tech

Dinilai Curi Karya Seni, Teknologi AI Art Generator Buat Seniman Khawatir

Penulis Ashila Syifaa
Dec 15, 2022
Dinilai Curi Karya Seni, Teknologi AI Art Generator Buat Seniman Khawatir
,,ThePhrase.id - AI Art Generator menjadi perbincangan di media sosial terutama di kalangan seniman. Pembuatan seni AI melalui beberapa aplikasi dan web seperti Prisma Labs, Stable Diffusion dan Lensa AI banyak digunakan oleh masyarakat. Hal ini meresahkan para seniman.

Platfom AI Art Generator atau pembuatan seni AI ini memberikan kebebasan bagi pengguna untuk mengubah foto ataupun menulis kata kunci untuk mendapatkan ilustrasi, seni dan gambaran dari AI.

Greg Rutkowski salah satu ilustrator terkenal mengatakan kekhawatirannya melalui acara As It Happens. Ia merupakan seorang freelancer yang sudah bekerja mengerjakan ilustrasi untuk game besar seperti Dungeons & Dragons, Magic: The Gathering and Horizon: Forbidden West

Rutkowski menemukan beberapa ilustrasi yang seakan-akan milik dan buatannya dalam platform AI art generator Stable Diffusion. Ia menggunakan kata kunci atau promt dengan namanya, ia menemukan kata kuncunya digunakan lebih dari 93.000 kali untuk menghasilkan seni AI yang bahkan bukan karyanya tetapi memiliki tanda tangannya.

AI Art Generator
Tool AI art generator. (Foto: nightcafe)


"Saya sangat bingung dengan yang mencari atau mengeksplorasi seni dan kemudian menemukan gambar yang bukan milik saya, tetapi ditandatangani dengan nama saya," ujarnya.

Hal tersebut dikatakan mencuri karya-karya seniman, di mana AI akan mencari inspirasi sebelum membuatnya menjadi seni. Siapapun dapat memasukan kata kunci seperti kucing, teman sedang makan bersama atau pemandangan laut dan AI akan membuatkan seninya untukmu.

Beberapa akun Twitter mengaku bahwa dengan adanya AI art generator mempermudah mereka membuat seni tanpa harus memiliki bakat menggambar. Selain itu juga, harga yang lebih murah dan proses yang lebih cepat menguntungkan beberapa pihak yang membutuhkan ilustrasi.

Namun, komunitas seniman digital menyampaikan kecemasannya terhadap perkembangan teknologi AI pembuat seni ini. Hal ini mengancam komunitas seniman yang bekerja sebagai freelancer dan berdasarkan komisi.

Tak hanya itu beberapa pembuatan seni AI menghasilkan gambar yang serupa dengan karya seniman, ini juga dikatakan pencurian dan pemalsuan karya para seniman. Menanggapi hal ini, Prisma Lab menuliskan melalui laman Twitternya @PrismaAI.

“AI menghasilkan gambar unik berdasarkan prinsip berasal dari data, tetapi tidak dapat mengidealkan dan membayangkan sesuatu sendiri. Karena bioskop tidak membunuh teater dan perangkat lunak akuntansi belum menghilangkan profesinya, AI tidak akan menggantikan artis tetapi dapat menjadi alat bantu yang hebat” tulisnya.

https://twitter.com/joysilvart/status/1603138150028775424?s=20&t=d2XKbFouH2elmC7PCsWwIQ

Permasalahan yang muncul bukan hanya dari tool AI-nya saja, namun beberapa orang yang menyalahgunakannya dan mengklaim hasil AI itu adalah karyanya. Ditambah dengan beberapa akun Twitter mengakui telah membuat sebuah komik dan buku bergambar dengan menggunakan AI.

Penyalahgunaan tersebut yang memicu kekhawatiran seniman yang merasa mulai tersingkirkan oleh teknologi ini. Michelle Jing Chan, ilustrator buku anak kecil mengatakan sebuah seni tak hanya dilihat dari hasilnya saja. Namun dari ide yang muncul hingga kemampuan seseorang merealisasikan idenya melalui bakat menggambar, melukis ataupun mewarnai. Menurutnya, itu yang membuat sebuah karya seni memiliki nilai yang tak bisa digantikan oleh perangkat AI.

Setelah memicu pembicaraan di Twitter, komunitas seniman digital mulai melakukan protes dengan memposting di beberapa platform dengan gambar bertuliskanan “NO TO AI GENERATED IMAGE”. Gerakan ini meminta masyarakat untuk menghargai seniman karena AI mencuri seni dari seniman yang sudah bekerja keras atas karya-karyanya. [Syifaa]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic