trending

Agar Baliho Tak Berbuah Bully

Penulis Aswan AS
Aug 12, 2021
Agar Baliho Tak Berbuah Bully
ThePhrase.id - Membaca komentar para netizen tentang maraknya baliho-baliho tokoh politik yang “menjual diri” kepada publik akhir-akhir ini, bisa jadi hiburan tersendiri. Karena sebagian besar komentar itu disampaikan dengan satire dalam bentuk susunan kata ataupun dengan meme berupa kartun atau gambar dan foto hasil montase.

Pada awal kemunculannya, baliho itu menuai banyak kritik. Tak hanya dari netizen tetapi akademisi juga banyak yang memberikan komentar negatif.

Baliho Ketua DPR RI, Puan Paharani. (Foto: Antara/HO-PDIP)


"Jangan sampai masyarakat juga jadi muak karena pesan komunikasinya tidak bermanfaat buat mereka dan tampilan balihonya ada di mana-mana, terlalu over," kata Hendri Satrio, pengamat politik dari Universitas Paramadina.

Komentar para netizen di berbagai flatform media sosial tidak kalah nyelekit. Saking nyelekitnya banyak media online yang menghapus komen netizen di kolom komentar medsosnya. Intinya, baliho itu dinilai sebagai perilaku yang tidak simpatik karena waktu yang tidak pas di tengah masyarakat yang kesulitan akibat hantaman pandemi covid 19.

Namun demikian ada juga netizen yang melihat sisi positif dari menjamurnya baliho tokoh parpol ini. Hadiono misalnya, seorang netizen di Purwokerto melihat baliho sebagai sesuatu yang dapat menggerakkan ekonomi. Dia menghitung biaya cetak baliho, ongkos pemasangan dan pajak dikali 514 kabupaten/kota dikali jumlah titik pemasangan dikali 4 tokoh parpol. Maka, akan didapatkan angka yang luar biasa.

Sebagai pegiat media sosial Hadiono paham keberadaan baliho tokoh parpol itu mengundang reaksi negatif. Karena itu di awal postingannya Hadiono minta agar postingan ini tidak ikut dibully.

Cara merespon netizen yang cukup menggelitik adalah meme atau foto baliho yang diplesetkan. Seperti baliho yang dipasang di padang pasir, di bulan hingga jadi penutup jamban di atas empang dengan caption “the right baliho on the right place”. Meskipun tidak memberi komentar tapi tak urung orang yang melihat meme itu ikut tersenyum atau membagikannya di berbagai flatform media sosial.

Baliho Puan Maharani di Surabaya (Foto: Antara)


Boleh jadi tak ada yang salah, tapi secara etis dan sosial pemasangan baliho secara massif itu tetap akan dinilai tidak tepat di tengah masyarakat yang sedang berjibaku menghadapi kesulitan hidup akibat pandemi.

Mungkin saja dengan baliho itu seorang tokoh akan populer, tetapi yang harus diingat, popularitas itu tidak akan selalu berbanding lurus dengan elektabilitas. Maka perlu sikap bijak sebelum bertindak, agar pemasangan baliho tidak berbuah bully. (Aswan AS)

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic