trending

China Alami Gelombang Covid Parah, Kembali Seperti Awal Pandemi

Penulis Nadira Sekar
Dec 23, 2022
ThePhrase.id - Setelah melonggarkan kebijakan Zero-Covid yang dilakukan sejak awal pandemi dan mendapat penolakan dari masyarakat, China kini menghadapi apa yang kemungkinan merupakan gelombang pandemi Covid-19 terbesar di dunia.

Foto: Ilustrasi Covid-19 (freepik.com)


Melansir NPR, pejabat kesehatan masyarakat negara tersebut mengungkap bahwa kemungkinan 800 juta orang akan terinfeksi virus Covid-19 dalam beberapa bulan ke depan. Dan beberapa model memprediksi setidaknya setengah juta orang akan meninggal.

"Baru-baru ini, wakil direktur CDC China, Xiaofeng Liang, yang merupakan teman baik saya, mengumumkan melalui media publik bahwa gelombang Covid pertama sebenarnya dapat menginfeksi sekitar 60% populasi," kata Xi Chen, yang merupakan peneliti kesehatan global di Universitas Yale dan pakar sistem perawatan kesehatan China.

Itu berarti setidaknya sepuluh persen dari populasi bumi akan terinfeksi dalam 90 hari ke depan.

Hal ini disetujui oleh Epidemiolog, Ben Cowling. “Sayangnya, gelombang ini akan datang dengan sangat cepat. Itu yang terburuk. Jika lebih lambat, China akan punya waktu untuk bersiap. Tapi ini sangat cepat. Di Beijing sudah banyak kasus dan [di] kota-kota besar lainnya karena penyebarannya begitu cepat.” ujar Cowling.
Penyebaran Covid Tercepat

Pada kesempatan yang sama, Cowling menyampaikan bahwa virus tersebut menyebar lebih cepat di China daripada yang pernah menyebar sebelumnya di mana pun selama pandemi. Itu juga terlihat sangat menular pada populasi China.

Untuk memperkirakan penularan virus, para ilmuwan sering menggunakan parameter yang disebut angka reproduksi, atau angka R. Pada awal pandemi Covid, di awal tahun 2020, angka R sekitar 2 atau 3. Saat itu, setiap orang menyebarkan virus rata-rata ke 2 hingga 3 orang. Selama lonjakan omicron di AS musim dingin lalu, angka R telah melonjak hingga sekitar 10 atau 11, menurut penelitian.

Para ilmuwan di Komisi Kesehatan Nasional China memperkirakan angka R saat ini mencapai 16. Selain itu, virus tampaknya menyebar lebih cepat di China daripada penyebaran omicron di tempat lain. Musim dingin yang lalu, kasus berlipat ganda di AS setiap tiga hari atau lebih. "Sekarang di China, perlipatan ganda itu hanya dalam hitungan jam," kata Cowling.
Mengapa Ini Terjadi Lagi?

Menurut beberapa ahli, kejadian ini terjadi di China karena sebagian besar masyarakat China memiliki imunitas rendah atas virus Covid-19 karena sebagian besar dari mereka tidak pernah terinfeksi.

China berfokus pada karantina besar-besaran, pengujian, dan pembatasan perjalanan untuk mencegah sebagian besar virus masuk ke negaranya. Jadi China mencegah sebagian besar orang terinfeksi varian yang datang sebelum omicron. Tapi itu berarti sekarang hampir 1,4 miliar orang rentan terhadap infeksi.

China saat ini memiliki beberapa varian omicron yang sangat menular yang tersebar di seluruh negeri, termasuk yang disebut BF.7. Namun varian di China ini tidak unik, dan beberapa negara pun saat ini memiliki varian yang sama atau serupa, termasuk BF.7. Namun di luar China, tidak ada varian yang tampaknya menyebar secepat di China.
Apakah Vaksin Bisa Membendung Lonjakan?

Sekitar 90 persen populasi di atas usia 18 tahun telah divaksinasi dengan dua suntikan vaksin di China. Ini tentunya menawarkan perlindungan yang baik terhadap penyakit parah, tetapi ini tidak melindungi dari infeksi.

Selain itu, orang dewasa di atas usia 60 tahun membutuhkan tiga suntikan vaksin untuk melindungi dari penyakit parah, dan hanya sekitar 50% orang tua yang menerima suntikan ketiga itu, NPR melaporkan. Dan itu menyisakan sekitar 11 juta orang yang masih berisiko tinggi untuk dirawat di rumah sakit dan meninggal.

Beberapa model memperkirakan jumlah kematian yang besar untuk lonjakan awal ini, dengan setidaknya setengah juta kematian, mungkin hingga satu juta. Tapi angka itu sangat bergantung pada dua faktor. Perrama, jika orang yang berisiko tinggi terus melakukan karantina secara sukarela, jumlah kematian bisa lebih rendah. Kedua, seberapa baik sistem perawatan kesehatan bertahan di bawah tekanan ini. "Ini akan menjadi ujian besar - dan ini belum pernah terjadi sebelumnya," katanya. "Dalam ingatan saya, saya belum pernah melihat tantangan seperti itu terhadap sistem perawatan kesehatan China." [nadira]

Tags Terkait

 
Related News

Popular News

 

News Topic