Batu raksasa unik di Pulau Bangka menarik wisatawan setelah diangkat dalam film Laskar Pelangi (Foto. Aswandi)
Thephrase.id - Pariwisata di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, mulai dikenal luas setelah novel “Laskar Pelangi”nya Andrea Hirata meledak di pasaran. Ditambah lagi kemudian novel diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama. Scene tentang pantai pulau Belitung dengan batu granit raksasa dalam film tersebut telah menggoda banyak orang untuk melihat langsung ke lokasinya.
Sejak itu kemudian banyak agen perjalanan yang memasukkan Bangka Belitung sebagai salah satu destinasi wisata travelnya. Sebagai wilayah kepulauan tentu wisata dominan di Bangka Belitung adalah wisata bahari.
Batu-batu granit raksasa di Bangka Belitung hampir ada di semua pantai di Pulau Bangka dan Belitung, terutama di sepanjang pantai timur dan utara, kedua pulau itu yang menghadap ke arah Laut China Selatan.
Batu-batu yang ada di pantai ini adalah batu granit berwarna putih dan hitam. Pantainya didominasi pasir putih dengan jenis ikan yang khas laut dalam seperti Krisi, Tongkol, Tuna dan lain-lain. Sedangkan di sepanjang pesisir selatan Pulau Bangka yang menghadap ke Selat Bangka, pantainya didominasi oleh batu berwarna merah kehitaman yang mencuat di antara pohon Bakau dan Perpat.
Karakter pantainya selain berpasir juga didominasi oleh lumpur berwarna biru tua. Ikan yang biasa ditemui dan ditangkap nelayan di kawasan ini seperti Belanak, Pari, Kakap Merah, Sembilang, Ikan Duri, Selangat, Pirang, Kepetek, Gulama dan berbagai jenis ikan laut dangkal lainnya.
Di antara sekian batu-batu raksasa yang ada di Pulau Bangka, yang paling unik adalah batu yang sisinya seperti sudut atau segi yang ada pada buah Belimbing. Batu serupa ini tersebar di beberapa lokasi di bagian Selatan, Tengah dan Barat Pulau Bangka. Salah satunya adalah Batu Belimbing, yang terletak di Toboali, Bangka Selatan (sekitar 130 km dari Pangkal Pinang, Ibukota Babel).
Disebut Batu Belimbing karena bentuknya menyerupai buah Belimbing. Bentuknya yang unik ini banyak menarik perhatian orang untuk melihat secara langsung. Kemudian, oleh Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan, Batu Belimbing ini dijadikan sebagai salah satu objek wisata di wilayah ini.
Batu yang memiliki bentuk buah Belimbing ini hanya beberapa buah saja dan yang unik ada dua batu yang tumpang tindih seperti sengaja ditumpuk atau disusun. Melihat sudutnya yang aerodynamic dan tersusun itu menyiratkan batu ini terbentuk tidak secara alami tetapi ada campur tangan manusia.
Wallahu’alam, sampai saat ini belum ada penjelasan komprehensif. Namun ada informasi ilmiah tentang terbentuknya batu ini yang telah dipatenkan. Batu Belimbing terbentuk sekitar 270 juta tahun lalu. Batu tersebut merupakan jenis batu granit. Pembentukan dari batu tersebut merupakan hasil pembekuan magma yang berada di dalam perut bumi.
Batu raksasa unik di Pulau Bangka menarik wisatawan setelah diangkat dalam film Laskar Pelangi (Foto. Aswandi)
Dengan adanya faktor alam dan secara natural, batu tersebut tersigap ke permukaan daratan. Berdasarkan ahli geologi, Batu Belimbing terdiri dari beberapa komposisi zat. Komposisi tersebut meliputi pyroksen, kuarsa, biotit, cassiterit, plagioklas dan amphibol. Masyakat di sekitar lokasi mengaitkan batu itu dengan legenda tentang 2 orang yang berjasa yang menyelamatkan kampung dari wabah. Kisah itu memang tidak ilmiah tetapi cukup untuk menjadi pemuas keingintahuan anak-anak tentang keberadaan batu itu.
Selain di Bangka Selatan, Batu Belimbing, juga terdapat di Bangka Barat bagian utara. Berjarak sekitar 300 km dari Batu Belimbing di Bangka Selatan, Batu Belimbing Bangka Barat ini dapat dicapai 2 jam dengan mobil dari Kota Pangkal Pinang. Baik Batu Belimbing di Bangka Selatan dan di Bangka Barat, keduanya terletak tidak jauh dari garis pantai.
Batu unik lainnya yang agak mirip dengan batu Belimbing adalah Batu Balai yang terletak di Muntok, ibukota Kabupaten Bangka Barat. Berjarak 127 km dari kota Pangkal Pinang, Batu Balai dapat dicapai dengan 2 jam perjalanan kendaraan roda empat.
Batu Balai bentuknya lebih besar dan tunggal dengan batu penyangga sebagai alas di bawahnya. Posisi batu ini dengan batu alas yang di bawahnya juga menyiratkan jika batu ini terbentuk tidak secara alami. Apalagi, sudut-sudutnya itu seperti dipahat sehingga memiliki bentuk dan sudut serupa. Sama dengan Batu Belimbing di Selatan, warga di sekitar Batu Balai juga mengaitkan terbentuknya batu itu dengan legenda atau kisah manusia di masa lalu.
Jika kita melihat langsung batu ini tentu akan memiliki banyak pertanyaan. Apakah batu ini menyimpan cerita kehidupan manusia di masa lampau mengingat pulau Bangka adalah salah satu pulau tertua dilihat dari usia batuannya. Di Bangka juga ada bekas jejak kaki raksasa yang ukurannya sama dengan bekas jejak kaki manusia di Tapak Tuan, Aceh Selatan. Cerita rakyat di Pulau Bangka, di masa lalu di pulau ini hidup manusia raksasa yang disebut dengan Akek Antak. Entahlah, yang pasti jika Anda penasaran silakan berkunjung sambil menikmati kuliner Bangka yang rasanya akan membuat Anda kembali untuk mengulanginya. (Aswan AS)