ThePhrase.id - Toxic positivity adalah keadaan di mana seseorang meyakini bahwa semua orang harus memiliki pola pikir positif setiap saat, apa pun kondisinya. Meskipun menjadi individu yang optimis dan berpikiran positif memiliki manfaat tersendiri, toxic positivity justru menolak adanya emosi negatif dan lebih mengutamakan emosi positif tanpa mempertimbangkan keadaan atau situasi.
Memiliki pola pikir yang positif sebenarnya baik untuk kesehatan mental, namun nyatanya kehidupan tak selalu positif. Manusia memiliki emosi dan pengalaman yang menyakitkan, meski terkadang rasanya kurang nyaman, manusia membutuhkan emosi-emosi yang negatif agar dapat mencapai kesehatan mental yang lebih baik.
Seseorang yang terjebak dalam toxic positivity akan berusaha menghindari emosi negatif, seperti sedih, marah, atau kecewa. Kondisi ini membawa konsep positivity ke tingkat yang berlebihan, dengan hanya menekankan pada pentingnya optimisme dan cenderung meremehkan keberadaan emosi yang tidak sepenuhnya bahagia atau positif.
Toxic positivity dapat terjadi di mana saja, termasuk di lingkungan pekerjaan, sekolah, maupun keluarga. Pada umumnya, perilaku ini muncul melalui ucapan. Beberapa contohnya adalah, ketika seseorang kehilangan pekerjaan banyak yang melontarkan perkataan seperti, "Tetap positif ya!" atau "Jangan sedih ya!" Tanpa disadari kata-kata itu sering muncul, meski untuk menunjukkan simpati, terkadang hal itu justru menjatuhkan perasaan yang sedang mengalami kesulitan hingga menjadi tekanan baginya.
Contoh lainnya adalah ketika seseorang merasa kecewa atau sedih dan mendapatkan respons seperti, "kebahagiaan adalah pilihanmu sendiri," hal ini justru menyiratkan bahwa perasaan sedih yang dialami adalah kesalahan diri sendiri karena tidak memilih untuk merasa bahagia.
Orang dengan toxic positivity terkesan memberikan petuah yang positif, namun sebenarnya merasakan emosi yang negatif. Adapun beberapa hal yang menandakan seseorang terjebak dalam toxic positivity, antara lain adalah:
1. Rasakan dan Kelola Emosi Negatif
Emosi negatif adalah bagian alami dari kehidupan dan tidak perlu disimpan atau disangkal. Mengakui perasaan, baik negatif maupun positif, merupakan langkah penting untuk kesehatan mental. Coba lakukan ini untuk meluapkan perasaan:
2. Berusaha Memahami, Bukan Menghakimi
Perasaan negatif bisa muncul dari berbagai situasi, seperti stres kerja, masalah keluarga, atau gangguan kesehatan mental. Ketika orang lain berbagi perasaan, hindari memberikan komentar yang menghakimi. Sebagai gantinya:
3. Hindari Membanding-Bandingkan Masalah
Setiap orang memiliki tantangan yang unik. Apa yang dianggap mudah bisa jadi sangat sulit bagi orang lain. Oleh karena itu:
4. Kurangi Penggunaan Media Sosial
Media sosial sering kali menjadi pemicu toxic positivity karena banyaknya postingan yang hanya menampilkan sisi positif kehidupan. Untuk mengelola dampaknya:
[Syifaa]