features

Debat Pertama Capres: Prabowo Terdesak, Anies Kuasai Arena

Penulis Aswandi AS
Dec 13, 2023
Debat capres perdana Prabowo dan Anies bahas pihak oposisi. (Foto: Tangkapan layar YouTube/KPU RI)
Debat capres perdana Prabowo dan Anies bahas pihak oposisi. (Foto: Tangkapan layar YouTube/KPU RI)

ThePhrase.id - Debat perdana  para calon presiden peserta pemilu 2024, Selasa malam (12/12)  diwarnai aksi saling serang dan sikap emosional yang menonjol dari salah satu capres peserta debat.  Anies yang sejak awal disebut sebagai antitesa Jokowi tampil  bak seorang penantang yang akan memperebutkan sabuk dari juara bertahan yang direpesentasikan Prabowo Subianto.

Secara psikologis, seorang dalam posisi juara bertahan bebannya lebih berat karena dia harus mempertahankan mahkota atau prestasi yang telah diraihnya.  Kelemahan seorang juara bertahan adalah faktor usia yang  harus menghadapi penantang yang secara fisik lebih bugar dan lebih bertenaga.  Sebaliknya, seorang penantang akan tampil lebih ringan dan tanpa beban sehingga bebas bermanuver untuk menjatuhkan lawan.  Namun demikian, seorang juara memiliki kelebihan,  yakni pengalaman bertanding yang memberinya sebuah spirit  atau semangat  yang  tak  mudah patah atau menyerah yang disebut  dengan mental juara.  

Sayangnya, Prabowo Subianto  sebagai representasi juara bertahan itu tidak menampilkan sikap  matang sebagai seorang pemenang.  Prabowo masih terpancing oleh serangan atau provokasi lawan  yang membuatnya tidak waspada dan tidak bisa mengelak serangan berikutnya. Untung saja,  bel tanda ronde berakhir telah menyelamatkannya sehingga kelimbungannya  akibat serangan lawan tidak terlalu kelihatan.  

“Dan, kita ini bukan anak kecil Mas Anies…,” kata Prabowo. “Anda juga faham ya,,, sudahlah…ya. Sekarang begini, intinya rakyat yang putuskan, rakyat yang menilai. Kalau rakyat tidak suka Prabowo Gibran,  jangan pilih kami,” ucap Prabowo dengan nada tinggi.

Nada tinggi Prabowo ini menjawab pertanyaan Anies pada sesi tanya jawab antar Capres. Anies menanyakan tentang perasaan Prabowo ketika memutuskan memilih Gibran sebagai cawapres yang bermasalah secara etik dalam penetapan keputusannya.

Merasa belum  nyaman dengan jawabannya, Prabowo masih melanjutkan kalimatnya  dengan menunjuk-nunjuk  Anies sambil berkata dengan nada lebih tinggi dari sebelumnya. 
“Dan saya tidak takut tidak punya jabatan Mas Anies,,! Sorry ye..sorry ye,,.. Mas Anies saya tidak punya apa-apa, saya siap mati untuk negara ini,”  ucap Prabowo berapi-api.

Debat Pertama Capres  Prabowo Terdesak  Anies Kuasai Arena
Capres nomor urut 1 Anies Baswedan dalam debat perdana capres. (Foto: Tangkapan layar YouTube/KPU RI)

Melihat lawan sudah tidak stabil, Anies dengan tenang melancarkan serangan susulan dengan  mengemukakan  fenomena orang dalam dalam setiap proses kompetisi di negeri ini. 
“Fenomena ordal itu menyebalkan,’ kata Anies melanjutkan.” Di seluruh Indonesia kita menghadapi fenomena ordal, mau ikut kesebelasan ada ordalnya, mau jadi guru ada ordal, mau daftar sekolah ada ordal,  mau dapat tiket untuk konser ada ordal, di mana-mana  yang membuat meritokratik enggak berjalan, yang membuat etika luntur. Dan fenomena ordal itu bukan hanya di masyarakat  tetapi juga pada proses paling puncak terjadi ordal,” ucap Anies.

Anies menutup serangannya itu dengan menceritakan kisah para guru yang  bercerita kepadanya tentang fenomena orang dalam atau ordal itu dalam pengangkatan mereka  sebagai guru.  Ketika ordal itu disampaikan kepada atasan guru tersebut, atasan itu berkata, “ di Jakarta saja pakai ordal, kenapa kita yang dibawah tidak boleh pakai ordal,” Anies menutup kisahnya.

Membalas tanggapan Anies tersebut, Prabowo merespon dengan menurunkan tekanan suaranya dengan nada persuasif.

“Mas anies…” kata Prabowo dengan merapatkan kedua telapak tangannya di bawah dagu, “Dalam demokrasi kekuasaan tertinggi ada di rakyat, hakim yang tertinggi adalah rajyat, tanggal 14 Februari rakyat yang akan mengambil keputusan. Kalau kami tidak benar, salah, berkhianat rakyat yang akan menghukum kami,” kata Prabiwo dengan nada pasrah.

