Thephrase.id - Kisah An San di Olimpiade Tokyo 2020 bisa menginspirasi siapa saja. Ceritanya begitu viral. Hujatan dan cacian yang menjurus seksisme, mampu dijawabnya dengan meraih tiga medali emas.
Foto: dok. worldarchery.sport
Semua berawal dari hinaan seksisme dari netizen negaranya sendiri, Korea Selatan. Netizen julid beramai-ramai mengomentari potongan rambut pendek An San.
Sebagai perempuan An San dihujat tidak feminin. Bahkan ketika memborong tiga emas pun masih dikata-katai. Misalnya disuruh mengembalikan medali emas Tokyo 2020.
Namun semua hujatan itu tidak dipedulikannya. An San tetap fokus lomba. Ketenangannya sangat bagus. Itu terlihat saat lomba di nomor individu putri, Jumat 30 Juli 2021, detak jantung An San begitu tenang. Tampak di layar monitor angkanya 119 beats per minute atau bpm.
Foto: dok. worldarchery.sport
Sedangkan lawannya di final, yaitu Osipova, dari ROC, rekam jantungnya malah 167 bpm. Hal itu menandakan tingkat ketegangan yang dirasakan.
An San meraih tiga medali emas dari cabor panahan nomor beregu campuran, beregu putri, dan individu. Itu rekor tersendiri karena menjadi atlet perempuan pertama sejak Olimpiade 1904, yang meraup tiga emas di panahan.
Tidak cukup sampai di situ, An San juga mencatat perolehan poin yang memecahkan rekor. Ini terjadi saat mengumpulkan 680 dalam kualifikasi individu.
Jumlah poin itu menumbangkan catatan pemanah Ukraina, Lina Herasymoneko, di Olimpiade Atlanta 1996. Kala itu Lina meraih 673 poin.
Profil An San
Foto: An San (The Bridge)
Namanya pendek saja, An San. Begitu yang tertulis dalam daftar atlet Tokyo 2020. Dia lahir pada 27 Februari 2001. Jadi sekarang usianya 20 tahun.
An San punya nama panggilan Sanni, atau sering juga dipanggil Meong San yang artinya San si Pelamun. Saat ini dia masih kuliah di Gwangju Women's University.
Dia menggeluti olahraga panahan sejak bangku sekolah dasar. Seperti dikutip dari Gwangju MBC, An San ikut panahan di sekolahnya karena ingin dapat snack.
Ketika itu klub panahan di sekolah dasar hanya ada untuk anak laki-laki. Tapi An San ingin tetap ikut panahan, sehingga orangtuanya harus minta dispensasi ke sekolah.
Keinginan kuat An San ikut panahan saat SD sepenuhnya benar. Karena sekarang mampu mencetak sejarah, meraup 3 medali emas dalam satu edisi Olimpiade. (Nadira)