lifestyle

Apa Itu Task Masking? Fenomena Pura-Pura Produktif Tanpa Menghasilkan Pekerjaan yang Berarti

Penulis Ashila Syifaa
Aug 09, 2025
Ilustrasi seseorang yang sedang melakukan task masking. (Foto: Freepik.com)
Ilustrasi seseorang yang sedang melakukan task masking. (Foto: Freepik.com)

ThePhrase.id - Pernahkah kamu melihat rekan kerja yang tampak sangat sibuk, tetapi pekerjaannya tak kunjung selesai? Fenomena ini kini banyak ditemukan di dunia kerja, di mana seseorang berusaha terlihat sibuk, padahal sebenarnya tidak mengerjakan apa-apa. Fenomena tersebut dikenal dengan istilah task masking.

Beberapa ahli menyebut bahwa fenomena ini mulai marak terjadi setelah masa kerja dari rumah (work from home/WFH) berakhir dan para pekerja kembali diwajibkan bekerja dari kantor (work from office/WFO). Hal ini didukung oleh survei dari Bospar yang menunjukkan bahwa 61% orang merasa lebih produktif saat bekerja dari rumah dibandingkan di kantor.

Secara harfiah, task masking berarti "menyembunyikan pekerjaan". Istilah ini menggambarkan perilaku seseorang yang berpura-pura bekerja keras dan tampak sibuk atau produktif, padahal sebenarnya tidak melakukan pekerjaan apa pun yang berarti.

Beberapa bentuk task masking yang umum dilakukan antara lain:

  • Mengetik dengan suara keras atau terlihat aktif di depan komputer tanpa menghasilkan pekerjaan nyata.
  • Sering berpindah tempat sambil membawa laptop untuk menciptakan kesan sibuk.
  • Menghabiskan waktu dalam rapat atau pertemuan yang sebenarnya tidak diperlukan.
  • Membalas email pada jam-jam tidak biasa agar terkesan selalu aktif.
  • Menjadwalkan "tugas mendesak" yang sebenarnya tidak penting.

Task masking bisa menjadi tameng bagi pekerja yang enggan menyelesaikan tugasnya. Dengan berpura-pura sibuk, mereka dapat menciptakan ilusi seolah memiliki beban kerja yang berat. Sayangnya, perilaku ini tidak memberikan manfaat apa pun, baik bagi perusahaan maupun individu itu sendiri. Justru, ini dapat menurunkan produktivitas tim dan menciptakan budaya kerja yang tidak sehat.

Namun, task masking tidak selalu muncul karena kemalasan atau kelicikan. Menurut Forbes, fenomena ini juga bisa menjadi sinyal adanya masalah dalam kepemimpinan tim. Dalam lingkungan kerja yang baik, seorang pemimpin yang kuat akan mampu menginspirasi, menantang, dan memberi arahan yang jelas kepada timnya. Ketika seseorang merasa termotivasi dan memiliki tujuan yang berarti, mereka tidak akan merasa perlu berpura-pura bekerja.

Selain itu, task masking juga bisa menjadi salah satu cara bagi pekerja untuk mengejar work life balance. Maka, task masking tak selamanya menjadi alasan tidak ingin bekerja, tetapi adanya rasa burn out di kantor. 

Meskipun begitu, task masking juga bisa terjadi karena kurangnya pekerjaan yang diberikan untuk mengisi jam di kantor. 

Cara Mengatasi Task Masking

Menurut para ahli, solusi untuk mengurangi task masking antara lain:

  • Menciptakan budaya kerja yang berbasis hasil, bukan sekadar jam kehadiran.
  • Memberikan kejelasan tentang ekspektasi kerja dan tujuan organisasi.
  • Meningkatkan komunikasi antara atasan dan karyawan serta memberi ruang untuk diskusi mengenai hambatan produktivitas.
  • Menghargai kontribusi dan hasil kerja nyata daripada “performative productivity” atau penampilan belaka.

Tak hanya itu, orang yang sering melakukan task masking tak patut untuk terus diberikan toleransi, terutama bagi mereka yang tak menghasilkan pekerjaan yang bermanfaat. Sebab, hal ini dapat memberikan sinyak kepada pekerja dengan perfoma yang baik bahwa berpura-pura bekerja bisa mendapatkan apresiasi yang sama. [Syifaa]

Tags Terkait

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic