ThePhrase.id – Journaling atau menulis jurnal adalah salah satu cara untuk mengabadikan momen-momen dalam kehidupan sehari-hari. Namun belakangan ini, muncul istilah junk journaling yang semakin populer. Lalu, apa sebenarnya perbedaan antara journaling dan junk journaling?
Junk journaling pada dasarnya mirip dengan journaling, yaitu kegiatan mendokumentasikan berbagai momen kehidupan dalam sebuah buku. Bedanya, junk journaling dilakukan dengan memanfaatkan benda-benda yang sering dianggap sebagai sampah, lalu mengubahnya menjadi kenangan yang layak disimpan.
Yang dimaksud dengan "sampah" di sini bisa berupa tiket kereta, boarding pass, tiket bioskop, bungkus makanan, hingga stiker buah atau barang-barang yang biasanya dibuang karena dianggap tidak berguna.
Dalam junk journaling, benda-benda tersebut justru dikumpulkan dan disusun dalam sebuah jurnal, menciptakan catatan visual yang penuh makna dan kenangan. Junk journal dapat disebut juga sebagai scrapbook yang tidak memiliki aturan atau struktur tertentu yang harus diikuti.
Meski terlihat lebih rumit daripada menulis jurnal, junk journaling dapat menjadi ruang untuk melatih kreativitas dalam membuat jurnal yang lebih personal. Tak perlu mengikuti peraturan, siapapun dapat melakukan junk journaling yang mengombinasi antara menulis jurnal dan seni yang unik.
Karya handmade ini menjadi lebih personal dan bermakna karena dipenuhi oleh sisa-sisa barang yang penuh memori.
Junk journaling juga bisa menjadi alternatif bagi mereka yang merasa menulis jurnal terasa membosankan atau sulit dilakukan secara konsisten. Dengan pendekatan yang lebih visual dan kreatif, aktivitas ini tetap memungkinkan seseorang untuk merekam kenangan tanpa harus selalu menuliskannya dalam bentuk kata-kata.
Kegiatan ini juga bermanfaat bagi mereka yang memiliki sentimen mendalam terhadap suatu benda, sehingga merasa sayang untuk membuangnya, seperti tiket konser atau bunga yang ditemukan di pinggir jalan. Melalui junk journaling, barang-barang tersebut bisa disimpan dan dijadikan bagian dari catatan kenangan yang bermakna.
Tak hanya itu, junk journaling juga cocok bagi seseorang yang tidak perfeksionis, namun tetap ingin merasa memiliki kendali atas hidupnya. Melalui aktivitas ini, mereka dapat menata ulang keseharian dan membangun narasi visual yang mencerminkan pengalaman pribadi dengan cara yang bebas dan otentik.
Beberapa manfaat yang didapat dari kegiatan ini adalah:
Junk journaling memberi ruang untuk menyalurkan kreativitas lewat kolase, gambar, dan susunan benda-benda unik tanpa aturan baku.
Proses menyusun jurnal secara manual bisa menjadi aktivitas yang menenangkan dan membantu meredakan pikiran, mirip seperti meditasi.
Meskipun tidak selalu menulis panjang, menyusun halaman jurnal bisa jadi momen untuk merenungkan perasaan dan pengalaman hidup.
Bagi mereka yang tidak terlalu suka keteraturan, junk journaling memberi kebebasan untuk menciptakan sesuatu yang "berantakan tapi bermakna", yang tetap memberi rasa memiliki kendali dalam hidup. [Syifaa]