ThePhrase.id – Berbeda dengan perayaan Cap Go Meh di Indonesia, perayaan di Tiongkok dikenal dengan Festival Lampion atau yuánxiāo jié. Festival lampion merupakan perayaan yang penting untuk masyarakat Tiongkok. Festival ini dilakukan setiap tahunnya pada bulan penuh pertama di tahun Lunar. Perayaan ini untuk mengakhiri tahun baru China yang mereka sebut sebagai Spring Festival atau Festival Musim Semi.
Tak beda jauh dengan Indonesia, Festival Lampion dilakukan sebagai sarana untuk mengumpulkan keluarga. Ada juga yang mengatakan bahwa perayaan lampion merupakan Hari Cinta China yang sebenarnya, karena pada masa dulu perempuan tidak diperbolehkan keluar rumah kecuali pada saat Festival Lampion.
Festival Lampion juga dikatakan berawal dari sebuah perayaan yang dilakukan oleh biksu untuk menunjukan rasa hormat pada Buddha dengan memasang lampion di kuil mereka pada hari kelima belas Tahun Baru China.
Dalam merayakan Cap Go Meh atau Festival Lampion, masyarakat Tiongkok memiliki beberapa perayaan khusus.
Pameran Lampion
Festival Lampion. (Foto: chinesenewyear.net)
Pameran lampion merupakan festival lampion dengan beragam bentuk, mulai dari bentuk naga hingga lampion raksasa. Berbagai bentuk lampion menggambarkan sejarah atau cerita mitologi China.
Namun tetap yang menjadi hiasan utamanya adalah lampion merah tradisional untuk menangkal hal buruk. Pameran lampion ini menandakan bahwa masyarakat Tiongkok sudah siap untuk melepas masa lalu untuk menyambut tahun yang baru.
Menebak Teka-Teki Lampion
Teka-Teki Lampion. (Foto: chinesenewyear.net)
Bermula di masa Dinasti Song pada 960-1279, permainan ini merupakan tradisi penting untuk merayakan festival lampion. Permainan ini dilakukan oleh masyarakat di mana para pemilik lampion akan memasangkan teka-teki. Kemudian masyarakat dapat menebak teka-teki tersebut. Ketika mendapatkan jawaban yang benar, bisa ditarik dan mendapatkan hadiah.
Tangyuan dikenal sebagai ronde, merupakan makanan khas perayaan lampion di Tiongkok. Di daerah utara, dikenal juga dengan sebutan yuanxiao. Tangyuan ini merupakan ketan rebus yang berbentuk bulat dimakan dengan kuah manis.
Tangyuan memiliki arti sop bundar dan pengucapan yang mirip dengan ‘reuni’ ini memiliki simbol kebersamaan dan keutuhan. [Syifaa]