
ThePhrase.id - Menurut Islam, petir terjadi terjadi dalam dua pandangan utama.
Pandangan Pertama: menjelaskan bahwa petir adalah fenomena alam yang terjadi karena pelepasan muatan listrik statis di antara awan (atmosfer) pada kondisi tertentu, sebagaimana diterangkan al-Qur’an sebagai tanda kemahakuasaan Allah subhanahu wa ta’ala.
Pandangan Kedua: berdasarkan hadis, menyatakan bahwa suara petir (Ar-Ra’du) adalah suara tasbih para malaikat, dan kilat (Al-Barq) adalah cahaya dari cambuk malaikat yang bertugas mengatur dan menggerakkan awan sesuai kehendak Allah.
Menurut al-Qur’an petir atau kilat, terbagi dalam tiga karakteristik:
Pertama: Kekuatan dan kecepatan.
Petir digambarkan sebagai fenomena yang sangat cepat, kuat, dan memukau. Ini menjadi pengingat akan kekuasaan Allah yang tidak terbatas. (QS. Al-Baqarah: 19).
Kedua: Tasbihnya Alam
Petir atau kilat digambarkan sebagai makhluk yang tunduk kepada Allah, bertasbih dengan caranya masing-masing. (QS. Ar-Ra’d: 13).
Ketiga: Peringatan spiritual
Petir digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan kehancuran atau ketakutan akibat perbuatan manusia yang melanggar aturan Allah. (QS. Al-Baqarah: 20).
Musim hujan telah terjadi di sebagian besar wilayah di Indonesia. Sering kali hujan turun sangat deras dan disertai suara petir yang menggelegar. Doa yang bisa kita baca ketika kita mendengar petir seperti dicontohkan oleh Abdullah bin Zubair adalah:
“Subhaanalladzii yusabbihur ra’du bi hamdihii wal malaa-ikatu min khiifatih”
Artinya: Mahasuci Allah yang petir dan para malaikat bertasbih dengan memuji-Nya karena rasa takut kepada-Nya.
Juga riwayat dari Ikrimah mengatakan bahwa ketika Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhumaa mendengar suara petir, beliau mengucapkan:
”Subhaanalladzii sabbahat lahuu”
Artinya: Maha suci Allah yang petir bertasbih kepada-Nya.
Lalu beliau mengatakan, ”Sesungguhnya petir adalah malaikat yang meneriaki (membentak) untuk mengatur hujan sebagaimana penggembala ternak membentak hewan ternaknya.”
Sebuah hadits yang diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhaa:
“Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika hujan turun, beliau membaca doa:
“Allaahumma shayyiban naafi’an.”
Artinya: Ya Allah turunkanlah hujan yang memberikan manfaat.” (HR. Bukhari).
Doa di atas menunjukkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sangat mengharapkan kebaikan bagi umatnya. Oleh karena itu, beliau banyak berdoa untuk kemaslahatan, termasuk agar Allah menurunkan hujan yang memberi manfaat bukan hujan yang mendatangkan bencana dan malapetaka. (Z. Ibrahim)