Thephrase.id - Sejumlah pemain Juventus mendadak menjadi pusat perhatian bukan karena aksinya di lapangan, melainkan karena kunjungan tak biasa ke Gedung Putih. Skuat Si Nyonya Tua bertemu Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, hanya beberapa jam sebelum laga FIFA Club World Cup melawan Al Ain pada Kamis, 19 Juni 2025 dini hari WIB.
Tak ada penjelasan resmi mengapa kunjungan itu digelar. Enam pemain, Weston McKennie, Timothy Weah, Manuel Locatelli, Federico Gatti, Teun Koopmeiners, dan Dusan Vlahovic, bersama pelatih Igor Tudor dan presiden FIFA Gianni Infantino hadir dalam rombongan.
Trump menerima jersey Juventus dan juga kaus edisi Piala Dunia 2026 yang akan digelar di AS, Kanada, dan Meksiko. Akan tetapi, konferensi pers yang menyusul justru lebih banyak membahas politik luar negeri daripada sepak bola.
Selama Trump menjawab pertanyaan soal perang Israel-Iran, para pemain berdiri di belakangnya, sebagian tampak kikuk dan datar. McKennie dan kawan-kawan hanya diam, nyaris tak menunjukkan ekspresi berarti.
Seusai kemenangan telak 5-0 atas Al Ain, Weah mengaku kunjungan ke Gedung Putih itu terasa "aneh." Ia menyebut tak diberi pilihan untuk menolak undangan tersebut.
"Mereka bilang kami harus datang, jadi saya datang," ujar Weah, yang juga merupakan anggota Timnas Amerika Serikat dan anak dari legenda sepak bola serta mantan Presiden Liberia, George Weah.
Pihak FIFA menolak berkomentar, sementara Gedung Putih dan Juventus belum memberi pernyataan resmi. Bagi Weah, ini memang pengalaman pertama ke Gedung Putih, tapi bukan pengalaman yang membuatnya terkesan secara politik.
"Saya cuma ingin main sepak bola. Pas Trump mulai ngomong soal politik dan Iran, saya cuma bisa mikir, 'ini bukan tempatku,” imbuhnya.
McKennie, rekan setim Weah, pernah bersuara lantang menentang Trump saat gelombang protes Black Lives Matter meletus pada 2020. Saat itu, ia menyebut Trump sebagai sosok rasis dan tidak layak memimpin.
Meski begitu, Trump tetap menyapa Weah dan McKennie dalam sambutannya. "Semoga kalian jadi dua pemain terbaik malam ini," katanya sambil menjabat tangan mereka, momen yang terasa canggung di tengah sejarah komentar politik tersebut.
Akan tetapi, momen paling janggal muncul saat Trump menyinggung isu sensitif soal atlet transgender. Ia menoleh ke para pemain dan bertanya, "Menurut kalian, wanita bisa main di tim kalian?"
Tak satu pun pemain menjawab. Trump lalu tersenyum dan berkata, "Lihat, mereka sangat diplomatis."
Juventus akhirnya diwakili oleh general manager Damien Comolli yang berkata, "Kami punya tim wanita yang sangat bagus". Tapi Trump tetap mendorong pertanyaan kontroversial itu tanpa banyak tanggapan.
Trump juga sempat mencoba menggiring obrolan ke soal taktik, menyamakan pesawat militer 'stealth' dengan cara main sepak bola. "Kalau kalian mainnya stealthy malam ini, kalian tidak akan kalah," katanya sambil tertawa.
Para pemain Juventus kembali tak merespons. Di akhir sesi, Trump mengomentari pertanyaan media soal kebijakan perbatasan, lalu menoleh ke para pemain sambil berkata, "Nah, itu baru pertanyaan bagus, ya, kawan-kawan?".
Akan tetapi, hingga momen terakhir, tak satu pun pemain memberikan reaksi. Skuat Juventus tampak hanya ingin segera keluar dari panggung politik.