ThePhrase.id - Meninggalkan Anies dan mencalonkan kadernya sendiri sebagai gubernur, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dinilai sedang uji nyali di DKI Jakarta. Sebagai partai pemenang dan pemilik kursi terbanyak di DPRD Jakarta tahun 2024 ini, PKS merasa layak untuk mengajukan calon dari kader sendiri. Apalagi selama ini, PKS selalu tidak kebagian menempatkan kadernya sebagai wakil gubernur DKI Jakarta.
“Kandidat yang kami usung adalah Mohammad Shohibul Iman, yang saat ini menjabat sebagai wakil ketua Mjelis Syuro PKS,” kata Juru Bicara PKS, Ahmad Mabruri dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu 23 Juni 2024.
Keputusan PKS ini disebut uji nyali, karena Mohamad Shohibul Iman, kader PKS yang diusung dalam Pilgub Jakarta tahun 2024 ini, namanya hampir tak pernah muncul dalam teropong lembaga survei sebagai calon gubernur yang potensial. Apalagi raihan suara signifikan PKS pada Pemilu 2024 lalu salah satunya dampak dari popularitas dan elektabilitas Anies Baswedan yang biasa disebut dengan coattail effect atau efek ekor jas.
“Saya melihat PKS sebenarnya mendapatkan efek ekor jas atau coattail effect dari Anies. Dalam konteks itu, PKS menikmati coattail effect dari Anies walaupun Anies kalah di DKI. Itu sangat mungkin,” kata Ujang Komaruddin, Pengamat Politik Universitas Al-Azhar di Jakarta 13 Maret 2024 lalu.
Meski Anies bukan kader partai politik mana pun, tapi persepsi bahwa Anies identik dan dekat dengan PKS itu cukup kuat di publik Jakarta. Karena itu meninggalkan Anies akan membuat PKS akan ditinggalkan oleh sebagian dari pemilihnya.
Melihat fakta-fakta di atas, maka ada beberapa pertanyaan yang muncul ke permukaan, apa motif PKS mengumumkan pencalonan Mohammad Shohibul Iman, Wakil Ketua Majelis Syuro PKS sebagai calon gubernur DKI Jakarta 2024? Padahal nama itu tidak begitu populer dan elektabilitasnya pun nyaris tidak terdengar di bursa calon gubernur DKI Jakarta.
Paling tidak ada dua hal yang sedang dijajaki PKS dengan pengumuman pencalonan kadernya Muhamad Shihibul Iman sebagai calon gubernur di Pligub DKI Jakarta 2024.
Pertama, PKS sedang melakukan test ombak (test the water) untuk melihat kekuatan dukungan asli terhadap partainya oleh publik Jakarta. Dengan kata lain, pimpinan PKS ingin mengukur seberapa besar Anies Effect terhadap elektabilitas partai yang selama ini dilekatkan pada PKS.
Dugaan test the water itu dapat dilihat pada cara mengkomunikasikan pencalonan itu kepada publik. Pengumuman itu dilakukan oleh juru bicara partai Ahmad Mabruri, melalui keterangan tertulis. Artinya, bila dalam perjalanannya pengumuman pengusungan ini ternyata tidak seperti diharapkan responnya maka masih ada level komunikasi di atasnya yang akan meluruskan informasi itu.
Selama ini, PKS selalu dikenal sebagai partai menengah yang solid yang banyak mendapat dukungan karena kejelian dan kelincahan memanfaatkan isu-isu yang menarik perhatian publik yang sedang kecewa dengan pemerintah. Dengan pengumuman pencalonan ini, PKS ingin melihat kekuatan riil partainya jika tanpa ada faktor lain seperti Anies effect atau isu-isu oposisi yang mereka mainkan selama ini.
Kedua, PKS sedang mengkavling posisi wakil gubernur DKI Jakarta yang selalu luput mereka dapatkan selama ini, terutama pada beberapa kali penggantian wakil gubernur ketika Anies menjabat sebagai gubernur pada satu periode lalu.
Sebagai partai pemenang, PKS ingin mengatakan bahwa partainya memiliki harga khusus yang harus diperhitungkan oleh semua pihak baik partai politik maupun figur yang akan masuk bursa pencalonan gubernur Jakarta. Maka, meskipun tidak dapat menduduki posisi sebagai gubernur, paling tidak PKS mendapatkan posisi sebagai wakil gubernur untuk lima tahun ke depan. Sebuah target yang cukup realistis bagi PKS di Jakarta saat ini, karena realitas politik yang ada tidak memungkinkan kadernya mendapat posisi gubernur karena tidak ada nama kuat dari internal dan jumlah kursi yang belum cukup untuk mengusung calon gubernur sendiri. Saat ini PKS memilik 18 kursi di DPRD DKI Jakarta. Sementara pencalonan pasangan gubermur dan wakil gubernur mensyaratkan 22 kursi.
Kepastian tentang pengkavlingan wakil gubernur ini berasal dari statement juru bicara PKS Muhammad Iqbal yang menegaskan bahwa DPP PKS memberikan dua opsi kepada Anies Baswedan jika ingin diusung oleh partai pemenang pileg provinsi Jakarta itu.
“PKS memberi pilihan ke Anies, masuk menjadi kader atau wakilnya dari PKS,” kata Iqbal, Senin 24 Juni 2024.
Dengan mengumumkan pencalonan Mohammad Shohibul Iman, PKS sedang mengultimatum atau melakukan faith accomply kepada Anies untuk memilih wakil dari PKS pada Pilgub mendatang.
Namun demikian, PKS juga harus bergegas membangun komunikasi dengan Anies Baswedan dan partai lain sebagai kawan berkoalisi. Sebab jika terlambat, PKS bisa zonk alias tidak mendapat apa-apa. Karena Anies saat ini sudah diusung resmi oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang memiliki 10 kursi di DPRD DKI Jakarta. Dan bila PDI Perjuangan yang memiliki 15 kursi bergabung mendukung Anies, maka besar kemungkinan wakil gubernur berasal dari PDI Perjuangan atau PKB.
Jangan lupa, Anies memang disebut sebagai figur agamis yang secara ideologis dekat dengan partai berhaluan Islam. Namun, Anies adalah politisi yang memiliki elastitas dan fleksibilitas komunikasi yang dapat berkolaborasi dengan siapa saja, termasuk dengan PDI Perjuangan dan PSI yang selama ini banyak mengkritisi langkah dan kebijakan Anies Baswedan. (Aswan AS)