ThePhrase.id – Konflik antara Rusia dan Ukraina kini semakin memanas. Ketegangan antar dua negara ini bahkan turut menyeret NATO untuk menangani konflik tersebut.
Peristiwa ini pun rupanya turut mempengaruhi biaya energi dan harga komoditas bagi sejumlah negara di dunia.
Dilansir dari Reuters, Deputi Pertama Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional, Gita Gopinath mengatakan bahwa konflik antar Rusia-Ukraina ini dapat menyebabkan kembali naiknya harga komoditas dan biaya energi setelah sejumlah negara di dunia mengalami krisis energi pada tahun lalu.
"Kali ini, jika konflik ini terjadi, Anda akan melihat kenaikan harga energi. Harga komoditas lain yang diekspor oleh Rusia juga naik, dan dapat memicu peningkatan yang lebih besar dan luas dalam harga komoditas jika konflik meningkat," ujar Gopinath.
Gita Gopinath
Selain itu, Gita juga memprediksi hal ini berdasarkan keadaan ekonomi Rusia yang sempat mengalami kontraksi sebesar 3,7% pada tahun 2015 akibat sanksi internasional yang dijatuhkan kepada negara pimpinan Vladimir Putin tersebut setelah aneksasi Krimea.
Konflik Rusia-Ukraina saat ini tidak menutup kemungkinan bagi negara-negara Barat untuk kembali menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, yang dapat menyebabkan kenaikan harga minyak dan gas alam yang cukup tinggi bagi banyak negara di dunia.
"IMF saat ini memperkirakan bahwa ekonomi Rusia akan tumbuh 2,8 persen pada 2022, tetapi perkiraan itu tidak termasuk kekhawatiran tentang konflik. Itu berarti inflasi utama, yang sudah pada tingkat yang sangat tinggi di seluruh dunia, bisa tetap jauh lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama,"imbuh Gopinath.
Gopinath juga mengatakan bahwa kedua negara tersebut diharapkan memikirkan kembali mengenai resolusi perdamaian yang bisa segera mereka lakukan.
Militer Rusia (Foto: AP)
Lantas, apakah fenomena ini berdampak terhadap Indonesia?
IMF memperkiraan bahwa inflasi di berbagai negara, termasuk negara maju dan berkembang pada tahun ini dapat meningkatkan tekanan harga yang bisa bertahan lebih lama dari sebelumnya.
Kendati demikian, kemungkinan pertumbuhan harga bahan bakar dan makanan moderat yang akan terjadi justru bisa meredakan peningkatan harga tersebut.
Walau prediksi ekonomi ini belum pasti terjadi, namun hal tersebut kemungkinan akan secara tak langsung mempunyai dampak pada Indonesia. Meskipun begitu, kemungkinan besar Indonesia dapat mengantisipasi berbagai kebijakan yang dibuat oleh IMF. [hc]