ThePhrase.id - Kualitas udara DKI Jakarta yang kian memburuk akibat tingginya polusi udara terus menjadi sorotan. Berdasarkan data dari IQAir pada 22 Agustus 2023 pukul 09.00, indeks kualitas udara (AQI) Jakarta mencapai angka 165 atau kategori tidak sehat, dengan konsentrasi PM2.5 sebesar 16,7 kali lipat dari nilai panduan kualitas udara tahunan yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Polusi udara sering kali dikaitkan sebagai pemicu berbagai penyakit pernapasan, termasuk infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Padahal, ada berbagai penyakit lain yang dapat disebabkan oleh polusi udara. Salah satunya adalah gangguan pencernaan.
Melansir sebuah studi oleh Afif Budiyono (2001), ada tiga cara masuknya pencemaran udara ke dalam tubuh manusia, yaitu melalui inhalasi, ingestasi dan penetrasi kulit. Inhalasi adalah masuknya bahan pencemar udara ke tubuh manusia melalui sistem pernapasan. Bahan pencemar ini dapat mengakibatkan berbagai gangguan pada paru-paru dan saluran pernapasan.
Sedangkan bahan pencemar udara yang berdiameter cukup besar tidak jarang masuk ke saluran pencernaan atau yang disebut dengan ingestasi, ketika makan atau minum. Seperti halnya di paru-paru, maka bahan pencemar yang masuk ke dalam pencernaan dapat menimbulkan efek lokal dan menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah.
Menurut P2PTM Kemenkes RI, paparan terhadap polusi udara dapat memicu penyakit radang usus (IBD), yang mencakup penyakit Crohn dan kolitis ulserativa. Polusi udara dapat mencederai atau bahkan dapat merusak sel-sel epitel yaitu sel yang terdapat pada permukaan saluran cerna.
Kerusakan terjadi melalui respons inflamasi terhadap zat asing yang memasuki saluran pencernaan, baik secara langsung maupun melalui kontaminasi dari makanan dan minuman. Polusi udara juga dapat merangsang proses peradangan serta respons pertahanan tubuh yang berdampak pada peningkatan risiko kekambuhan atau memperburuk gejala pada pasien dengan gangguan autoimun.
Di samping respons inflamasi tersebut, gangguan akibat polusi udara juga dapat mempengaruhi bakteri dalam saluran pencernaan, terutama bakteri baik (probiotik). Kondisi ini berpotensi menimbulkan gangguan dalam saluran pencernaan dan mengganggu keseimbangan alaminya.
Paparan polusi udara juga meningkatkan potensi risiko perdarahan di bagian atas saluran pencernaan, terutama pada individu yang sebelumnya sudah memiliki riwayat tukak atau luka pada saluran pencernaan. Situasi ini tidak boleh dianggap enteng, karena dapat mengancam nyawa para penderitanya.
Untuk mencegah gangguan pencernaan akibat polusi udara, ada beberapa langkah yang dapat diambil. Pertama, penting untuk menjaga pola makan yang sehat dengan memilih makanan yang kaya serat, vitamin, dan mineral. Ini dapat membantu mempertahankan kesehatan saluran pencernaan serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap efek negatif polusi udara. Penting juga untuk menghindari konsumsi makanan dan minuman yang mungkin terkontaminasi oleh polusi udara. Selain itu, pastikan asupan cairan Anda cukup, karena air membantu menjaga fungsi normal saluran pencernaan dan mengatasi potensi dehidrasi yang mungkin terjadi akibat paparan polusi.
Menghindari paparan langsung saat tingkat polusi udara tinggi juga penting. Periksa indeks kualitas udara (AQI) sebelum melakukan aktivitas di luar ruangan. Penggunaan masker juga dapat digunakan untuk melindungi diri dari polusi udara. [nadira]