersebut dan berkewajiban untuk membantu mereka. Nurul juga menyarankan agar orang terdekat menanyakan terlebih dahulu penyebab mereka bertindak demikian. Jika penyebab orang memperlakukan boneka arwah secara spesial masih rasional, maka Nurul menganggapnya tidak apa-apa.

Namun, jika ketidakwajaran semakin jelas terlihat, seperti ketika individu tersebut benar-benar menganggap boneka arwah ini hidup, maka kita sebagai orang terdekat harus memberi nasehat bahwa perilaku ini mampu mengkhawatirkan atau merugikan kesehatan mental orang tersebut.

Nurul juga menyarankan agar orang terdekat membantu mengarahkan mereka untuk datang ke psikolog atau psikiater jika perilaku menkhawatirkan tersebut tidak kunjung pulih atau tidak ada perubahan perilaku.

“Kuncinya adalah rasional, realistis, dan proporsional. Selama tiga hal itu terpenuhi, maka kita senantiasa objektif dalam memikirkan, merasakan, dan melakukan segala hal,” tandas dosen yang juga anggota Ikatan Psikologi Klinis Indonesia tersebut.

Menariknya, boneka arwah ternyata juga mampu memberikan pengaruh positif bagi pemiliknya. Boneka arwah bagi sebagian orang mampu menjadi alat untuk coping stress atau strategi pemulihan mental bagi orang-orang yang kehilangan anak.

“Misalnya ketika seseorang pernah kehilangan anaknya, maka boneka dapat menjadi terapi psikologis bagi mereka. Karena secara psikologis juga boneka bisa menjadi sarana penyegaran pikiran bagi individu selama tidak berlebihan dan harus tetap di bawah pendampingan dari psikolog atau psikiater,” tandas Nurul. [fa]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic