Thephrase.id - Mantan bek Manchester United, Patrice Evra kembali membuat pernyataan mengejutkan soal kehidupan ruang ganti Setan Merah di era Sir Alex Ferguson.
Dalam suatu wawancara di podcast Stephen Sulayman DnA Show (SDS), mantan bek kiri asal Prancis itu menyebut gaya kepemimpinan Ferguson yang legendaris bisa membuatnya "masuk penjara" jika diterapkan di era modern.
Evra menyebut bahwa pendekatan keras Ferguson dalam melatih tak hanya terbatas pada strategi atau taktik. Namun juga mencakup amarah, intimidasi, dan tekanan psikologis yang ekstrem terhadap para pemain.
Menurutnya, gaya itu sangat sukses di masanya, tapi jelas tidak bisa diterima di zaman sekarang. "Kalau Ferguson melatih saat ini, dia mungkin sudah dipenjara," ucap Evra setengah bercanda.
"Banyak pemain yang saya lihat menangis karena dimarahi, bahkan ada yang dilempar sepatu. Dia benar-benar kejam," ungkap mantan pesepak bola Juventus ini.
Salah satu insiden paling terkenal yang menggambarkan ketegasan Ferguson terjadi pada musim 2002-2003. Seusai kekalahan dari Arsenal di Piala FA, Ferguson bertengkar dengan David Beckham dan secara tak sengaja menendang sepatu yang mengenai wajah sang bintang.
Insiden itu memicu luka di sekitar mata Beckham yang kemudian terlihat saat latihan. Akan tetapi menurut Evra, insiden semacam itu bukan hal aneh di Manchester United era Ferguson.
Bahkan dalam pertandingan persahabatan sekalipun, sang pelatih tetap menuntut totalitas penuh. Salah satu korbannya adalah Danny Welbeck, pemain muda yang saat itu gagal mengeksekusi penalti dalam laga ekshibisi di Arab Saudi.
"Wayne Rooney memberikan penalti ke Welbeck, tapi dia gagal. Padahal itu cuma pertandingan 45 menit. Tapi ketika kembali ke ruang ganti, Ferguson langsung teriak memanggil Welbeck," beber Evra.
"Dia bilang, 'Siapa kamu berani-beraninya ambil penalti?' Saya coba membela, bilang itu cuma laga persahabatan. Tapi dia balas, 'Persetan dengan laga persahabatan,’" tambahnya.
Kisah-kisah ini, kata Evra, hanyalah bagian kecil dari budaya "keras" yang dibentuk Ferguson di Old Trafford. Budaya itu menjadi fondasi keberhasilan luar biasa selama 26 tahun kepelatihannya dengan 38 trofi, termasuk 13 gelar Premier League dan 2 Liga Champions.
Akan tetapi di balik kejayaan itu, tersimpan sisi gelap ruang ganti yang dipenuhi tekanan dan perundungan antarpemain. Evra mengaku, pemain-pemain senior kerap bersikap dingin bahkan kejam terhadap pemain muda yang dianggap "lemah".
Salah satu contoh paling mencolok terjadi saat melawan Liverpool pada 2011. Jamie Carragher membuat tekel keras terhadap Nani hingga menyebabkan luka parah di kaki. Akan tetapi alih-alih mendapat simpati, Nani justru diabaikan oleh rekan-rekannya setelah terlihat menangis.
"Paul Scholes bahkan berkata kasar saat melihat Nani menangis. Lalu Ferguson masuk dan teriak, 'Saya harap kakimu patah! Pemain Manchester United tidak boleh menangis di Anfield!'" kata Evra.
"Kami seperti binatang. Saya benar-benar minta maaf kepada semua pemain muda yang pernah berlatih dengan kami," lanjutnya.
Tak hanya itu, Evra mengungkap bahwa mereka bahkan sempat menanti untuk "menghukum" Nani keesokan harinya. Ferguson sampai harus memberinya libur seminggu untuk meredakan situasi.
"Sampai sekarang, di grup WhatsApp mantan pemain United, kami masih suka kirim foto Nani yang menangis di Anfield," tutur Evra.
Meski bernada nostalgia dan humor, pengakuan Evra membuka tabir kerasnya lingkungan ruang ganti Manchester United di era Ferguson. Gaya kepemimpinan yang menghasilkan kejayaan, akan tetapi meninggalkan jejak trauma bagi sebagian pemain.