ThePhrase.id - Bencana alam kembali terjadi di awal tahun 2022 ini. Destinasi wisata salju Murree di Pakistan berubah menjadi kekacauan dan menelan setidaknya 23 korban akibat badai salju yang terjadi pada Jumat (7/1) lalu.
Foto: Ilustrasi Badai Salju (freepik.com photo by wirestock)
Setidaknya 1.000 kendaraan yang hendak berkunjung ke destinasi wisata ‘Winter Wonderland’ Murree terjebak akibat robohnya pepohonan serta salju tebal yang menutupi jalan. Melansir UCA News, hingga 10 Januari 2022 pihak berwenang melaporkan setidaknya 23 orang meninggal dunia akibat terperangkap di dalam mobil dan mengalami hipotermia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 11 orang korban meninggal merupakan anak-anak.
Menteri Dalam Negeri Pakistan, Sheikh Rashid Ahmed mengungkap lebih dari 1 meter salju turun pada Jumat malam dan Sabtu pagi. Badai salju yang turun merupakan salah satu badai terburuk sehingga menyulitkan alat berat untuk membersihkan reruntuhan pohon. Badai salju ini menyebabkan temperatur turun menjadi minus 8 derajat Celcius.
Pasca kejadian ini para pejabat meminta dukungan pasukan paramiliter dan tim gunung militer khusus. Ribuan kendaraan telah diselamatkan dari salju pada Sabtu malam, tetapi lebih dari seribu kendaraan masih terjebak.
Tak Ada Peringatan
Sejumlah turis yang berhasil diselamatkan dari badai salju tersebut mengungkap bahwa mereka tidak menerima peringatan apapun sebelum badai terjadi.
"Kami tidak mendapatkan peringatan apa pun dari masyarakat, dari pemerintah, dari Google, dari berita, dari prakiraan cuaca," ujar Duaa Kashif Ali, seorang turis dari Islamabad, mengatakan kepada AFP.
Kini Pemerintah Punjab mengungkap pihaknya akan melakukan penyelidikan tentang kelalaian seluruh pihak dalam memberikan peringatan atas cuaca buruk yang akan terjadi.
"Penyelidikan tingkat tinggi akan diluncurkan dan jika ada kelalaian, maka tindakan akan diambil terhadap semua pihak yang terlibat," kata juru bicara Pemerintah Punjab, Hasaan Khawar.
Akibat Perubahan Iklim
Badai salju yang terjadi di Pakistan tersebut merupakan salah satu wujud konkret dari dampak perubahan iklim. Peningkatan suhu bumi telah meningkatkan volume air yang menguap ke udara. Penguapan yang lebih tinggi pada akhirnya menyebabkan peningkatan curah hujan. Ketika suhu cukup dingin, presipitasi ini menjadi hujan salju.
Perubahan iklim juga berdampak pada arus udara di atmosfer, yang sering disebut aliran jet. Mengubah aliran jet dapat menyebabkan pemblokiran pola cuaca, menghasilkan musim dingin yang lebih dingin dan badai.
Dilansir dari edf.org, para peneliti telah menemukan bahwa laju pemanasan pada musim musim dingin telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Antara 1970 dan 2017, musim dingin di daratan AS menghangat lebih dari empat setengah kali lebih cepat per dekade dibandingkan 100 tahun terakhir.
Para ahli mengatakan musim dingin yang lebih hangat mungkin tidak tampak berbahaya seperti panas yang ekstrem, namun perubahan musim dingin juga harus diberi perhatian yang sama untuk memahami bagaimana negara akan beradaptasi.
“Ini benar-benar menuntut adaptasi dan mitigasi, jika kita ingin melestarikan sumber daya alam dan melestarikan infrastruktur sosial kita dan kemampuannya untuk menjaga kualitas hidup yang kita miliki sekarang. Karena jika tidak mengikuti kecepatan ini, kita akan hilang,” ujar Klimatologis University of Minneapolis, Mark Seeley dikutip dari abc news. [nadira]