trending

BMKG Prediksi Musim Puncak Kemarau Terjadi pada Juni hingga Agustus 2025

Penulis Nadira Sekar
Mar 19, 2025
Foto: Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati (dok. BMKG)
Foto: Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati (dok. BMKG)

ThePhrase.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim kemarau di Indonesia akan terjadi pada Juni hingga Agustus 2025. 

Meskipun demikian, awal musim kemarau di berbagai wilayah diprediksi bervariasi. Sebagian besar daerah akan mengikuti pola normal, sementara beberapa wilayah mengalami keterlambatan atau percepatan.

Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa berdasarkan data klimatologi periode 1991–2020, awal musim kemarau 2025 diprediksi terjadi sesuai dengan normalnya di 30% wilayah (207 zona musim), mengalami keterlambatan di 29% wilayah (204 zona musim), dan lebih cepat dari biasanya di 22% wilayah (104 zona musim). 

Wilayah yang diprediksi mengalami awal musim kemarau sesuai dengan normalnya meliputi Sumatera, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara, serta sebagian Maluku dan Maluku Utara. Sementara itu, beberapa wilayah yang diperkirakan mengalami kemarau lebih lambat adalah Kalimantan bagian selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagian wilayah Sulawesi, Maluku Utara, dan Merauke.

Secara keseluruhan, musim kemarau 2025 diprediksi akan bersifat normal di 60% wilayah (416 ZOM). Sementara itu, 26% wilayah (185 ZOM) diperkirakan mengalami musim kemarau yang lebih basah atau di atas normal, termasuk Aceh, Lampung, Jawa bagian barat dan tengah, Bali, NTB, NTT, sebagian kecil Sulawesi, dan Papua bagian tengah. 

Sebaliknya, 14% wilayah lainnya (98 ZOM) diperkirakan mengalami musim kemarau yang lebih kering atau di bawah normal, meliputi Sumatera bagian utara, Kalimantan Barat, Sulawesi bagian tengah, Maluku Utara, dan Papua bagian selatan.

Dinamika Atmosfer dan Laut 2025

BMKG juga mencatat bahwa berdasarkan pemantauan suhu muka laut pada awal Maret 2025, fenomena La Niña di Samudra Pasifik telah bertransisi ke fase netral dalam fenomena El Niño Southern Oscillation (ENSO). Begitu pula dengan fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) di Samudra Hindia yang juga berada dalam kondisi netral.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menegaskan bahwa dengan kondisi ENSO dan IOD yang netral, musim kemarau 2025 diperkirakan akan lebih stabil tanpa pengaruh iklim laut yang ekstrem. Hal ini berbeda dengan tahun 2023 yang mengalami dampak kekeringan lebih parah akibat El Niño.

“Jadi utamanya adalah karena tidak adanya dominasi iklim global seperti El Nino, La Nina, dan IOD sehingga prediksi kami iklim tahun ini normal dan tidak sekering tahun 2023 yang berdampak pada banyak kebakaran hutan dan musim kemarau tahun 2025 cenderung mirip dengan kondisi musim kemarau tahun 2024,” kata Ardhasena.

Imbauan BMKG

BMKG juga mengimbau berbagai sektor untuk menyesuaikan strategi dalam menghadapi musim kemarau tahun ini. Di sektor pertanian, petani disarankan menyesuaikan jadwal tanam, memilih varietas tanaman yang tahan kekeringan, serta mengoptimalkan pengelolaan air di daerah yang diperkirakan mengalami musim kemarau lebih panjang atau lebih kering.

Sementara itu, untuk sektor kebencanaan, BMKG meminta kesiapsiagaan terhadap kebakaran hutan dan lahan (karhutla), terutama di wilayah rawan yang diperkirakan mengalami musim kemarau dengan curah hujan normal atau di bawah normal. Di sektor lingkungan, masyarakat diimbau untuk mewaspadai memburuknya kualitas udara di kota-kota besar serta potensi gangguan kenyamanan akibat suhu udara yang lebih panas dan lembap selama musim kemarau.

Selain itu, sektor energi perlu menghemat dan mengelola pasokan air secara efisien guna menjaga keberlanjutan operasi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), irigasi, serta pemenuhan kebutuhan air baku, terutama di wilayah dengan musim kemarau lebih panjang atau lebih kering dari normal. Di sektor sumber daya air, BMKG juga mengingatkan pentingnya optimalisasi sumber air alternatif serta distribusi air yang efisien agar ketersediaan air bagi masyarakat tetap terjaga selama musim kemarau berlangsung.

“BMKG menghimbau agar informasi dalam Prediksi Musim Kemarau 2025 ini dapat dijadikan dasar dalam mendukung Program Asta Cita melalui optimalisasi kondisi iklim sesuai dengan sumber daya di wilayah masing-masing,” pungkasnya. [nadira]

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic