regional

Dari Halte jadi Stasiun, Ini Sejarah Stasiun Gambir yang jadi Ikon Perkeretaapian Selama 154 tahun!

Penulis Ashila Syifaa
Sep 19, 2025
Stasiun Gambir. (Foto: dok. ThePhrase.id
Stasiun Gambir. (Foto: dok. ThePhrase.id

ThePhrase.id - Stasiun Gambir merupakan salah satu stasiun besar di Jakarta yang melayani kereta api jarak jauh. Tak hanya berperan penting dalam transportasi kota, Stasiun Gambir juga memiliki sejarah panjang yang menjadi penanda perkembangan perkeretaapian di Indonesia.

Stasiun ini merupakan stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Gambir, Jakarta Pusat, berhadapan langsung dengan Monumen Nasional (Monas). Stasiun Gambir termasuk dalam Daerah Operasi (DAOP) 1 Jakarta dan menjadi salah satu dari lima stasiun kereta api utama di Provinsi DKI Jakarta.

Sebelum menjadi stasiun kereta yang kita kenal saat ini, Stasiun Gambir merupakan halte. Dahulu, lokasi stasiun ini merupakan tanah rawa di mana pada tahun 1871 terdapat halte yang dikelola oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) bernama Halte Koningsplein yang berati Halte Lapangan Raja.

Pada masa penjajahan Belanda, stasiun yang terletak di Lapangan Raja merupakan kawasan Silang Monas dan Kawasan Noorwijk yang sekarang merupakan Pasar Baru.

Meskipun bernama halte, tempat ini tetap menjadi perhentian kereta api dari Batavia-Buitenzorg. Penggunaan istilah halte ini karena bangunannya kecil dan sederhana yang tak terlihat seperti stasiun. 

Setelah halte semakin ramai dan sibuk, pada 4 Oktober 1884 NISM memutuskan untuk membangun Stasiun Weltevreden. Stasiun itulah yang sekarang menjadi Stasiun Gambir yang dibangun untuk menggantikan Halte Koningsplein dengan bangunan lebih kokoh dan beratap besi yang ditopang tiang besi cor.

Pada tahun 1913, stasiun ini diambil alih oleh Staatsspoorwegen (SS). Pada 1928 stasiun direnovasi dan diperbesar dengan menggunakan gaya arsitektur Art Deco yang khas pada mas itu, dengan atap diperpanjang hingga 55 meter ke sisi utara.

Stasiun tersebut diubah namanya menjadi Stasiun Batavia Koningsplein, yang menjadi penanda perannya sebagai stasiun tersibuk di Hindia Belanda, karena hampir seluruh kereta apai jarak jauh singgah di stasiun ini.

Pemerintah Indonesia memutuskan untuk melakukan perbahan besar dan mengubah stasiun menjadi lebih modern. Perubahan ini juga bertepatan dengan pembangunan jalur layang Jakarta Kota-Manggarai, sehingga stasiun lama mulai dibongkar dan diganti dengan bangunan baru. 

Dari Halte jadi Stasiun  Ini Sejarah Stasiun Gambir yang jadi Ikon Perkeretaapian Selama  154 tahun
Peron di Stasiun Gambir. (Foto: dok. ThePhrase.id)

Stasiun Gambir diperluas dan diubah menjadi stasiun tingkat dengan struktur yang lebih modern. Bangunan baru yang terdiri dari tiga lantai dan empat jalur kereta api ini kemudian diresmikan pada 5 Juni 1992. Peresmian tersebut dilakukan oleh Presiden Soeharto bersama Ibu Negara Siti Hartinah dan pejabat pemerintah dengan menaiki KRL dari Stasiun Gambir menuju Stasiun Jakarta Kota. Arsitektur bangunannya mengambil inspirasi dari Joglo, dengan atap bersusun dan bangunan yang didominasi warna hijau. 

Setelah, stasiun memiliki jalur layang, jalur kereta di bawahnya dicabut dan berubah menjadi halaman parkir mulai 1994. Kemudian Stasiun Gambir tak lagi berfungsi sebagai pemberhentian KRL, yang kini dialihkan ke stasiun Gondangdia dan Stasiun Juanda.

Meski memiliki sejarah yang panjang, tak diketahui kapan pastinya nama stasiun tersebut berubah menjadi Stasiun Gambir. Konon katanya, sekitar tahun 1922, pada masa itu masyarakat sering menyebutnya sebagai Lapangan Gambir, karena banyak pohon gambir.

Walaupun telah melewati panjangnya sejarah pertumbuhan Kota Jakarta, Stasiun Gambir merupakan ikon perkeretaapian di Jakarta selama lebih dari 154 tahun, dan menjadi saksi perjalanan perkeretaapian Indonesia dari masa kolonial, kemerdekaan, hingga modernisasi kereta api. [Syifaa]

Tags Terkait

Artikel Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic