ThePhrase.id - Pastinya setiap masyarakat Indonesia memiliki kain batik ataupun kain wastra. Nah, agar kain tradisional ini tetap awat digunakan ada beberapa cara khusus untuk merawatnya. Ada dua jenis langkah perawatan, preventif dan kuratif.
Kain batik yang menggunakan pewarna sintetis maupun perwarna alami tetap harus dirawat secara khusus karena bahan dan proses pembuatan yang unik dan berbeda dari kain atau pakaian lainnya.
Perawatan secara preventif biasanya dilakukan oleh sebagian besar pembatik dengan melakukan pencegahan adanya kerusakan setelah proses membatik selesai hingga tahap akhir. Setelah itu, ada juga langkah merawat batik kuratif yang dibagi menjadi dua yakni interventif dan restorasi yang merupakan tindakan perawatan setelah ada kerusakan. Namun, restorasi dilakukan ketika kerusakan sudah mencapai tingkat tinggi.
Apa saja faktor kerusakan pada batik?
Koleksi batik. (Foto: Museum Batik)
Berdasarkan ICCOM-CC (International Council of Museums- Committee for Conservation) bahwa terdapat 10 faktor perusak pada koleksi tekstil, termasuk kain batik. Kerusakan bisa terjadi karena faktor lingkungan biotik maupun abiotik.
Biotik yang dimaksud berupa serangga perusak kain, dan gaya fisik yang disebabkan oleh adanya bencana alam dan guncangan. Sedangkan abiotik yaitu pengaruh lingkungan sekitar seperti kelembapan, suhu, pencahayaan, api, air, dan polutan.
Untuk faktor abiotik seperti kelembaban dan suhu akan sulit untuk dihindari terutama pada daerah tropis. Hal tersebut dapat menyebabkan munculnya mikroorganisme seperti jamur dan jasad renik tidak dapat dihindari, terutama ketika kelembaban tinggi. Selain itu juga, dapat memicu kadar asam tinggi sehingga muncul bercak cokelat pada kain batik.
Disisi lain, pencahayaan, api, air, dan polutan atau debu pada ruangan tempat menyimpan batik juga memiliki pengaruh yang juga besar terhadap kerusakan kain. Pencahayaan yang berlebih dapat memudarkan warna pada kain, kemudian debu juga bisa menjadi sumber awal munculnya bakteri dan jamur.
Cara merawat batik
Proses pembuatan kain batik. (Foto: Museum Batik)
1. Mencuci batik dengan lerak
Batik yang tersimpan lama memiliki debu dan bahan polutan lainnya dapat di bersihkan dengan biji lerak karena kandungannya yang dapat membantu membersihkan kain. Lerak mengandung saponin berfungsi sebagai sabun yang dapat memberikan efek menghilangkan noda pada kain saat dilakukan pencucian.
Tentunya sebelum digunakan, lerak harus direbus lalu dihancurkan terlebih dahulu. Keunggulan lerak selain tidak berbahan keras, bahan ini alami dan tidak merusak serat kain. Bahan ini juga mencegah munculnya jamur dan serangan serangga.
2. Angin-angin
Angin-angin merupakan proses menggantung kain di udara bebas tapi tanpa terkena cahaya matahari secara langsung. Proses ini dapat memberikan relaksasi pada kain yang dilipat dan disimpan pada lemari terlalu lama dan dapat mencegah terjadinya kain lembap. Proses ini termasuk pada perawatan preventif yang mencegah munculnya jamur dan kerusakan lainnya.
3. Ratus
Ratus merupakan proses pengasapan yang berasal dari empon-empon atau rempah yang dibakar. Rempah-rempah yang digunakan akan memberikan bau wangi pada kain dan akan bertahan lama hingga satu tahun dalam keadaan tersimpan dilipat dalam lemari agar tidak bau apek.
Bahan yang digunakan untuk proses ratus adalah temulawak, akar wangi, bunga mawar, kayu secang, kunyit dan pala. Selain berfungsi menambahkan aromatik pada kain, bahab-bahan tersebut juga berfungsi sebagai antimikroba. Mencegah munculnya bakteri dan jamur.
4. Penyimpanan
Sebenarnya cara penyimpanan yang disarankan adalah dengan cara penggulungan yang sudah dilakukan sejak lama. Namun ada baiknya dilakukan secara steril agar tidak ditemukan adanya hama serangga dan jasad renik lain.
Penggulungan dapat dilakukan dengan melapisi dengan kertas bebas asam untuk menyerap kandungan asam dan diberikan rempah seperti cengkih di lemari untuk mengusir serangga kecil. [Syifaa]