ThePhrase.id – Kesehatan mental nampaknya tengah menjadi salah satu permasalahan utama masyarakat terutama di kalangan anak muda. Hal ini karena gangguan kesehatan mental mampu menggiring seseorang menjadi sangat depresi bahkan bunuh diri.
Menurut WHO, di tahun 2014 setiap 40 detik satu orang meninggal akibat bunuh diri karena mengalami depresi. Sedangkan di Indonesia, menurut data riset kesehatan dasar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada tahun 2018 sebanyak 6,1% penduduk berumur setidaknya 15 tahun di Indonesia menderita depresi.
Pusat Data dan Informasi Kemenkes juga menyebut bahwa 1800 jiwa per tahun meninggal di tahun 2019 akibat bunuh diri, di mana 23,2% dari kalangan ini menyandang penyakit jiwa. Data ini tak lepas dari stigma negatif masyarakat Indonesia mengenai kesehatan mental. Masih banyak masyarakat yang menganggap remeh bahkan menyebut orang yang terganggu kesehatan mentalnya sebagai orang gila.
Peduli akan hal ini, seorang alumnus Universitas Airlangga (Unair) jurusan Sistem Informasi, Audrey Maximillian Herli, atau akrab dipanggil Maxi menggandeng kakaknya, Audy Cristopher Herli menciptakan sebuah aplikasi meditasi dan konseling untuk masyarakat dengan gangguan kesehatan mental. Aplikasi ini kemudian diberinama Riliv.
Sebelum membangun Riliv bersama kakaknya, pria kelahiran 13 Oktober 1992 ini telah menorehkan banyak prestasi seperti Google Student Ambassador South East Asia 2012, juara Djarum Black Apps Competition di tahun 2013, dan masih banyak lagi.
Sebelum membangun Riliv bersama kakaknya, pria kelahiran 13 Oktober 1992 ini telah menorehkan banyak prestasi seperti Google Student Ambassador South East Asia 2012, juara Djarum Black Apps Competition di tahun 2013, dan masih banyak lagi
Maxi dalam acara Mata Najwa (Foto: Instagram/audreymaxi13)
Dilansir youngster.id, Maxi menganggap bahwa kesehatan mental merupakan hal utama yang menentukan kualitas kehidupan seseorang baik secara pribadi ataupun sosial. Namun, di Asia Tenggara, nampaknya kesehatan mental masih di anggap sepele dan tidak diprioritaskan.
Tak Punya Latar Belakang Psikologi
Meski bukan berlatar belakang psikolog,i Maxi menggabungkan ilmu membuat aplikasi yang ia miliki dengan kepeduliannya terhadap kesehatan mental. Ia bertekad untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan mental melalui teknologi informasi.
Di tahun 2015, ia kemudian membangun Riliv untuk mewujudkan tekadnya tersebut. Riliv dirancang agar pengguna dapat mengakses konsultasi kesehatan mental dan meditasi secara mudah melalui ponsel pribadi. Awalnya, belum ada psikolog yang mau bergabung dengan Riliv, Maxi kemudian menggandeng lima mahasiswa psikolog sebagai regular reliever, sebutan kounselor di Riliv.
Aplikasinya berkembang pesat setelah ia menjadi juara di AndroidOne #SatuMulai Competition Google Indonesia pada tahun 2015. Kini, Riliv telah menjadi aplikasi meditasi dan konseling online no. 1 di Indonesia. Maxi berhasil menggaet lebih dari 300.000 masyarakat untuk menggunakan Riliv.
Tak berhenti dengan Riliv Hening, aplikasi meditasi dan Riliv Konseling, aplikasi konselingnya, Maxi juga mengembangkan program untuk membantu pengguna yang terkena Insomnia, atau Riliv Lelap. Melalui Riliv for company, ia juga menyediakan platform bagi perusahaan yang ingin memperhatikan kesehatan mental karyawannya agar produktivitas dan kesejahteraan karyawan meningkat.
Audre Maximillian bersama Roger Finnie, Managing Director of Forbes Indonesia dalam Malam Penghargaan Forbes 30 under 30 di Jakarta (Foto: Instagram/audreymaxi13)
Perkembangan pesat aplikasi ini, membuat Maxi dan kakaknya Audy masuk dalam daftar Forbes 30 under 39 Asia untuk kategori Healthcare & Science. Kini, Maxi makin mempertahankan kualitas konseling yang disediakan Riliv, semua psikolog online Riliv wajib lolos dalam seleksi dan memiliki lisensi resmi dari Himpunan Psikologi Indonesia.
Hingga kini, Maxi bersama Riliv telah berhasil membuat 94% penggunanya menjadi lebih sehat mental melalui sesi meditasi online Riliv. [fa]