sportF1

Drama F1 Qatar: Kesalahan Besar McLaren, Kebangkitan Max Verstappen

Penulis Rangga Bijak Aditya
Dec 01, 2025
Max Verstappen menolak menyerah dalam perebutan juara F1 2025. (Foto: Instagram Max Verstappen)
Max Verstappen menolak menyerah dalam perebutan juara F1 2025. (Foto: Instagram Max Verstappen)

ThePhrase.id - Max Verstappen menjaga peluang gelar juara dunia F1 2025 tetap hidup setelah memenangi Grand Prix Qatar dan memangkas selisih poin dengan Lando Norris menjadi hanya 12 menjelang putaran pemungkas di Abu Dhabi.

Kemenangan Verstappen terjadi setelah McLaren melakukan kesalahan strategi besar pada periode safety car lap ketujuh yang membuat kedua pembalapnya kehilangan kontrol balapan.

Lando Norris mengaku timnya menjalani hari yang buruk setelah kesempatan mempertahankan keunggulan klasemen terancam oleh keputusan yang tidak sinkron di pitwall.

"Jelas bukan hari terbaik kami," kata Norris.

Oscar Piastri, yang memulai balapan dengan peluang kuat untuk menang, harus menerima kenyataan finis kedua dan tergeser ke posisi tiga klasemen setelah strategi tim gagal.

"Rasanya cukup menyakitkan," ucap Piastri.

Keputusan McLaren untuk tidak masuk pit saat semua tim lain melakukan pit stop dianggap menjadi titik balik yang memungkinkan Verstappen mengambil alih skenario kemenangan.

Verstappen menilai keputusan tersebut langsung membuka peluang baginya setelah ia menyadari bahwa dua stint 25 lap masih dapat ditempuh dengan aman menuju garis finis.

"Ketika mereka memanggil saya masuk, saya harus mengecek dan ingat bahwa kami memasuki lap tujuh, jadi saya seperti, oke, sekarang kami bisa sampai akhir dengan satu pit stop lagi," ujar Verstappen.

"Saat saya keluar dari pit, saya berpikir, oke, ini kesempatan yang sangat bagus bagi kami untuk memenangkan balapan," lanjutnya.

Drama F1 Qatar  Kesalahan Besar McLaren  Kebangkitan Max Verstappen
Lando Norris tetap punya peluang besar untuk menjadi juara F1 2025. (Foto: Instagram Lando Norris)

Norris mempertanyakan keputusan strategis itu kepada enginernya, Will Joseph, yang menjelaskan bahwa McLaren ingin mempertahankan fleksibilitas strategi, meskipun konsekuensinya adalah kehilangan posisi lintasan.

Di sisi lain, Andrea Stella menyampaikan bahwa keputusan tidak pit juga dipengaruhi kekhawatiran bahwa beberapa rival akan tetap berada di lintasan, meski pada akhirnya terbukti tidak ada satu pun tim yang mengambil opsi tersebut.

"Kami harus mengevaluasi beberapa faktor, seperti apakah ada bias tertentu dalam cara kami berpikir sehingga membuat kami percaya bahwa tidak semua mobil akan masuk pit," kata Stella.

Menjelang seri terakhir, Verstappen menyatakan bahwa tekanan tidak lagi menjadi beban baginya setelah menghabiskan sebagian besar musim tertinggal jauh dari duo McLaren.

"Saya tahu saya tertinggal 12 poin, saya masuk dengan energi positif, saya mencoba segala yang bisa saya lakukan, tetapi jika saya tidak menang, saya tetap tahu bahwa saya menjalani musim yang luar biasa," imbuh Verstappen.

Piastri juga mencoba tetap rasional setelah kehilangan kemenangan yang sebenarnya sudah berada di depan mata dan memastikan bahwa kekecewaan itu akan ia jadikan modal untuk bangkit.

"Kami membuat keputusan yang salah hari ini, itu jelas, tetapi ini bukan akhir dunia, dan meski saat ini terasa menyakitkan, waktu akan membuat semuanya lebih baik," tutur Piastri.

Norris memilih meredam tekanan menjelang penentuan gelar dunia pertamanya di Yas Marina yang akan menjadi panggung pertarungan tiga pembalap sekaligus.

"Ini sama seperti setiap akhir pekan, saya mencoba mengalahkan mereka, mereka mencoba mengalahkan saya, tidak ada yang berbeda, saya hanya ingin tidur," tegas Norris.

Dengan selisih poin yang ketat dan dinamika McLaren yang terus menjadi sorotan, Abu Dhabi akan menjadi seri penentu pertama sejak 2010 yang melibatkan lebih dari dua pembalap dalam perebutan gelar dunia. (Rangga)

Artikel Pilihan ThePhrase

- Advertisement -
 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic