trending

Boston University Bantah Kembangkan Covid-19 yang Lebih Mematikan

Penulis Nadira Sekar
Oct 28, 2022
ThePhrase.id - Belakangan ini dunia kembali dihebohkan karena berita yang pertama kali dipublikasikan The Daily Mail, bahwa Boston University telah mengembangkan jenis virus Covid yang memiliki tingkat kematian hingga 80 persen.

Merespons hal tersebut, Boston University mengatakan bahwa berita tersebut adalah salah dan tidak akurat. Para pemimpin di National Emerging Infectious Diseases Laboratories mengatakan mereka sebenarnya menemukan replika Covid-19 justru tidak berbahaya.

Foto: Ilustrasi Covid-19 (freepik.com)


“Kami ingin menjawab pelaporan yang salah dan tidak akurat tentang penelitian Covid-19 Universitas Boston, yang muncul hari ini di Daily Mail. Pertama, penelitian ini bukan penelitian gain-of-function, artinya tidak "menguatkan strain virus SARS-CoV-2 Washington atau membuatnya lebih berbahaya. Faktanya, penelitian ini membuat virus bereplikasi menjadi kurang berbahaya," tulis pernyataan resmi Boston University.

Dikatakan bahwa  berita yang pertama kali diliput oleh Daily Mail tersebut terlalu dilebih-lebihkan dan mengambil data pada penelitian terhadap tikus di luar konteks.

“Model hewan yang digunakan adalah jenis tikus tertentu yang sangat rentan, dan 80 hingga 100 persen tikus yang terinfeksi mati karena penyakit dari galur aslinya, yang disebut galur Washington. Sedangkan Omicron menyebabkan penyakit yang sangat ringan pada hewan-hewan ini," imbuh pernyataan Boston University.
Penelitian Apa yang Sebenarnya Dilakukan?

Boston University melakukan penelitian yang berfokus pada varian Omicron yang sangat menular dengan tujuan menentukan apakah protein lonjakannya menjelaskan mengapa hal itu menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah.

Studi ini berfokus pada protein lonjakan Omicron karena membawa sejumlah besar mutasi dan tampaknya membantu virus lolos dari kekebalan yang diinduksi vaksin. Para peneliti mengambil gen untuk lonjakan Omicron (S) dan menambahkannya ke genom strain SARS-CoV-2 yang pertama kali terlihat di negara bagian Washington AS pada awal 2020, menciptakan literasi baru virus.

Universitas mengatakan penelitian dimulai pada kultur jaringan dan kemudian pindah ke model hewan yang menggunakan tikus yang direkayasa agar sangat rentan terhadap virus corona. Tidak ada tes yang dilakukan pada orang.

Para peneliti menyimpulkan bahwa protein lonjakan bukanlah faktor kunci mengapa Omicron kurang mematikan, dengan mengatakan protein virus lain perlu diperiksa.

Omicron menyebabkan infeksi ringan dan tidak fatal pada tikus, virus yang dibuat untuk penelitian ini membunuh 8 dari 10 di antaranya. Boston University pun menyampaikan bahwa angka 80 persen itu adalah apa yang dilaporkan media, salah mengartikan studi dan tujuannya.

Universitas mengatakan virus yang dibuat dengan lonjakan Omicron tidak lebih mematikan daripada strain Washington SARS-CoV-2. Faktanya, penelitian ini membuat virus mereplikasi menjadi kurang berbahaya. [nadira]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic