leader

Carina Dewi Joe, Srikandi di Balik Manufaktur Vaksin AstraZeneca

Penulis Firda Ayu
Feb 12, 2022
Carina Dewi Joe, Srikandi di Balik Manufaktur Vaksin AstraZeneca
ThePhrase.id – Di balik kehebatan vaksin AstraZeneca ini, ternyata terdapat srikandi Indonesia yang turut andil, Carina Dewi Joe. Carina merupakan postdoctoral researcher di Jenner Institute Oxford University dengan minat di bidang bioteknologi khususnya mengenai manipulasi genetika.

Karena minat ini belum dibuka di Indonesia, alumnus SMAK 1 Penabur ini kemudian melanjutkan studi di luar negeri. Lulus dari S1, ia kemudian magang di Australia. Saat magang inilah ia ditawarkan untuk melanjutkan studinya dengan beasiswa.

Carina Dewi Joe
Carina Dewi Joe (Foto: BBC)


Ia kemudian melanjutkan studinya hingga meraih gelar Doktor di Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) dengan fokus Bioteknologi pada 2019. Minatnya untuk belajar tak berhenti di sini, ia kemudian melamar menjadi postdoctoral researcher di Oxford.

Dengan background pendidikan yang mumpuni dan pengalamannya magang selama 6-7 tahun di Australia pada bidang industri membuatnya berhasil menjadi salah satu peneliti di universitas terbaik di dunia versi The Wur 2022.

Di tengah banyaknya peneliti laki-laki, Carina sebagai wanita juga mampu andil dan menghasilkan penemuan-penemuan yang berguna bagi masyarakat dunia. Menurutnya, pasti ada jalan untuk melakukan sesuatu jika kita bekerja keras.

“Hasil kerja keras saya kelihatan hasilnya dan semoga bisa menginspirasi dan menjadi contoh bagi wanita-wanita di Indonesia,” ungkap Carina dalam Ngosyek atau Ngobrol Asyek dalam Live Instagram dengan Duta Besar Indonesia untuk Inggris, Desra Percaya, Indra Rudiansyah dan Ganjar Pranowo (25/07/2021).

Pemegang Paten Vaksin AstraZeneca


Carina Joe bersama tim kecil manufaktur Universitas Oxford , Sandy Douglas, Adam Ritchie dan Carina (Foto: BBC/ John Cairns Photography)


Carina memiliki andil yang cukup besar dalam distribusi vaksin yang telah menjangkau lebih dari 170 negara ini, yaitu mencari cara agar vaksin ini dapat diproduksi dengan cepat.

Produksi vaksin biasanya memang memakan waktu yang cukup lama, setidaknya 10 tahun agar bisa diterima oleh khalayak luas. Menilik situasi Covid-19 yang muncul dan menyebar luas secara cepat, tentu diperlukan penyesuaian mengenai produksi vaksin yang lebih cepat.

"Biasanya diperlukan waktu yang sangat lama untuk mengembangkan proses manufaktur vaksin apapun. Biasanya diperlukan waktu 5 tahun atau 10 tahun dan biasanya diperlukan waktu 5 atau 10 tahun juga untuk uji klinis," ungkap Ketua Tim Manufaktur Vaksin dari University Oxford,  Sandy Douglas, dilansir melalui BBC.

Menurut Sandy, temuan Carina yaitu “Formula 30 mililiter sel” memungkinkan produksi vaksin lebih banyak 10 kali lipat dengan hanya menggunakan sekitar dua sendok makan sel saja.

Sandy menamabahkan formula “dua sendok makan sel” temuan Carina ini menjadi landasan produksi besar vaksin Oxford AstraZeneca dan memungkinkan vaksin ini diproduksi dengan biaya yang murah.

Carina berhasil menemukan formula “30 milimeter sel” (Foto: BBC/ John Cairns Photography)


Berhasil menemukan formula yang menjadi kunci besar produksi vaksin, Carina mengungkap bahwa ia dan timnya harus bekerja sangat keras setiap hari dalam waktu 15-16 jam. Bahkan ia tidak mendapat libur maupun istirahat selama 18 bulan.

Menurut Carina, ia hampir menyerah di tengah tuntutan dan tekanan pekerjaan yang besar. Carina yang mengerjakan sendiri penelitiannya ini disebut Sandy sebagai hal yang tak biasa. Pasalnya untuk perusahaan farmasi dengan skala manufaktur biasanya tidak bergantung pada satu orang dan punya tim dengan pengalaman yang besar.

"Saya sangat khawatir (ketika itu). Bagaimana bila Carina terkena virus corona? Akan terjadi bencana kalau itu terjadi karena kami perlu dia tetap bekerja," kata Sandy mengenang periode kerja keras selama 18 bulan.

Membuahkan hasil yang maksimal, kini dengan vaksin AstraZeneca merupakan vaksin yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Berbagai negara di Eropa seperti Inggris dan Italia mengungkap bahwa terjadi penurunan angka kematian yang sangat signifikan pasca vaksinasi menggunakan AstraZeneca.

Dilansir melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, vaksin AstraZeneca disebut oleh pakar imunisasi, Elizabeth Jane Soepardi telah lebih dari 1 miliar dosis diterima warga dunia. WHO juga menyatakan bahwa vaksin ini aman dan efektif untuk melindungi orang dari risiko Covid-19. [fa]

Tags Terkait

 
Related News

Popular News

 

News Topic