
Thephrase.id - Luke Xavier Keet menjadi salah satu nama baru yang mengikuti seleksi Timnas Indonesia U-22 untuk SEA Games 2025. Pemain yang kini berkarier di GS Iloupolis, divisi dua Liga Yunani, itu tengah menjalani proses adaptasi dengan rekan-rekannya di Jakarta.
"Bagus, aku sedang mengenal para pemain, semuanya sangat ramah. Aku juga sedang menyesuaikan diri dengan udara di sini, sangat berbeda dengan di Eropa. Tapi aku menikmatinya, tentu saja," tegas Luke.
Lahir di Jakarta, Luke mengaku sangat bangga akhirnya bisa mengenakan seragam Tim Merah Putih untuk pertama kalinya. Ia menilai momen tersebut sebagai hal yang sangat istimewa.
"Aku sangat bangga. Aku lahir di Jakarta, dan sudah lama tidak pulang. Jadi aku merasa sangat bangga memakai logo ini. Sangat bangga," bebernya.
Meski antusias, Luke tidak menampik bahwa adaptasi terhadap kondisi cuaca Indonesia menjadi tantangan tersendiri. Ia menilai faktor kelembapan dan panas membuat tubuhnya perlu waktu untuk menyesuaikan diri.
"Agak sulit, karena di sini sangat lembap dan panas. Tapi semuanya butuh waktu dan kesabaran. Semua staf banyak membantu aku, jadi rasanya luar biasa," katanya.
Luke menjelaskan bahwa darah Indonesia berasal dari sang ibu. Ia sempat menempuh pendidikan di Jakarta sebelum pindah ke luar negeri di usia sembilan tahun. Kini, ia kembali ke tanah kelahirannya untuk memperjuangkan tempat di Timnas Indonesia U-22.
"Ya, aku lahir di sini dan sempat bersekolah di sini juga. Ibuku orang Indonesia. Tapi aku pergi saat umur sembilan tahun dan belum pernah kembali sejak itu. Jadi rasanya sangat menyenangkan bisa kembali. Aku akan segera memperbaiki Bahasa Indonesiaku, semoga cepat bisa," ujarnya.
Sebagai pemain seleksi, Luke menegaskan dirinya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Ia berkomitmen memberikan penampilan terbaik selama menjalani pemusatan latihan.
"Jujur saja, aku sangat menghargai kesempatan ini. Bisa berada di lingkungan ini saja sudah merupakan sebuah kehormatan. Aku akan melakukan yang terbaik, dan biarkan Tuhan yang menentukan sisanya," katanya.

Dalam proses adaptasinya, Luke banyak dibantu pemain lain, terutama mereka yang juga memiliki latar belakang luar negeri. Salah satu yang paling aktif membantunya adalah Brandon Scheunemann, yang fasih berbahasa Indonesia.
"Brandon yang paling banyak membantu, karena dia fasih berbahasa Indonesia. Tapi aku juga sering bicara dengan para pemain naturalisasi lainnya. Bahkan pelatih pernah menyuruhku memimpin doa sebelum makan malam. Jadi, perlahan-lahan aku belajar," tutur Luke.
"Sejujurnya, aku sudah lama tidak pulang ke Australia, dan aku tidak terlalu memikirkannya. Tapi sambutan dan perhatian dari orang-orang Indonesia, terutama di media sosial, sangat menghangatkan hati," ungkapnya.
"Aku sempat datang menonton kualifikasi Piala Dunia, dan itu sangat menginspirasi. Aku merasa punya hubungan pribadi yang kuat dengan Indonesia. Aku lahir di sini karena suatu alasan, dan aku percaya itu," sambungnya.