Suasana panas antara Prabowo dan Anies itu sudah dimulai pada sesi menjawab pertanyaan panelis yang dibacakan oleh moderator. Anies mendapat pertayaan tentang tata kelola partai politik  untuk mengembalikan kepercayaan publik kepada partai agar demokrasi semakin berkualitas.

Dalam jawabannya, Anies memulai dengan menyinggung rendahnya kepercayaan publik terhadap proses demokrasi yang ada sekarang.

Debat Pertama Capres  Prabowo Terdesak  Anies Kuasai Arena
Suasana debat capres perdana saat Prabowo dan Anies bahas pihak oposisi. (Foto: Tangkapan layar YouTube/KPU RI)

“Masalahnya Itu lebih jauh dari sekadar partai politik,” kata Anies.  Demokrasi itu kata Anies mensyaratkan 3 hal. Pertama, adanya kebebasan berbicara, Kedua, adanya oposisi yang bebas mengkritik pemerintah  dan menjadi penyeimbang pemerintah. Ketiga, adanya proses pemilu yang netral, jujur dan adil.

Dua dari 3 itu, yakni kebebasan berbicara dan oposisi, menurut Anies hari ini bermasalah dengan adanya pasal karet yang digunakan untuk menindak pihak-pihak yang mengkritik pemerintah. Sementara oposisi sekarang sangat minim terjadi dalam pemerintahan hari ini.   Adapun Pemilu 2024 ini, kata Anies akan menjadi batu ujian bagi proses pemilu  yang netral jujjur dan adil.

Prabowo yang diberi kesempatan untuk menanggapi  jawaban Anies  tidak bisa menutupi kegelisahannya.

“Mas Anies, mas Anies!” ucap Prabowo  yang disambut riuh penonton yang hadir di acara debat itu. “Saya berpendapat Mas Anies ini agak berlebihan,” kata Prabowo.  Berlebihan itu, menurut Prabowo karena Anies terpilih sebagai gubernur  Jakarta dalam pemerintahan dan suasana demokrasi yang dikritiknya tadi.

Prabowo kemudian mengungkit tentang perannya ketika mengusung Anies sebagai calon gubernur tahun 2017 lalu.

“Saya yang mengusung Bapak!” kata Prabowo,” kalau demokrasi kita tidak berjalan tidak mungkin Anda jadi gubernur!  Kalau Jokowi diktator tidak mungkin Anda jadi gubernur! ” ujar Prabowo dengan nada tinggi.

Prabowo melanjutkan dengan menyebutkan dirinya sebagai oposisi ketika mengusung Anies sebagai calon gubernur. “Kita oposisi, anda terpilih,” Prabowo menghentikan ucapan karena waktu habis dan diapun  menutup dengan  goyang gemoynya.  

Sontak jawaban dan gerak joget Prabowo itu membuat pendukungnya riuh yang mengharuskan moderator berkali-kali menenangkan masa pendukungnya untuk bersikap tenang.

Diberi kesempatan untuk melakukan serang balik, Anies menjelaskan tentang posisi penting oposisi dalam demokrasi. Sayangnya, lanjut Anies tidak semua orang tahan untuk berada sebagai oposisi. 
“Seperti yang disampaikan Pak Probowo, Pak Prabowo tidak tahan sebagai opisisi. Beliau sendiri yang menyampaikan bahwa tidak berada dalam kekuasaan membuat tidak bisa berbisnis, tidak bisa berusaha,” kata anies dalam serangan baliknya.  Serangan yang membuat Prabowo tidak nyaman yang terlihat dengan gerakan mulutnya yang diarahkan ke Anies.

Anies pun menutup serangan dengan satu kalimat “Kekuasaan itu lebih dari soal bisnis, kekuasaan lebih dari soal uang, kekuasaan adalah soal kehormatan untuk menjalankan kedaulatan rakyat,” tutup Anies  yang disambut dengan tepuk tangan dan teriakan para penonton di arena debat itu.

Perubahan VS Keberlanjutan

Debat  adalah salah format  kampanye yang disajikan KPU untuk melihat kualitas dan kapasitas setiap capres-cawapres. Anies dan Prabowo adalah dua capres yang banyak ditunggu publik gagasannya karena keduanya dipersepsikan berada dalam dua kutub yang berlawanan.  Anies yang mengusung tema perubahan  sudah dipastikan akan menjadi korektor dan evaluator  semua program dan kinerja pemerintahan Joko widodo. Sementara Prabowo yang mengusung tema keberlanjutan  adalah reprsentasi pemerintah yang mempertahankan apa yang telah dilakukan pemerintah selama ini.

Dalam debat pertama ini, jelas sang juara bertahan terlihat terdesak.  Sementara penantang terlihat tenang hingga di akhir ronde.  Nada tinggi dan teriakan heroik Prabowo ketika menjawab memang  membangkitkan adrenalin dan moral tempurnya sebagai seorang mantan prajurit untuk menutupi usia yang makin senja.  Tapi jangan lupa, medan tempur seorang prajurit  berbeda dengan medan laga seorang politisi.

Publik akan menunggu debat-debat berikutnya, termasuk debat cawapres yang akan mempertontonkan anak muda yang masuk arena karena perubahan syarat usia dengan pemain lama yang sudah malang melintang di banyak arena. Kita tunggu saja. (Aswan AS)

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic