ThePhrase.id - Kepemimpinan Presiden Amerika Serikat Donald Trump diperkirakan akan menyulitkan posisi Indonesia. Slogan Trump “Make America Great Again” dan kebijakan “America First”nya akan berdampak pada sejumlah kebijakan luar negeri Amerika, termasuk kebijakan impor barang dari negara seperti Indonesia. Pilihan Indonesia bergabung ke BRICS juga akan menjadi ganjalan lain hubungan dengan negara Paman Sam itu.
Watak radikal dan overproud Donald Trump akan merubah secara drastis wajah Amerika hari ini. Belum lagi dilantik Trump sudah sesumbar untuk membuat wilayah Gaza dan Timur Tengah menjadi neraka. Sebuah sikap arogan dan superior untuk menunjukkan dominasi Amerika sebagai salah satu kekuatan dunia. Namun, neraka yang diucapkan Trump itu tidak terjadi di Gaza tapi di depan hidungnya di kota glamour, Los Angeles, California yang menghanguskan sebagian besar kota terbesar kedua di negara adidaya itu.
Trump dikenal sebagai sosok protektif terhadap kepentingan dalam negerinya. Pada pemilihan Presiden AS 2024, Donald Trump kembali menggaungkan slogan ”Make America Great Again” atau ”Membuat Amerika Serikat Kembali Berjaya”. Berpidato di depan para pendukungnya di Florida, Trump menyebut memilik mandat yang sangat kuat dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Trump berjanji akan mengembalikan era keemasan Amerika dengan kebijakan-kebijakan utamanya, seperti peningkatan tarif impor, pemangkasan tarif pajak, deregulasi, penarikan diri dari perjanjian-perjanjian global, hingga pembatasan ketat imigrasi. Trump berjanji akan mengatasi inflasi dengan memberlakukan pemotongan pajak dan tarif yang ekstrem. Trump juga menyodorkan beberapa gagasan tarif, termasuk kenaikan tarif sangat tinggi pada barang impor antara 200 persen dan 2.000 persen.
Trump mengusulkan tarif menyeluruh sebesar 10-20 persen untuk semua barang yang diimpor ke Amerika Serikat. Khusus produk-produk dari China akan dikenakan tarif hingga 60 persen, bahkan ada tarif ekstrem hingga 2.000 persen untuk kendaraan yang diproduksi di Meksiko.
Rencana ekonomi Donald Trump itu diperkirakan akan memberi dampak terhadap Indonesia yang bergantung pada ekspor ke AS. AS merupakan negara tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia setelah China. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor nonmigas Indonesia ke AS mencapai 19,17 miliar dollar AS pada Januari-September 2024 atau tumbuh 10,17 persen dari tahun sebelumnya, yakni sebesar 17,40 miliar dollar AS. Komoditas ekspor unggulan Indonesia ke AS meliputi produk-produk seperti mesin dan peralatan listrik, garmen, lemak dan minyak hewan atau nabati, alas kaki, serta produk hewan air.
Sementara itu, AS adalah negara asal impor terbesar keempat bagi Indonesia setelah China, Singapura dan Jepang dengan nilai sebesar 5,78 miliar dollar AS hingga paruh pertama tahun ini.
Ketika menjabat sebagai Presiden AS periode 2017-2021, Donald Trump menerapkan proteksionisme dalam bentuk tarif impor tinggi untuk produk-produk asing. Tarif impor lebih tinggi 10 persen sampai dengan 20 persen untuk semua produk impor. Bahkan, sebesar 60 persen tarif impor untuk beberapa produk tertentu dari China.
Kebijakan itu bagian dari cara Trump melindungi produk domestik Amerika yang kemungkinan besar akan dilanjutkan setelah menjadi presiden saat ini.
Bagi Indonesia, kebijakan proteksionisme Trump bisa menciptakan hambatan bagi produk-produk Indonesia di pasar AS. Kebijakan ”America First” yang menekankan pada produk-produk domestik bisa menghambat peluang ekspor, terutama jika AS memperketat aturan impor. Dan sangat mungkin tingkat ekspor Indonesia akan mengalami penurunan.
Bergabungnya Indonesia ke BRICS, organisasi internasional yang beranggotakan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, juga akan memperkuat tekanan Amerika kepada Indonesia. Trump dikenal keras terhadap BRICS dan telah mengancam akan menaikkan tarif impor hingga 100 persen bagi negara anggota yang mendorong dedolarisasi.
"Bagi AS, BRICS dianggap sebagai upaya untuk menyaingi mereka, sehingga langkah-langkah defensif, seperti tarif tinggi, menjadi pilihan yang logis," kata Pengamat Hubungan Internasional Universitas Airlangga, Agastya Wardhana.
Agas berpendapat, Indonesia perlu menunjukkan bahwa meski menjadi anggota BRICS, hubungan ekonomi dan keamanan dengan AS tetap bisa berjalan. Dan jika Indonesia berhasil menjaga posisi netralnya, maka Trump mungkin tidak akan terlalu keras terhadap Indonesia.
"Pada akhirnya, bagaimana kita memainkan peran diplomasi dan menjaga keseimbangan hubungan dengan China dan AS akan menentukan sejauh mana tekanan AS terhadap Indonesia di masa depan," ujar Agas.
Donald Trump dikenal sebagai pribadi yang rasis. Namun kampanyenya tentang pembelaan kepentingan dalam negeri dan warga negara Amerika telah menjadi daya tarik pemilih Amerika Serikat untuk memilihnya kembali menjadi presiden. Ditambah lagi dengan kebijakan Biden yang dinilai banyak tidak menguntungkan posisi negara Paman Sam itu.
Trump menyebut kebijakan Biden sebagai sesuatu yang radikal dan merusak. Maka satu hari setelah pelantikan Trump menganulir 80 kebijakan Biden.
"Saya akan mencabut hampir 80 tindakan eksekutif yang merusak dan radikal dari pemerintahan sebelumnya," kata Trump kepada kerumunan yang bersorak di Capital One Arena, Washington, setelah pelantikannya pada hari Senin 20 Januari 2025.
Langkah frontal dan radikal Trump, membuat banyak pihak berhitung tentang pengaruhnya bagi perkembangan ekonomi dan politik global. Namun kondisi di dalam negeri AS seperti bencana dan meningkatnya pengangguran serta banyaknya negara yang mulai meninggalkan dollar hari ini, diperkirakan akan membuat langkah Trump membawa “Amerika Kembali Berjaya“ menjadi tidak mudah. Wallahu a’lam (Aswandi AS)