ThePhrase.id – Apakah kamu merasa sudah berusaha keras dalam sebuah hubungan, tetapi pada akhirnya berujung kandas? Mungkin ini bukan salah siapa-siapa, mungkin kamu kurang cocok, atau mungkin menurut taxi cab theory atau teori taksi, bagi pria cinta bukan soal komitmen melainkan timing yang tepat.
Belakangan ini istilah taxi cab theory sering digunakan di media sosial untuk membahas sebuah hubungan yang telah lama dijalin, namun bukannya melangkah ke jenjang yang lebih serius seperti pernikahan, hubungan tersebut malah berakhir tanpa kejelasan atau gagal mencapai komitmen yang diharapkan.
Lalu apa arti sebenarnya dari taxi cab theory dan bagaimana teori ini dapat menavigasi sebuah hubungan?
Menurut Verywell Mind, taxi cab theory merupakan sebuah ide yang berpusat pada pria yang mengatakan bahwa mereka berkomitmen berdasarkan timing atau ketepatan waktu. Afton Turner, LPCA, seorang terapis hubungan mengatakan bahwa teori tersebut menjelaskan bahwa pria akan memutuskan kapan mereka siap untuk menikah, jika timing-nya tepat ibaratnya seperti menyelakan lampu taki memberikan sinyal bahwa taksinya kosong dan siap untuk membuka komitmen untuk orang selanjutnya. Pada dasarnya, semua tentang timing kapan dia siap untuk berkomitmen dan menikah dengan orang berikutnya.
Banyak yang mengatakan bahwa teori ini merupakan ide yang problematik karena berdasarkan sebuah gender dan bukan berdasarkan penelitian atau data psikologi. Hal ini juga memberikan pandangan buruk terhadap pria di mana yang menganggap semua pria akan memutuskan untuk berkomitmen ketika siap tanpa memandang dengan siapa mereka berhubungan.
Pasalnya, teori ini pertama kali digunakan dalam sebuah serial TV berjudul 'Sex and the City' di mana salah satu karakternya, Miranda Hobbes, mengatakan bahwa pria itu seperti taksi, ketika mereka kosong, lampunya akan nyala. Dalam kata lain, pria tidak selalu berkomitmen karena cinta, tetapi ketika mereka memutuskan suatu saat waktunya sudah tepat.
Namun, teori ini tak baik untuk kesehatan mental pria maupun perempuan, karena dalam menavigasi sebuah hubungan membutuhkan kerja sama dua orang. Perempuan dapat merasa kurang percaya diri dan merasa khawatir jika pasangan memang memilih mereka karena cinta atau hanya karena timing yang tepat.
Di sisi lain pria juga memiliki tekanan yang cukup berat sebelum memutuskan untuk melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius.
Taxi cab theory tak bisa menjadi tolok ukur untuk sebuah hubungan yang sukses. Hubungan yang sukses adalah hubungan yang mengedepankan kepentingan berkomunikasi secara terbuka dan berbagi perasaan dengan pasangan.
Beberapa ahli mengingatkan untuk tidak mengambil teori ini terlalu serius, hanya sekadar teori untuk kencan dibandingkan untuk teori pada hubungan yang berkomitmen.
Untuk memahami teori ini dalam hubungan, taxi can theory dapat dijadikan sebuah cerminan motif terhadap waktu. Apakah kamu berkomitmen pada pasangan karena keinginan atau karena sudah memasuki waktu untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan?
Jika, ada perasaan tekanan dari sekitar untuk buru-buru menikah, ada baiknya berhenti sejenak untuk memastikan hubungan ini tepat untukmu. Hindari terpengaruhi opini luar yang dapat membebani pikiran.
Agar dapat membangun hubungan yang sehat, cobalah untuk berkencan dengan pasangan seperti awal bertemu, bangun pengalaman baru, tuliskan tujuan jangka panjang dan pendek bersama. Selain itu, ambil langkah-langkah yang disengaja dan luangkan waktu untuk menjalin ikatan dan membangun kembali fondasi yang lebih kuat. [Syifaa]