ThePhrase.id - Batik terus berkembang dengan berbagai macam inovasi baru, salah satunya adalah Batik Shibori yang menggabungkan teknik tradisional Jepang dengan kain tradisional Indonesia. Perpaduan dari kedua budaya ini menghasilkan karya seni tekstil yang unik dengan motif-motif batik yang beragam.
Teknik tradisional Jepang yang dikenal dengan shibori merupakan teknik kuno yang masih dilestarikan hingga saat ini sampai populer di seluruh dunia. Teknik ini pertama kali ditemukan di Jepang pada abad ke delapan atau pada periode Nara tahun 710-794 M, menjadikannya sebagai teknik tertua di dunia.
Shibori sendiri berasa dari bahasa Jepang yang berarti memeras, mengikat, atau melipat. Kata itu juga menjadi sebuah teknik untuk berbagai teknik pewarnaan manual yang melibatkan pembentukan dan pengikatan kain sebelum pewarnaan untuk menciptakan pola.
Meskipun demikian, teknik ini bukanlah hal yang asing karena serupa dengan teknik pewarnaan tie-dye yang sudah dikenal oleh masyarakat luas. Khususnya di Amerika Serikat yang mulai populer pada tahun 1960an saat munculnya komunitas Hippy dengan kain dan baju menggunakan teknik tie-dye.
Di Jepang pada era Nara, kain shibori sering digunakan oleh masyarakat kelas menengah ke bawah yang tidak mampu membeli kain mahal seperti sutra. Teknik tersebut dilakukan oleh masyarakat biasa untuk menciptakan pola-pola indah yang menyerupai kain mewah.
Pola yang dibentuk dari teknik ini beragam, mulai dari yang sederhana hingga yang rumit tergantung dengan teknik pengikatan yang akan memunculkan pola yang berbeda-beda. Pada umumnya, kain shibori ini menggunakan warna indigo.
Seiring dengan jalannya waktu, teknik shibori berkembang dan digunakan dalam pembuatan berbagai macam keperluan, mulai dari kimono hingga dekorasi.
Teknik ini kemudian diadaptasi dalam pembuatan kain batik di Indonesia sebagain inovasi penggabungan dua tradisi, untuk menghasilkan karya kain yang unik disebut sebagai Batik Shibori.
Salah satu pengrajin Batik Shibori adalah Batik Shibori Nawangsari dari Tawanganom, Kabupaten Magetan. Batik tersebut menggabungkan batik khas Magetan dengan teknik pewarnaan shibori.
Kalau shibori menggunakan warna indigo, Batik Shibori Nawangsari menggunakan warna yang mencolok seperti ungu, kuning, biru, hingga merah. Motif yang dihasilkan adalah motif lintang kayu yang memiliki makna tersendiri, di mana lintang berarti bintang sebagai harapan bahwa batik shibori ini dapat memberikan warna dalam dunia perbatikan di Magetan. Sedangkan, semut memiliki makna gotong royong dan kerja keras dalam mewujudkan cita-cita bersama.
Lalu apa perbedaan antara shibori asal Jepang dan Batik Shibori?
Meskipun sekilas keduanya memiliki kesamaan, terutama pola-pola yang dihasilkan, namun, ketika dilihat lebih detail terdapat perbedaan yang cukup besar.
Shibori merupakan teknik yang lebih fokus pada lipatan, ikatan, dan tekanan, pada kain sebelum pewarnaan. Selain itu, terlihat dari ikatan dan lipatan dari shibori lebih rumit dengan beragam teknik.
Sebagian besar Batik Shibori memiliki motif yang serupa dengan Batik Jumputan dan memiliki motif dan pola yang besar-besar dan pewarnaan yang digunakan lebih beragam tak hanya terbatas pada warna indigo saja. [Syifaa]