trending

Cuaca Ekstrem Berpotensi Ancam RI hingga April 2025

Penulis Nadira Sekar
Dec 12, 2024
Foto: Ilustrasi Cuaca Ekstrem (freepik.com)
Foto: Ilustrasi Cuaca Ekstrem (freepik.com)

ThePhrase.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bahwa cuaca ekstrem berpotensi melanda Indonesia hingga Maret-April 2025. 

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa fenomena La Nina Lemah menjadi salah satu pemicu utama, yang dapat meningkatkan curah hujan hingga 20 persen.

Selain itu, dinamika atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan potensi arus udara dingin (Cold Surge) dari Siberia menuju wilayah barat Indonesia diprediksi aktif selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru). Kedua fenomena ini dapat memperburuk kondisi cuaca ekstrem dengan meningkatkan intensitas dan volume curah hujan di berbagai wilayah.

Dwikorita mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap cuaca ekstrem dan potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor.

"Update informasi cuaca berkala diperlukan sebagai bentuk preventif guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan selama perjalanan keluar kota maupun saat mengunjungi berbagai destinasi wisata. Di musim penghujan seperti sekarang ini sangat rawan terjadi bencana hidrometeorologi," tuturnya.

Untuk membantu masyarakat, BMKG menyediakan fitur Digital Weather for Traffic (DWT) dalam aplikasi resminya. Fitur ini memberikan informasi cuaca di jalur mudik, termasuk peringatan dini, cuaca jalur darat, bandar udara, pelabuhan, hingga kondisi gelombang laut.

Sementara itu, Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, menyebutkan bahwa dalam sepekan ke depan, sejumlah fenomena atmosfer akan memengaruhi pola cuaca di Indonesia, terutama di wilayah yang sedang memasuki puncak musim hujan.

Sirkulasi siklonik yang terdeteksi di Laut Natuna, di Samudra Hindia barat daya Banten, di Perairan Barat Aceh dan di Laut Arafuru turut memperkuat kondisi ini, dengan memicu peningkatan pengangkatan massa udara yang mempermudah terbentuknya awan hujan dengan intensitas tinggi di wilayah sekitarnya. 

Selain itu, kombinasi aktif Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby, gelombang Kelvin, serta konvektif lokal di wilayah barat, selatan dan tengah Indonesia memperkuat dinamika atmosfer yang mendukung terjadinya hujan lebat di berbagai daerah.

Seiring dengan puncak musim hujan, Guswanto mengingatkan bahwa wilayah Indonesia seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi memiliki risiko lebih besar terhadap curah hujan tinggi yang dapat menyebabkan banjir, genangan air, atau tanah longsor di daerah rawan. Ia juga mengingatkan tentang potensi hujan lebat di daerah aliran sungai sekitar gunung berapi yang sedang aktif, yang dapat menimbulkan banjir lahar hujan.

"Waspada terhadap potensi risiko bencana hidrometeorologi, pantau terus informasi cuaca dan sebisa mungkin menghindari aktivitas di wilayah rawan bencana," pungkasnya. [nadira]

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic