ThePhrase.id – Putus cinta bukanlah hal yang mudah. Bagi sebagian orang, rasa kehilangan dan kesepian setelah hubungan berakhir bisa begitu menyiksa, hingga mereka memilih untuk segera menjalin hubungan baru. Fenomena ini dikenal sebagai rebound relationship.
Rebound relationship merupakan sebuah istilah yang menggambarkan hubungan yang terjadi terlalu cepat setelah putus cinta, sering kali sebelum seseorang benar-benar pulih secara emosional.
Rebound relationship biasanya muncul sebagai bentuk pelarian yang juga disebut sebagai hubungan pelarian. Seseorang yang baru saja putus mungkin merasa hampa, tidak berharga, atau ingin membuktikan bahwa mereka masih diinginkan. Dalam kondisi seperti itu, menjalin hubungan baru bisa terasa seperti solusi instan.
Namun, para psikolog memperingatkan bahwa hubungan semacam ini sering kali tidak dibangun atas dasar cinta yang sehat, melainkan kebutuhan emosional yang belum terselesaikan.
Ada beberapa tanda yang bisa dikenali dari hubungan rebound. Misalnya, hubungan terasa terburu-buru dan intens di awal, namun tidak memiliki kedalaman emosional. Pasangan yang terlibat mungkin belum sepenuhnya melupakan mantan mereka, bahkan masih sering membicarakan masa lalu.
Selain itu, komitmen dalam hubungan ini cenderung rapuh, karena salah satu pihak belum siap secara mental untuk membangun ikatan yang stabil.
Meski tidak selalu berakhir buruk, rebound relationship berisiko menyakiti kedua belah pihak. Pasangan baru bisa merasa dimanfaatkan sebagai pelarian, sementara individu yang belum pulih dari hubungan sebelumnya bisa semakin terjebak dalam siklus emosional yang tidak sehat. Dalam jangka panjang, ini bisa memperpanjang proses penyembuhan dan menghambat pertumbuhan pribadi.
Untuk menghindari jebakan rebound, penting bagi seseorang untuk memberi waktu bagi diri sendiri setelah putus cinta. Refleksi, pemulihan, dan penguatan diri adalah langkah-langkah yang perlu dijalani sebelum membuka hati untuk hubungan baru. Menjalin hubungan bukanlah sekadar mengisi kekosongan, tetapi membangun koneksi yang sehat dan bermakna.
Meskipun begitu, tak semua rebound relationship merupakan hal buruk. Hal ini bisa menjadi pelarian yang baik jika kedua belah pihak berada di posisi yang sama dan membutuhkan teman atau koneksi emosional untuk melupakan masa lalu dan move on.
Rebound relationship bisa menjadi proses yang healing apabila mereka bisa jujur tentang perasaan dan emosi diri sendiri.
Maka dari itu, memiliki kesadaran penuh tentang kebutuhan dan keterbatasan emosional seseorang setelah putus cinta sangat penting untuk menjaga kesehatan mental, dan dapat membantu mencegah perilaku tidak sehat untuk menutupi atau menghindari emosi negatif.
Sehingga sebelum memutuskan untuk menjalin rebound relationship yang mungkin terasa seperti jalan keluar dari kesedihan. Ada baiknya bertanya pada diri sendiri: apakah ini kebutuhan atau hanya pelarian yang semakin menambah permasalahan? [Syifaa]