regional

Dugderan Tradisi Khas Semarang Sambut Ramadan

Penulis Ashila Syifaa
Mar 23, 2023
Dugderan Tradisi Khas Semarang Sambut Ramadan
ThePhrase.id - Dugderan merupakan sebuah tradisi penyambutan bulan Ramadan yang diadakan setiap tahunnya oleh masyarakat Kota Semarang. Tradisi khas ini digelar secara meriah untuk menyambut bulan suci yang dinantikan para umat muslim.

Selain sebagai upacara atau festival penyambutan, Dugderan juga menandakan adanya perpaduan tiga etnis yang mendominasi Kota Semarang yaitu, Jawa, Tionghoa dan Arab.

Festival Dugderan ini pertama kali diadakan pada tahun 1881 yang diusung oleh Raden Mas Tumenggung Arya Purbaningrat yang merupakan Bupati Semarang pada masa itu. Sejak saat itu, Dugderan menjadi tradisi tahunan masyarakat Semarang yang dibuka oleh walikota dan dimeriahkan oleh mercon dan kembang api.

Perayaan dugderan. (Foto: visitjawatengah.jatengprov.go.id)


Karena kemeriahan festival ini, nama Dugderan sendiri merupakan onomatope dari suara letusan. Adapun “Dug” yang berarti bunyi yang sering terdengar berasal dari bedug jelang sholat maghrib, sementara “Der-an” berasal dari suara mercon.

Pada zaman Bupati R.M. Tumenggung Ario Purbaningrat, perayaan ini dipusatkan di kawasan Masjid Agung Semarang atau Masjid Besar Semarang (Masjid Kauman) yang berada di pusat kota lama Semarng dekat Pasar Johar.

Dalam festival Dugderan datangnya bulan Ramadan biasanya akan ditandai dengan menabuh bedug di Masjid Agung Kauman dan meriam di halaman kabupaten dan dibunyikan masing-masing tiga kali.

Prosesi Dugderan terdiri dari tiga agenda yakni pasar (malam) Dugderan, prosesi ritual pengumuman awal puasa dan kirab budaya Warak Ngendok.

Perayaan dugderan. (Foto: visitjawatengah.jatengprov.go.id)


Warak Ngendok sendiri merupakan ikon tradisi perayaan ini dan menjadi khasnya Kota Semarang yang tetap terlestarikan hingga saat ini. Warak Ngendok sendiri merupakan hewan mitologi yang bentuknya merupakan perpaduan antara kambing pada bagian kaki, naga pada bagian kepala dan buraq di bagian badannya.

Perpaduan antar etnis juga terlihat dari tradisi Warak Ngendok, di mana nama ini diambil dari bahasa Arab dan Jawa. Warak berasal dari kata Wara yang berarti suci dalam bahasa Arab dan ngendok dari bahasa Jawa yang berarti bertelur.

Dua kata ini memiliki makna siapa yang menjaga kesucian di Bulan Ramadhan kelak akan mendapatkan kebahagiaan di Hari Lebaran.

Pada umumnya perayaan ini dilakukan seminggu sebelum masuknya bulan puasa dengan Pasar Dugderan agar masyarakat dapat menikmati berbagai jajanan dan mainan tradisional hingga wahana permainan untuk anak-anak. [Syifaa]

Tags Terkait

 
Related News

Popular News

 

News Topic