lifestyleHealth

Apa itu Toxic Positivity? Kenali Bahaya dan Dampak terhadap Kesehatan Mental

Penulis Ashila Syifaa
Dec 22, 2024
Ilustrasi toxic positivity di lingkungan kerja. (Foto: Pexels/cottonbro studio)
Ilustrasi toxic positivity di lingkungan kerja. (Foto: Pexels/cottonbro studio)

ThePhrase.id - Toxic positivity adalah keadaan di mana seseorang meyakini bahwa semua orang harus memiliki pola pikir positif setiap saat, apa pun kondisinya. Meskipun menjadi individu yang optimis dan berpikiran positif memiliki manfaat tersendiri, toxic positivity justru menolak adanya emosi negatif dan lebih mengutamakan emosi positif tanpa mempertimbangkan keadaan atau situasi.

Memiliki pola pikir yang positif sebenarnya baik untuk kesehatan mental, namun nyatanya kehidupan tak selalu positif. Manusia memiliki emosi dan pengalaman yang menyakitkan, meski terkadang rasanya kurang nyaman, manusia membutuhkan emosi-emosi yang negatif agar dapat mencapai kesehatan mental yang lebih baik.

Seseorang yang terjebak dalam toxic positivity akan berusaha menghindari emosi negatif, seperti sedih, marah, atau kecewa. Kondisi ini membawa konsep positivity ke tingkat yang berlebihan, dengan hanya menekankan pada pentingnya optimisme dan cenderung meremehkan keberadaan emosi yang tidak sepenuhnya bahagia atau positif.

Toxic positivity dapat terjadi di mana saja, termasuk di lingkungan pekerjaan, sekolah, maupun keluarga. Pada umumnya, perilaku ini muncul melalui ucapan. Beberapa contohnya adalah, ketika seseorang kehilangan pekerjaan banyak yang melontarkan perkataan seperti, "Tetap positif ya!" atau "Jangan sedih ya!" Tanpa disadari kata-kata itu sering muncul, meski untuk menunjukkan simpati, terkadang hal itu justru menjatuhkan perasaan yang sedang mengalami kesulitan hingga menjadi tekanan baginya.

Contoh lainnya adalah ketika seseorang merasa kecewa atau sedih dan mendapatkan respons seperti, "kebahagiaan adalah pilihanmu sendiri," hal ini justru menyiratkan bahwa perasaan sedih yang dialami adalah kesalahan diri sendiri karena tidak memilih untuk merasa bahagia. 

Orang dengan toxic positivity terkesan memberikan petuah yang positif, namun sebenarnya merasakan emosi yang negatif. Adapun beberapa hal yang menandakan seseorang terjebak dalam toxic positivity, antara lain adalah:

  • Menyembunyikan perasaan yang sebenarnya dirasakan.
  • Menghindari masalah.
  • Merasa bersalah ketika merasakan atau mengungkapkan rasa negatif.
  • Selalui memberikan semangat kepada orang lain, tetapi dengan pernyataan yang seolah meremahkan.
  • Sering mengucapkan kalimat yang membandingkan diri dengan orang lain, misalkan "Kamu lebih beruntung, masih banyak orang yang lebih menderita dari kamu."
  • Melontarkan kalimat yang menyalahkan orang yang tertimpa masalah.

Cara Menghindari Toxic Positivity

1. Rasakan dan Kelola Emosi Negatif

Emosi negatif adalah bagian alami dari kehidupan dan tidak perlu disimpan atau disangkal. Mengakui perasaan, baik negatif maupun positif, merupakan langkah penting untuk kesehatan mental. Coba lakukan ini untuk meluapkan perasaan:

  • Menceritakan keluh kesah kepada seseorang yang dipercaya.
  • Menulis perasaan dalam buku harian.
  • Langkah ini membantu mencegah toxic positivity dengan memberi ruang bagi emosi untuk diungkapkan secara sehat.

2. Berusaha Memahami, Bukan Menghakimi

Perasaan negatif bisa muncul dari berbagai situasi, seperti stres kerja, masalah keluarga, atau gangguan kesehatan mental. Ketika orang lain berbagi perasaan, hindari memberikan komentar yang menghakimi. Sebagai gantinya:

  • Dengarkan dengan empati.
  • Validasi perasaan mereka dengan ungkapan seperti, “Aku mengerti kenapa kamu merasa seperti ini.”
  • Memberikan dukungan emosional tanpa menghakimi membantu orang merasa didengar dan dihargai.

3. Hindari Membanding-Bandingkan Masalah

Setiap orang memiliki tantangan yang unik. Apa yang dianggap mudah bisa jadi sangat sulit bagi orang lain. Oleh karena itu:

  • Jangan meremehkan atau membandingkan masalah dengan orang lain.
  • Fokus pada cara membantu diri sendiri dan orang lain tanpa membuat perbandingan.
  • Dengan memahami perbedaan ini, hindari komentar yang terkesan meremehkan atau tidak peka.

4. Kurangi Penggunaan Media Sosial

Media sosial sering kali menjadi pemicu toxic positivity karena banyaknya postingan yang hanya menampilkan sisi positif kehidupan. Untuk mengelola dampaknya:

  • Kurangi waktu scrolling media sosial.
  • Singkirkan akun-akun yang memprovokasi emosi negatif.
  • Gunakan waktu luang untuk aktivitas yang lebih produktif, seperti me time, belajar keterampilan baru, atau menyelesaikan pekerjaan tertunda.

[Syifaa]

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic