ThePhrase.id - Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sejarah, tradisi dan budaya. Mulai dari seni hingga kulinernya memiliki latar belakang sejarah dan budaya yang luas dan berbeda-beda. Khususnya kuliner Indonesia yang beberapa tahun kebelakang ini telah dikenal dunia dan menjadi bagian dari identitas budaya Indonesia.
Dengan latar belakang sejarah dan budaya yang berbeda-beda, makanan Indonesia menjadi sangat unik dan beragam rasanya. Sudah jelas dengan kekayaan sejarah Indonesia akan ditemukan beberapa makanan yang terbentuk dari hasil akulturasi dan asimilasi berbagai budaya dari perantau China, India, Arab dan tentu saja Belanda.
Apa itu akulturasi dan asimilasi?
Akulturasi adalah sebuah perpaduan dua budaya atau bahkan lebih yang mengasilkan budaya baru namum tidak menghapus atau menghilangkan unsur dari budaya asli. Kemudian, asimilasi adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang menghasilkan kebudayaan baru dan tidak menampakan ciri-ciri kebudayaan yang asli.
Proses-proses ini terjadi karena dalam sejarah Indonesia, Indonesia telah berinteraksi dengan banyak negara dan budaya. Maka dari itu sudah tidak asing lagi bila ditemukan pengaruh budaya lain pada beberapa makanan di Indonesia.
Namun dengan begitu, uniknya Indonesia masih memiliki banyak sekali makanan khas asli Indonesia, tentu salah satu contohnya adalah rendang yang berasal dari masyarakat Minangkabau.
Dari makanan asli khas Indonesia hingga makanan yang terbentuk dari percampuran budaya lain ini menghasilkan kuliner Indonesia yang multikultural. Apa saja contoh makanan yang terbentuk dari pengaruh budaya lain?
Sejarah antara Indonesia dan Belanda sudah tidak asing, bagaimana Belanda datang untuk rempah-rempah Indonesia. Dengan kedatangan Belanda, mereka pun membawa budaya mereka dan seiring dengan jalannya waktu, budaya mereka pun membaur dengan budaya Indonesia. Makanan adalah salah satu contoh nyata dari asimilasi dua budaya tersebut.
Semur adalah hasil dari asimilasi budaya Belanda dan Indonesia, di mana Belanda membawa budaya memasak mereka yaitu smoor yang artinya merebus makanan dengan tomat dan bawang dengan api keci dan merebusnya secara perlahan. Kemudian membaur dengan budaya memasak Indonesia dengan menggunakan rempah-rempah khas Indonesia.
Nasi Goreng
Sajian nasi goreng dan minuman. (Photo: Unsplash/Ariv Kurniawan)
Meskipun sudah mendunia, nasi goreng tercatat sebagai budaya memasak tradisional Tionghoa yang tersebar di Asia Tenggara oleh perantau Tionghoa. Tradisi ini berasal dari kebudayaan Tionghoa yang tidak suka membuang makanan. Budaya memasak ini berasal dari tradisi tersebut dengan nasi dingin yang di goreng kembali untuk di sajikan.
Nasi goreng bisa di temukan di kebanyakan negara Asia Tenggara, meskipun begitu setiap negara memiliki nasi goreng khas lokalnya. Kuliner ini bisa disebut hasil dari asimilasi karena teknik memasak yang sama yaitu dengan digoreng namun yang berbeda dan yang menambahkan khas lokalnya adalah bumbu dan cara menggorengnya.
Di Indonesia sendiri ada beberapa cara memasak nasi goreng yang berbeda tergantung dengan khas daerahnya masing-masing. Contohnya, Nasi Goreng Jawa yang khas dengan menggunakan bumbu sambal ulek dan Nasi Goreng Mawut yang juga berasal dari jawa namun memiliki isi yang berbeda dengan campuran mie, sawi hijau, suwiran ayam dan kubis.
Mie ayam adalah salah satu contoh hidangan yang terbentuk dari akulturasi antara budaya Tiongkok dan Indonesia. Akulturasi ini bisa terjadi karena adanya keterbukaan di Jawa pada zaman kolonialisme Belanda dan banyaknya pendatang dari Tionghoa menetap di Jawa.
Hidangan yang juga dikenal dengan sebutan bakmi ini tidak beda jauh dengan hidangan yang di hidangkan di Tionghoa. Di Indonesia salah satu perbedaan yang terlihat adalah pemilihan daging. Di Indonesia tentu dari namanya sudah terlihat bahwa daging yang digunakan adalah daging ayam sedangkan bakmi yang dihidangkan di Tionghoa lebih banyak menggunakan daging babi. (Syifaa)