
Thephrase.id - Felix Johnston mungkin dulu hanya dikenal sebagai salah satu pengguna aktif media sosial yang gemar membahas sepak bola, terutama akademi Chelsea.
Kini, di usia 20 tahun, ia resmi menjadi pemandu bakat tim Serie A, Como 1907, klub yang saat ini dilatih oleh mantan bintang Chelsea dan Arsenal, Cesc Fàbregas.
BBC menceritakan, perjalanan Johnston menuju dunia profesional dimulai secara tidak sengaja pada masa pandemi. Ia mengaku mendapat dorongan dari temannya untuk bergabung di X karena menjadi tempat banyak orang berdiskusi soal sepak bola.
"Ini semua dimulai saat teman saya mengirim pesan waktu lockdown dan berkata, 'Kamu harus gabung ke Twitter, semua orang di sana membicarakan sepak bola'," beber Johnston dilansir dari BBC Radio 5 Live's Monday Night Club.
Dari situ, ia mulai serius membuat analisis dan unggahan seputar talenta muda di akademi Chelsea. Kecintaannya pada pertandingan akademi membuatnya dikenal luas di media sosial karena pembahasan yang mendalam dan konsisten terhadap pemain muda klub London tersebut.
"Saya jatuh cinta pada pertandingan akademi, menyaksikan pemain muda berkembang. Itu menjadi ciri khas saya di Twitter, niche saya," tegasnya.
Ketekunan itu membawanya lebih jauh. Johnston mulai melakukan penilaian sendiri terhadap pemain muda dari berbagai klub, terutama seiring perubahan strategi transfer Chelsea yang berfokus pada perekrutan pemain berusia muda.
"Tiba-tiba, model klub menjadi tentang merekrut pemain muda. Saya sering begadang sampai jam dua pagi menonton Kendry Páez di Piala Dunia U-17, Estevão, dan menemukan talenta-talenta lain," tuturnya.
"Saya mulai mendapat pengakuan, termasuk dari orang-orang di dunia sepak bola, dan itu membuat saya sadar bahwa scouting bisa jadi kenyataan," sambungnya.
Langkah profesional pertamanya datang pada April tahun ini ketika klub asal Denmark, Vejle, mempekerjakannya sebagai konsultan scouting. Beberapa bulan kemudian, pada akhir Juli 2025, ia mendapat pesan tak terduga dari direktur rekrutmen Como melalui Twitter.
"Direktur rekrutmen Como menghubungi saya di Twitter dan bilang dia suka dengan apa yang saya unggah. Ia ingin merekrut beberapa pemandu bakat muda dan modern untuk klub, serta menawarkan saya magang," kata Johnston.
"Saya tentu saja sangat senang menerima tawaran itu, dan sembilan minggu kemudian, saya resmi mendapatkan pekerjaan tersebut," tambahnya.
Kini, sambil melanjutkan studi universitasnya di Milan, Johnston menjalankan perannya sebagai pemandu bakat di klub Serie A tersebut. Ia bekerja di bawah direktur rekrutmen yang sebelumnya menjabat sebagai kepala data di AZ Alkmaar, sosok yang dikenal memiliki pendekatan berbasis analitik.
"Tugas saya pada dasarnya adalah menerima data pemain, menonton mereka bermain, dan menulis laporan. Saya menilai pemain yang diminta klub untuk saya analisis. Perannya menyeluruh, tidak dibatasi wilayah atau posisi tertentu," ucapnya.
Biasanya, lima pertandingan penuh sudah cukup bagi Johnston untuk membuat laporan awal, tetapi jumlah itu bisa berubah tergantung pada gaya bermain tim. "Kalau mereka bermain di tim yang jarang menguasai bola, saya perlu menonton lebih banyak pertandingan untuk mendapatkan cukup bukti," tambahnya.
Meski perjalanannya tak seperti jalur tradisional menuju dunia sepak bola profesional, pendekatan Como terbukti berpandangan maju. Klub yang kini menempati peringkat ketujuh di musim kedua mereka setelah promosi ke Serie A itu tengah berupaya memperkuat fondasi jangka panjang dengan merekrut tenaga muda berbakat di balik layar.
Sebagai pemandu bakat, Johnston juga memiliki pandangan terhadap prospek besar di masa depan. Ia menyebut satu nama yang patut diperhatikan, Deinner Ordoñez.
"Ordoñez adalah bek tengah di Independiente del Valle, akademi yang juga melahirkan Moisés Caicedo. Mereka menghasilkan banyak talenta hebat, dan dia salah satunya," ujar Johnston.
Kini, analisis dan rekomendasi pemain dari Felix Johnston bukan lagi ditujukan untuk ribuan pengikutnya di media sosial. Setiap laporan yang ia buat akan langsung menuju meja Cesc Fàbregas, sosok yang kini menjadi pelatih kepala Como 1907, klub milik pengusaha Indonesia, Hartono bersaudara itu.