ThePhrase.id - Di tengah masa peralihan musim, Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini untuk masyarakat agar waspada mengenai cuaca ekstrim yang disebabkan oleh La-Nina.
Foto: Ilustrasi Cuaca Ekstrim (freepik.com Abstract photo created by tawatchai07)
Berdasarkan kejadian La Nina di tahun lalu, BMKG memperkirakan bahwa curah hujan mengalami peningkatan antara 20-70% di atas normal pada bulan November 2021 hingga Januari 2022. Hal ini terutama di wilayah Sumatera Selatan, Jawa, Bali, NTT, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan pemerintah, masyarakat dan semua pihak terkait untuk segera melakukan pengelolaan sumber daya air dan pengurangan resiko bencana yang berada di wilayah yang berpotensi terdampak La Nina.
Apa itu La Nina?
La Nina sendiri merupakan penyimpangan suhu permukaan laut Samudera Pasifik bagian tengah dan timur yang lebih dingin daripada kondisi normal. Perubahan suhu permukaan laut tersebut diikuti oleh perubahan sirkulasi atmosfer di atasnya yang menyebabkan peningkatan angin pasat timur lebih kuat dari kondisi normal.
Foto: BMKG Memperingatkan Waspada La Nina (dok. BMKG)
Beberapa bencana alam yang tengah terjadi pada sepekan terakhir pun disebabkan oleh La Nina. Salah satunya adalah banjir bandang yang terjadi di kota Batu, Malang. Banjir yang mengguyur wilayah hulu Daerah Aliran Sungai Brantas tersebut mengakibatkan setidaknya lima lokasi mengalami kerusakan parah.
Selain itu banjir yang melanda 4 desa di Kabupaten Melawi juga merupakan dampak dari peristiwa La Nina. Dilansir dari tempo.com, banjir ini telah merusak setidaknya 1.945 unit rumah dan menyebabkan ratusan warga harus mengungsi.
Tak hanya banjir, La Nina juga telah menyebabkan sejumlah bencana longsor. Selama akhir pekan 6-7 November, Kota Bogor mencatat 24 bencana alam, 9 di antaranya merupakan bencana tanah longsor. Tanah longsor juga terjadi di Kota Sukabumi dan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.