ThePhrase.id - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menyatakan bahwa awal musim kemarau 2024 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi akan mundur dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Wilayah-wilayah yang diprediksi akan mengalami mundurnya awal musim kemarau meliputi sebagian Sumatera Utara, sebagian Riau, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Timur, dan sebagian besar Kalimantan.
Selain itu, sebagian Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), sebagian Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagian Sulawesi Tenggara, sebagian Sulawesi Barat, sebagian besar Sulawesi Tengah, Gorontalo, sebagian Sulawesi Utara, dan sebagian Maluku juga diprediksi mengalami hal serupa.
"Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologinya (periode 1991-2020), maka awal musim Kemarau 2024 di Indonesia diprediksi MUNDUR pada 282 ZOM (40%), SAMA pada 175 ZOM (25%), dan MAJU pada 105 ZOM (15%)," ungkap Dwikorita dalam keterangan tertulis.
Dwikorita menjelaskan bahwa meskipun beberapa wilayah mengalami penundaan awal musim kemarau, sebagian wilayah Indonesia diantisipasi akan mengalami puncak musim kemarau lebih awal pada bulan Juni 2024.
Puncak musim kemarau yang diperkirakan lebih awal tersebut diproyeksikan terjadi di sekitar 317 zona musim atau sekitar 45,61 persen wilayah, termasuk sebagian besar Sumatera, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Utara.
Sementara itu, wilayah lainnya diperkirakan akan memasuki puncak musim kemarau pada bulan Agustus 2024, seperti sebagian Sumatera Selatan, Jawa Timur, sebagian besar Kalimantan, Bali, NTB, NTT, sebagian besar Sulawesi, Maluku, dan sebagian Papua.
"Puncak musim kemarau 2024 umumnya diprediksi pada bulan Juli dan Agustus 2024, yaitu sebanyak 534 ZOM (77 persen),” jelas Dwikorita.
Dalam konteks El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang menyebabkan mundurnya awal musim hujan 2023, Dwikorita menjelaskan bahwa pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudra Pasifik menunjukkan adanya El Nino moderat masih berlangsung dengan nilai indeks 1,59.
Sementara itu, pemantauan suhu muka laut di Samudra Hindia menunjukkan bahwa IOD berada dalam kondisi netral.
Dwikorita mengatakan bahwa El Nino diperkirakan akan menuju netral pada periode Mei, Juni, dan Juli 2024. Setelah triwulan ketiga pada Juli, Agustus, dan September 2024, El Nino berpotensi beralih menjadi La Nina lemah.
"Sementara itu, kondisi IOD diprediksi akan tetap netral setidaknya hingga September 2024," tambahnya.
"Sedangkan kondisi suhu muka laut di Indonesia, diprediksikan berada dalam kondisi yang lebih hangat, dengan kisaran +0.5 hingga +2.0 derajat Celcius lebih hangat dari kondisi normalnya," tambahnya.
BMKG menekankan pentingnya bagi masyarakat dan pemerintah daerah untuk mengantisipasi kemungkinan kemarau yang dapat berlangsung lebih kering dari biasanya. Dwikorita menyatakan bahwa pemerintah daerah dapat lebih efektif dalam menyimpan air menjelang akhir musim hujan ini, dengan mengisi danau, waduk, embung, kolam retensi, serta infrastruktur penyimpanan air lainnya di masyarakat melalui inisiatif memanen air hujan. [nadira]