leader

Direktur Utama BRI Sunarso: Bank Konvensional Masih Dibutuhkan di Tengah Maraknya Kemunculan Bank Digital

Penulis Nadia A
Jun 04, 2021
Direktur Utama BRI Sunarso: Bank Konvensional Masih Dibutuhkan di Tengah Maraknya Kemunculan Bank Digital
Thephrase.id - Belakangan ini bank digital marak bermunculan dan menawarkan berbagai keunggulan dan promo menarik. Bank digital memungkinkan nasabahnya mengurus urusan administrasi perbankan secara online. Hal ini merupakan kelebihan utama dibanding bank konvensional yang urusan administrasinya harus dilakukan di kantor cabang bank tersebut.


Foto: BRI


Karena bank digital tidak mengandalkan kantor cabang dalam pelayanannya, biaya operasi pun menjadi murah, termasuk, biaya administrasi yang dikenakan oleh bank digital umumnya lebih murah dari bank konvensional. Selain itu, bank digital menawarkan inklusifitas karena transaksinya dapat terjangkau ke seluruh wilayah hanya dengan menggandalkan koneksi internet dan gawai. Layanannya pun ditawarkan selama 24 jam.

Menurut  Direktur Utama BRI Sunarso, bank konvensional menghadapi tantangan dalam fenomena kemunculan bank digital.

"Perbankan konvensional itu ingin sekali melayani masyarakat sebanyak mungkin dengan biaya semurah mungkin. Namun faktanya, layanan konvensional menghadapi dua tantangan, pertama adalah operational cost-nya itu tinggi, kedua operational risk-nya juga tinggi. Sekarang hal itu akan diatasi dengan bank digital," ujar Sunarso, Kamis (3/6).

Namun, menurutnya kehadiran bank konvensional juga masih dibutuhkan karena proses perubahan cara pelayanan terhadap masyarakat tak bisa berubah drastis dalam waktu singkat.

“Layanan konvensional perbankan akan banyak digantikan oleh sistem digital. Akan tetapi, waktu yang dibutuhkan agar sistem bank digital beroperasi maksimal diperkirakan masih sekitar 5-10 tahun lagi,” lanjut Sunarso.

Layanan Perbankan, Foto: BRI


Dalam menghadapi perkembangan digital, bank konvensional saat ini pun sedang menjalani proses transformasi digital. Adanya aturan dari regulator untuk pengamanan operasional dan konsumen sedang ditunggu oleh bank konvensional yang bertransformasi digital.

“Kalau begitu apa yang perlu diatur? Menurut saya satu adalah pengamanan operasionalnya bagi bank maupun nasabah. Dua, dengan digital seperti ini jangkauannya akan jadi lebih luas, bahkan mungkin borderless, sementara masing-masing negara kan punya kebijakan tentang tax. Kemudian kalau penduduk antar negara itu bisa ber-banking secara online seperti ini bagaimana perpajakannya? Itu juga salah satu hal yang perlu diatur,” ujarnya.

BRI pun telah memulai langkah pelayanan hybrid untuk masyarakat, seperti layanan online melalui aplikasi BRImo. Aplikasi tersebut memungkinkan nasabah untuk mengajukan kredit dan membuka rekening baru yang hanya dilakukan dalam hitungan menit.

Direktur BRI Sunarso, Foto: BRI


"Konversi BRI menjadi bank digital secara mendadak memiliki risiko yang besar. Untuk itu, BRI memilih tetap menjalankan fungsinya sebagai bank konvensional, namun proses bisnisnya didigitalkan. Sedangkan untuk layanan bank digital, tidak di BRI-nya langsung, namun melalui BRI Agro. Perusahaan anak BRI ini memiliki ukuran yang tidak terlalu besar, dan cukup agile untuk jadikan digital attacker-digital bank," imbuh Sunarno.

Selain BRI, bank konvensional lain juga telah mengembangkan aplikasi yang memudahkan nasabah bertransaksi keuangan serta mengurus administrasi. Salah satu contohnya adalah Bank Mandiri. Dengan aplikasi Livin’ by Mandiri masyarakat bisa merasakan keunggulan yang ditawarkan bank digital, seperti membuka deposito dan tabungan tanpa perlu ke kantor bank secara langsung. (Nadia)

Tags Terkait

 
Related News

Popular News

 

News Topic