ThePhrase.id – Anak yang sering tak diperhatikan karena memiliki saudara yang memiliki kebutuhan khusus sering disebut sebagai glass child. Anak dengan sindrom glass child biasanya akan merasa bahwa ia mampu merawat diri sendiri karena saudaranya membutuhkan perhatian yang lebih dari orang tuanya.
Meski disebut “sindrom glass child”, kondisi ini bukanlah sebuah diagnosa medis atau kesehatan mental melainkan istilah untuk menggambarkan tantangan yang dialami oleh anak yang tumbuh dengan saudara kandung yang memiliki kebutuhan khusus.
Eli Hardwood, terapis berlisensi menjelaskan bahwa glass child ini merujuk pada anak yang kebutuhan emosional atau relasionalnya tidak terlihat karena saudara kandungnya memiliki kebutuhan yang lebih kompleks atau intensif.
"Anak dengan sindrom glass child belajar sejak dini untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan jarang mengekspresikan perasaan," jelasnya.
Glass child dari sebuah keluarga biasanya tampak lebih dewasa dan tenang. Hal ini dianggap sebagai kekuatan karena orang dewasa di sekitarnya cenderung memiliki pandangan positif terhadap sikapnya.
Namun, kekuatan ini juga dapat menjadi sebuah kerentanan bagi anak, sebab anak akan sulit untuk mencari bantuan ketika mereka sangat membutuhkannya.
Selain itu, anak tersebut dapat merasa selalu terpinggirkan oleh kebutuhan dan perhatian yang diberikan kepada saudara mereka yang memiliki kondisi tertentu.
Meskipun merawat anak yang sakit membutuhkan banyak perhatian dan sumber daya, sebagai orang tua perlu diingat pentingnya untuk menyediakan waktu dan perhatian bagi kesejahteraan semua anak dalam keluarga.
Penting untuk memastikan bahwa kebutuhan anak-anak yang sehat juga diperhatikan, sama halnya dengan anak-anak yang sedang sakit. Dengan meluangkan waktu khusus dan upaya ekstra dalam membangun kedekatan, orang tua dapat memastikan bahwa glass child mereka tidak merasa diabaikan atau kurang mendapat dukungan.
Terkadang glass child akan merasa bahwa dirinya harus menjadi “anak yang sempurna”. Maka dari itu orang tua harus meyakinkan mereka bahwa kebahagiaan mereka sama pentingnya dengan kebahagiaan saudara mereka. Mereka tidak sendirian dalam pengalaman ini, dan kesehatan mereka jauh lebih penting daripada menjadi "saudara yang sempurna."
Selain itu, perasaan bersalah akan muncul pada anak dengan sindrom glass child ketika mereka ingin hidup lebih independen. Mereka akan merasa dirinya egois ketika meluangkan waktu untuk diri sendiri karena sering dijadikan sumber bantuan.
Untuk menghindari perasaan bersalah dan tanggung jawab atas saudaranya, orang tua perlu mengingatkan kembali bahwa itu bukan tugas glass child. Tak hanya itu, orang tua harus meyakinkan kepada mereka bahwa mengejar kesuksesan pribadi adalah hal yang patut dipuji, bukan egois, dan mereka berhak mengejar impian mereka tanpa ragu.
Dengan begitu, kondisi sindrom glass child yang dialami anak tidak akan memperburuk kesehatan mental mereka akibat perasaan memiliki beban tanggung jawab atas diri mereka sendiri dan keluarga. [Syifaa]