ThePhrase.id - Nahdhatul Ulama atau NU tahun ini usianya genap memasuki satu abad. Perayaan 100 tahun NU dipusatkan di Sidoarjo, Jawa Timur pada Selasa, 7 Februari 2023. Perayaan seabad NU berselang setahun menjelang pelaksanaan Pemilu 2024.
Sebagai organisasi yang memiliki anggota yang sangat besar, Nahdhatul Ulama memiliki daya pikat yang sangat tinggi bagi partai dan tokoh politik. Maka tak urung, pertanyaan yang mengemuka adalah kemana suara warga NU akan disalurkan pada pemilu tahun depan? Dengan jumlah anggota sebanyak 95 juta jiwa lebih, suara warga NU memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap konstalasi politik nasional.
Sejumlah simpatisan Nahdlatul Ulama (NU) menyanyikan lagu Ya Lal Wathon saat mengikuti apel akbar satu abad NU di Depok, Jawa Barat, Minggu (29/1/2023). (Foto: detik.com)
NU dalam perjalanannnya pernah menjadi partai politik pada tahun 1952 dan menjadi peraih suara terbesar ke-3 pada pemilu 1955 dengan 91 kursi di DPR. Keberhasilan meraih suara besar ini membuat para elit NU menjadi lebih percaya diri untuk tetap mempertahankan organisasi ini sebagai partai politik. Namun di era orde baru pada tahun 1973 partai NU menjadi salah satu partai yang tergabung dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Setelah itu, seruan untuk kembali pada Khittah 1926 selalu diserukan oleh para Kyai dan elit NU pada setiap momen muktamar. Seruan kembali ke Khittah ini agar organisasi yang didirikan oleh Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari ini tetap menjadi organisasi sosial keagamaan yang fokus membina umat seperti ide dan tujuan awal pendiriannya. Namun melihat potensi besar NU ini, sejumlah elitnya seperti KH Munasir Ali, KH.Ilyas Ruhiat, KH.Abdurrahman Wahid, KH.A. Mustofa Bisri, KH Zuhdi Fatkur dan A. Muhith Muzadi mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai saluran politik kaum nahdiyin pada tahun 1998. Dan terbukti pada pemilu 1999, partai ini menduduki urutan ketiga meraih suara terbanyak dengan 13,2 juta suara (12,62%) atau 51 kursi di DPR.
Himbauan Ketua Umum PB NU
KH Yahya Cholil Staquf beri sambut jelang Harlah 1 Abad NU (Instagram/Nahdlatul Ulama)
Menyadari suara kaum Nahdliyin menjadi incaran partai dan tokoh politik, Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf menyatakan menolak dengan tegas organisasi yang dipimpinnya dijadikan alat politik pada pemilu 2024 mendatang.
“Kami (NU) menolak secara tegas dan terus terang untuk dijadikan alat politik pada pemilu yang akan datang,” tegas Gus Yahya, di Kantor PBNU, Senin (26/9/2022).
Yahya menegaskan ini terkait dengan maraknya politik yang menggunakan identitas tertentu untuk mendapatkan dukungan. Imbauan ini berlaku untuk semua partai politik tanpa kecuali. Namun, fakta di lapangan warga NU tersebar hampir di semua partai politik baik sebagai pengurus ataupun anggota, yang berkepentingan untuk mendapatkan dukungan warga NU.
"Agak susah untuk melepaskan NU sepenuhnya dalam politik praktis. DNA elite-elite NU itu ya politik. Salah satu DNA NU memang politik," kata Arya Fernandes, Peneliti CSIS seperti yang dikutip Kompas.com, beberapa waktu lalu. Terlebih Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang memang didirikan oleh ulama NU.
Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar menegaskan jika partainya tidak bisa melepaskan diri dengan Nahdhatul Ulama.
"Partai ini lahir dari rahim Nahdlatul Ulama (NU). Memang partai ini lahir diracik dan dianyam serta dirangkai oleh para kiai serta ulama, tetapi sejak dideklarasikan sudah memiliki satu tekad. Bahwa partai ini dari kiai, ulama, NU diabdikan untuk kepentingan bangsa dan negara," kata Muhaimin beberapa waktu lalu.
Dan di momen 1 abad NU, PKB menggunakan Mars NU sebagai suara latar dalam unggahan akun Instagram DPP PKB untuk acara Sarasehan Nasional Satu Abad NU yang digelar partai pimpinan Muhaimin Iskandar itu. Unggahan itu kemudian mendapat protes dari PBNU yang tidak ingin atribut NU digunakan untuk kepentingan politik.
Aksi Bakal Calon Presiden
Tidak hanya partai, sejumlah figur yang memiliki ambisi untuk menjadi presiden sudah sangt intens melakukan upaya mendapatkan dukungan dan simpati warga nahdliyin. Ganjar Pranowo dan Erick Thohir adalah dua nama yang sudah sering menggalang dukungan dari warga NU. Meski tidak menyebut nama NU secara langsung tetapi sebutan atau istilah yang berasosiasi dengan NU kerap digunakan Tim Ganjar Pranowo dalam deklarasi dukungan sebagai bakal calon presiden. Seperti istilah Kyai, Santri dan Gus dipakai untuk menyebut kelompok yang mendukungnya.
Demikian juga Erick Thohir sangat rajin mengunjungi para ulama dan pesantren dengan membawa sejumlah program seperti BUMNU, muslimah movement dan pemberdayaan pesantren dan lain-lain.
Maka, di tengah derasnya upaya partai dan tokoh politik untuk meraih simpati dan dukungan warga NU, pernyataan Gus Yahya itu dinilai tidak akan efektif menjaga NU steril dari politik praktis. Atau, bisa jadi statement tersebut dalam rangka menaikkan posisi tawar NU di 2024, mengingat NU selalu memiliki daya pikat tinggi setiap menjelang pemilu. (Aswan AS)