ThePhrase.id - Ada satu fenomena menarik yang menjadi kejutan dalam Pilkada serentak 2024 lalu, yakni fenomena pasangan calon kepala daerah yang melakukan aksi borong dukungan partai, tetapi kalah dalam pemilihan. Bahkan ada paslon atau pasangan yang sudah menguasai semua partai dan menjadi calon tunggal dan kalah oleh kotak kosong.
Pilkada Jakarta adalah yang paling banyak disorot. Bukan hanya karena Jakarta sebagai wilayah pertarungan politik kedua setelah Pilpres, tetapi juga menjadi arena pertaruhan nama besar dan partai besar untuk menunjukkan kekuatan dan pengaruh politiknya di publik Jakarta. Dukungan partai politik dan endorsement nama besar menjadi modal utama untuk maju ke gelanggang dan jadi jaminan untuk memenangkan pertarungan.
Maka pasangan Ridwan Kamil - Suswono maju ke gelanggang dengan percaya diri tinggi dan yakin akan memenangkan pertarungan dalam satu putaran. Bagaimana tidak, semua partai politik minus PDI Perjuangan sudah bergabung mendukungnya. Ditambah lagi nama-nama besar yang jadi endorser menjamin pasangan ini untuk berada di atas angin. Mantan Presiden Joko Widodo, rela jauh-jauh dari Solo ke Jakarta mengumpulkan relawannya untuk memenangkan pasangan ini.
“Kenapa saya (dukung) Ridwan Kamil? Karena rekam jejak,” ujar Jokowi menyebut alasannya mendukung Ridwan Kamil di Cempaka Putih, Jakarta Pusat pada Senin (18/11/2024).
Bukan hanya pengalaman, latar belakang pendidikan disebut Jokowi sebagai alasan mendukung Ridwan. Menurut Jokowi, dengan jejak pendidikan S1 Teknik Arsitektur ITB dan S2 di Universitas California, Berkeley, menunjukkan kemampuan Ridwan dalam ilmu tata ruang dan tata kota.
“Artinya, secara rekam jejak ada, secara ilmu ada. Kurang apa lagi? Mau pilih yang mana lagi?” ujar Jokowi retoris.
Tidak hanya Jokowi, Presiden Prabowo Subianto pun ikut mengendorse Ridwan Kamil – Suswono. Meski tidak sevulgar Jokowi, namun publik Jakarta tahu jika Prabowo memihak pasangan ini melalui surat imbauan Prabowo kepada masyarakat Jakarta mencoblos pasangan calon nomor urut 1 Ridwan Kamil-Suswono. Meskipun Sekjen Gerindra, Ahmad Muzani menegaskan bahwa dalam surat itu sudah jelas kedudukan Prabowo adalah sebagai Ketua Umum sekaligus Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra.
“Itu surat cukup jelas, tegas dalam kedudukan beliau sebagai Ketua Umum dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra begitu. Itu suratnya jelas” ujar Muzani di Gedung MPR, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, pada Selasa (26/11/2024).
PKS atau Partai Keadilan Sejahtera, sebagai partai pemenang Pilkada Jakarta 2024 merasa sudah berada di jalan yang benar memasangkan kadernya Suswono sebagai pendamping Ridwan Kamil. Keputusan mereka untuk memotong “Ekor Jas” Anies Baswedan dinilai sebagai keputusan tepat. PKS ingin membalikkan anggapan publik bahwa ekor “jas Anies” menjadi salah satu faktor penentu jumlah suara yang diraih oleh partai itu pada Pemilu 2024 lalu.
Pengumuman Ridwan Kamil – Suswono pun sebagai pasangan ideal yang akan memenangkan pertarungan pun sudah menyebar kemana-mana. Menang. bukan hanya karena gelombang dukungan tetapi juga calon pasangan yang menjadi lawan tanding adalah pendatang baru. Dharma Pongrekun – Kun Wardhana masuk arena lewat jalur independen karena hanya jalur itu yang tersedia, sebab tak ada lagi kursi partai politik yang kosong. Kecuali PDI P yang masih belum bergerak dan terancam tidak bisa berangkat.
Namun, keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang merubah aturan main seminggu menjelang penutupan pendaftaran Pilkada, memberi peluang kepada PDI P yang tinggal sendirian untuk maju ke gelanggang. Setelah sempat gonjang-ganjing dan wacana PDI P akan mengusung Anies Baswedan, akhirnya Megawati memutuskan untuk mengusung pasangan dari kader sendiri, Pramono Anung- Rano Karno. Sebuah Keputusan taktis untuk memenangkan hati publik Jakarta, dengan mengusung Rano Karno yang lekat dengan julukannya sebagai Si Doel Anak Betawi dan Pramono Anung, politisi ulung yang dikenal loyal dengan latar belakang aktifis ITB era 80 an.
Latar belakang Pramono sebagai aktifis inilah yang menjadi simpul hubungannya dengan Anies Baswedan yang sudah terjalin lama. Pramono yang melanjutan studi magisternya di UGM bertemu dengan Anies Baswedan, Ketua Senat Mahasiswa UGM ketika itu. Ikatan inilah yang menjadi penyambung hubungan keduanya dalam kontestasi pilkada Jakarta 2024. “Ekor Jas” Anies yang telah dilepaskan oleh PKS kemudian diikat pada Pramono - Rano. Dan terbukti ekor jas Anies itu telah menarik banyak Anak Abah di Jakarta untuk mendukung pasangan ini. Hasilnya, Pramono-Rano menang dengan meyakinkan 50,07 persen suara versi jaga suara atau real count. Hasil yang membuat kubu Ridwan Kamil - Suwono mencari cara agar ada tanding ulang di putaran kedua karena ada hitungan cepat yang menyebut Pramono-Rano belum mencapai 50 persen.
Hasil perolehan suara Pramono-Rano ini juga telah menjungkirbalikkan asumsi PKS sebagai asumsi yang keliru dan keputusan meninggalkan Anies sebagai keputusan fatal. Akibatnya, PKS kini menjadi partai “Si Lebay Malang”, yang melepaskan burung di tangan karena mengharap burung di udara. Ekor jas Anies ternyata tidak hanya melibas PKS di Jakarta tetapi juga menyingkirkan PKS di Depok, kawasan pinggiran Jakarta yang telah dikuasai PKS selama 20 tahun. Efek ekor jas yang membuat petinggi PKS terkejut dan mengakuinya.
"Anies effect secara umum. (bukan) Anies-Ahok, Anies doang kok itu, karena Ahok sudah kelamaan, kalau Anies efeknya ada," kata Mardani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (29/11/2024).
Fenomena paslon yang memborong dukungan partai tapi kalah di pemilihan ini, bukan hanya terjadi di Jakarta. Di Bangka Belitung, Pilkada di dua kabupaten/ Kota, pasangan calonnya kalah oleh Kotak Kosong. Paslon tunggal Maulan Aklil - Masagus Hakim kalah dari kotak kosong di Pemilihan Walikota Pangkalpinang 2024. Kotak kosong meraih suara 57,9 persen dan Molen-Hakim 42,1 persen. Terjadinya calon tunggal ini, setelah Maulan Aklil – Masagus Hakim memborong semua kursi partai politik di DPRD Pangkal Pinang.
Begitu juga di Pilkada Kabupaten Bangka, Paslon calon tunggal Mulkan - Ramadian kalah dari kotak kosong. Mulkan-Ramadian meraih 42,75 persen dan kotak kosong 57,25 persen. Mulkan-Ramadian maju dan mendaftar sebagai Calon Bupati dan Wakil Bupati dengan dukungan 10 partai politik, yakni PDIP, Golkar, Gerindra, NasDem, PKB, PPP, Perindo, PKS dan PAN serta Demokrat.
Kedua paslon yang kalah oleh kotak kosong di Babel ini adalah petahana, yang memborong semua partai politik dan menutup ruang untuk munculnya calon lain untuk berkontestasi. Disebut memborong karena memang ada harga yang harus dibayar sebagai konsesi dukungan dari partai-partai itu.
“Pengurus partai mengkomersilkan partainya dengan harga tinggi, kisaran Rp 250 juta -Rp 300 juta per kursi di DPRD,” kata Usmandie Andeska, wartawan senior yang juga salah seorang pendiri Propinsi Bangka Belitung.
Namun, menurut Andeska kesadaran politik rakyat telah memberi pelajaran kepada partai dan pihak yang ingin menguasai rakyat dengan money politik. Sekaligus juga memberi pelajaran kepada paslon yang memborong partai karena sudah terjerembab dalam lumpur, sementara pengurus partai pesta pora, di tengah kehancuran calonnya. Wallahu’alam. (Aswan AS)