ThePhrase.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan potensi terjadinya anomali iklim La Niña pada tahun 2024.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyatakan bahwa musim kemarau kali ini berpotensi menjadi kemarau basah jika La Niña terjadi. Kemarau basah sendiri adalah kondisi di mana musim kemarau mengalami curah hujan yang lebih tinggi dari rata-rata.
"Kita belum menyimpulkan seperti itu (akan terjadi La Nina). Ada kecenderungan La Niña meskipun lemah akan terjadi. Tapi itu bisa meleset karena datanya masih kurang, tapi ada tren ke sana," kata Dwikorita dilansir dari cnnindonesia.com.
"Jadi kalau seandainya iya, berarti menjadi basah," imbuh dia.
La Niña sendiri adalah fenomena iklim yang terjadi di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur di mana suhu permukaan laut lebih dingin dari rata-rata. Fenomena ini adalah kebalikan dari El Niño dan merupakan bagian dari siklus iklim yang dikenal sebagai El Niño-Southern Oscillation (ENSO).
La Niña terjadi ketika angin pasat di Samudra Pasifik menguat, mendorong air hangat ke arah barat dan membawa air dingin dari kedalaman laut ke permukaan di bagian timur. Hal ini menyebabkan pendinginan yang signifikan di permukaan laut bagian timur dan tengah Pasifik.
Kemarau basah dapat berdampak positif dan negatif bagi kehidupan masyarakat. Dampak positifnya, yaitu:
Sedangkan dampak negatifnya, yaitu:
BMKG mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap potensi bencana akibat kemarau basah, seperti banjir dan genangan air. Beberapa langkah mitigasi dan adaptasi yang dapat dilakukan antara lain:
Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan masyarakat dapat lebih siap menghadapi potensi kemarau basah dan meminimalkan dampak negatifnya.
[nadira]