ThePhrase.id - Pada musim kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, muncul dua calon presiden yang tampil dengan pola kampanye khas yang menjadi “trade mark” ketika mereka tampil di depan publik. Kedua capres itu adalah Anies Baswedan dan Prabowo Subianto. Anies selalu tampil dengan gagasannya dan Prabowo mulai dilirik dan diingat publik karena goyang gemoynya. Sementara Ganjar Pranowo yang dulu kerap tampil dengan lari paginya, sepertinya tidak melanjutkan cara itu dalam masa kampanye ini.
Anies yang dulu disebut pembencinya sebagai ahli menata kata karena kemampuannya dalam menyusun kalimat dan kata, menjadikan keterampilan itu sebagai senjata untuk menaklukkan berbagai kalangan yang ingin tahu tentang pandangan dan programnya sebagai seorang calon presiden.
"Alhamdulillah Tuhan memberkati, Tuhan memberikan taufik, memberikan petunjuk sehingga saya bisa mengkomunikasikan gagasan. Allah yang berikan itu semua, itu bukan buatan saya," kata Anies, di Bandung 29 Nopember 2023, menanggapi dirinya disebut sebagai ahli tata kata.
Dengan pengalamannya sebagai seorang aktifis, akademisi, birokrat dan politisi, Anies tampil dengan skill menata kata itu layaknya seorang petarung kelas penjelajah yang melayani semua orang dari beragam kelas untuk adu gagasan. Mulai dari ulama, santri, guru besar, wartawan, dosen, mahasiswa, milenilal, gen z, ibu rumah tangga, petani, nelayan dan lain-lain.
Keberhasilannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, kerap menjadi referensi untuk menjawab banyak pertanyaan, terutamma tentang apa yang akan dikerjakan jika terpilih sebagai presiden. Menurutnya, rekam jejak adalah predictor terbaik untuk melihat apa yang akan dikerjakan seseorang setelah menjabat.
“Kita tidak perlu mengarang-ngarang dan juga tidak perlu melebih-lebihkan capaian, kenapa? Karena kita percaya diri dengan rekam jejak, kita percaya diri dengan rekam karya, kita percaya diri dengan rekam gagasan yang ada selama ini,” kata Anies di acara Apel Siaga PKS 20023 di Stadion Madya GBk, Jakarta Pusat, Minggu (26/2/2023).
Masa kampanye dan posisinya sebagai calon presiden memberikan keleluasaan untuk menjawab berbagai isu miring tentang dirinya yang beredar di media sosial selama ini. Anies juga memanfaatkan posisi itu untuk mengkritik berbagai program pemerintah yang menjadi sorotan publik seperti Ibu Kota Nusantara (IKN).
"Ketika tujuan membangun kota baru dan ibu kota baru adalah dengan alasan pemerataan, maka itu tidak menghasilkan pemerataan yang baru. Mengapa? Karena itu akan menghasilkan sebuah kota baru yang timpang dengan daerah-daerah yang ada di sekitarnya," ujar Anies. Pada acara dialog terbuka di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (22/11).
Dalam beberapa kesempatan Anies juga mengingatkan aparat negara yang ikut cawe-cawe menggunakan jabatannya untuk memenangkan salan satu paslon peserta pemilu.
"Bila terima perintah untuk tidak netral, maka jawab, saya pernah disumpah, dan sumpah saya, mengatakan saya harus netral, katakan itu pada atasan," ujar Anies di GOR Pancing, Medan, Sumatera Utara, Minggu (3/12).
Dengan kekuatan gagasan ini, Anies kerap tampil seperti seorang dosen atau guru yang sedang mengajarkan berbagai aspek dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kubu Anies-Muhimain memaksimalkan kekuatannya ini sebagai senjata utama untuk meraih dukungan dan tidak ingin jor-joran berkampanye dengan alat kampanye lain seperti baliho atau reklame yang menyedot banyak anggaran. Maka saat menjawab pertanyaan itu pada acara 'Desak Anies” di Medan Minggu 3 November 2023, Anies dengan berseloroh mengatakan banyak gagasan lebih baik daripada banyak baliho.
"Lebih baik balihonya sedikit tapi gagasannya banyak, dari pada balihonya banyak dimana-mana, tapi tidak ada gagasan yang dimunculkan," ujar Anies.
Dan memang terbukti gagasan, Anies mendominasi media sosial dengan ceramah dan gagasannya dalam banyak forum dan kesempatan.
Menghadapi gelombang massif politik gagasan Anies, kubu Prabowo – Gibran mencoba menghadirkan satu pola kampanye yang dapat mencuri perhatian publik. Kampanye itu dengan mempopulerkan Goyang Gemoy, sebuah goyang atau gerakan yang diambil dari joget khas yang kerap ditampilkan Prabowo di banyak kesempatan. Dan Gemoy sendiri adalah kata di kalangan anak-anak muda untuk menyebut sesorang yang gemuk dan menggemaskan.
Goyang gemoy ini sukses mencuri perhatian banyak netizen, terutama para anak milenial dan generasi Z yang sempat viral di TikTok, beberapa waktu lalu. Goyang Gemoy ini menjadi ekspresi pemilu sebagai pesta rakyat yang menyenangkan yang harus dijalankan dengan happy.
Akun: @masnukho©2023, menulis pandangan tentang Goyang Gemoy di kaskus. “Gaya santai dan gemoy Prabowo ini berhasil menarik simpati banyak orang. Banyak pengamat politik yang bilang kalau Prabowo yang tampak happy dan santai ini lebih diterima oleh masyarakat. Makanya, dukungan buat Prabowo-Gibran semakin bertambah menjelang Pilpres 2024. Wah, fenomena yang menarik, ya!”
Aksi goyang gemoy ini mulai populer sejak Prabowo Subianto berjoget seusai mengambil nomor urut di Gedung KPU RI, Selasa (14/11/2023), yang menyita perhatian publik.
Ketua DPD Golkar Jawa Timur M Sarmuji melalui keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (15/11/2023), mengungkapkan Goyang Gemoy itu sebagai pertanda Paslon nomor urut 2 akan menang. Karena dengan goyang itu memperlihatkan Prabowo Subianto lebih santai dan menyenangkan yang akan menumbuhkan simpati pemilih hingga melahirkan dukungan. Sehingga gaya santai dan gemoy Prabowo juga cenderung dapat diterima semua kalangan.
"Itu merupakan tanda-tanda alam, Insya Allah Prabowo-Gibran menang di Pilpres 2024, syukur-syukur satu putaran," kata Sarmuji.
Prabowo sendiri mengungkapkan tarian spontannya itu adalah sebuah gerakan yang sudah ada dalam alam bawah sadarnya yang terbentuk dari kebiasaan eyangnya menyambutnya
"Jadi setiap kali saya ke rumah eyang saya, saya disambut dengan tarian kayak begitu dari kecil. Yang menari eyang saya, dia sambut saya, selalu begitu," kata Prabowo dalam acara Mata Najwa, Senin (20/11/2023).
Kebiasaan joget seperti itu juga kerap dipraktekkan bapaknya, Sumitro yang spontan berjoget apabila menerima berita bagus.
Sejumlah relawan Prabowo-Gibran sudah melakukan upaya untuk mempopulerkan goyang gemoy ini. Seperti relawan Prabowo-Gibran yang berjoget bersama di kawasan Titik Nol Kilometer, Malioboro Jogja pada Minggu (26/11/2023).
Demikian juga, di Bandung para relawan paslon nomor urut 2 itu melakukan aksi aksi goyang gemoy untuk menyemarakkan dukungan pada Prabowo-Gibran, di Jalan Raya Pasteur tepat di depan baliho "Gaspoll Bro! Prabowo-Gibran" 4 Desember 2023.
Apakah politik Goyang Gemoy Prabowo, dapat menjadi kampanye yang ampuh untuk membendung politik gagasan Anies Baswedan. Kita tunggu saja perjalanannya hingga 14 Februari 2024 mendatang. (Aswan AS)