lifestyle

Desa Wisata Jatiluwih, Representasi Wisata Berkelanjutan di Indonesia

Penulis Ashila Syifaa
May 04, 2024
Desa Wisata Jatiluwih. (Foto: jadesta.kemenparekraf.go.id)
Desa Wisata Jatiluwih. (Foto: jadesta.kemenparekraf.go.id)

ThePhrase.id - Desa Wisata Jatiluwih, Bali merupakan sebuah representasi dari pengembangan wisata yang berkelanjutan di Indonesia. Hal ini karena desa wisata ini memiliki sistem pengelolaan pariwisata dan ekonomi kreatif yang sudah matang. 

Pada tahun 2012, Desa Wisata Jatiluwih ini juga diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyebutkan desa ini menjadi gambaran pengembangan wisata berkelanjutan di masa depan yang berbasis keberlanjutan lingkungan (sustainable tourism).

Desa ini memiliki keunikan yang menjadi daya tarik bagi masayarkat Indonesia dan mancanegara, salah satunya adalah keberadaan sistem subak di persawahan. Sistem subak ini merupakan sistem pengairan masyarakat Bali yang masih menyangkut hukum adat yang memiliki ciri khasnya tersendiri.

Sistem ini menyangkut sosial-pertanian-keagamaan dengan tekad dan semangat gotong royong dalam usaha memperoleh air dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan air di persawahan. 

Sistem irigrasi ini menghasilkan pemandangan alam yang indah dengan persawahan yang hijau dan berundak-undak. Pengunjung dapat menikmati pemandangan ini dari bukit yang lebih tinggi sambil mengabadikan momen dengan berfoto.

Desa Wisata Jatiluwih  Representasi Wisata Berkelanjutan di Indonesia
Desa wisata Jatiluwih. (Foto: Kemenparekraf.go.id)

Selain pemandangannya yang indah, beberapa aktivitas seru juga dapat dilakukan oleh pengunjung, seperti, belajar bertani yang ditawarkan oleh masyarakat setempat, mengunjungi wisata budaya Pura Luhur Sri Rambut Sedana, dan membeli oleh-oleh khasnya yaitu beras merah.

Pura Luhur Sri Rambut Sedana merupakan pura kuno yang diketahui sudah berdiri sejak tahun 1400an. Pura ini berkaitan dengan pemujaan kepada Bhatara Rambut Sedana atau Hyang Sedana yang menjadi simbol kemakmuran dan kesejahteraan. 

Sedangkan, beras merah menjadi khas desa ini berbeda dengan beras merah lainnya.  Masyarakat setempat mengolahnya menjadi teh yang bermanfaat bagi tubuh, seperti membantu menurunkan berat badan, menjaga keseimbangan gula darah, menurunkan kolesterol, dan sebagai sumber anti oksidan.

Menurut Kemenparekraf, nantinya pengelolaan sawah di Jatiluwih ini akan menggunakan konsep organic farm, di mana pupuk yang digunakan adalah pupuk alami, misalkan dari kotoran sapi milik penduduk lokal.

Hal ini agar dapat menambahkan manfaat ekonomi yang diterima oleh masyarakat setempat dan menjadi contoh penerapan sustainable tourism yang lebih ramah lingkungan. Selain itu, pengembangan ini juga merupakan bentuk implementasi dari community-based tourism, yang melibatkan masyarakat setempat untuk mengembangkan pariwisatanya. [Syifaa]

 

Tags Terkait

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic