trending

Ekonom Mengungkap Kemungkinan 98% Resesi Global Tahun 2023

Penulis Nadira Sekar
Oct 07, 2022
Ekonom Mengungkap Kemungkinan 98% Resesi Global Tahun 2023
ThePhrase.id - Akibat perang Rusia-Ukraina, perekonomian dunia kini dalam bahaya dengan kenaikan suku bunga dan inflasi yang tinggi. Berdasarkan model probabilitas Ned Davis Research, saat ini ada kemungkinan 98,1 persen resesi global terjadi di tahun 2023.

Foto: Ilustrasi Resesi (freepik.com photo by ededchechine)


Indikator tinggi ini sebelumnya terjadi pada awal pandemi tahun 2020 dan dalam krisis keuangan hebat tahun 2008-2009. Sebelum invasi Rusia ke Ukraina, Model Probabilitas Resesi Global Ned Davis ini juga telah naik ke zona berisiko tinggi, menandai tanda ekonomi makro awal untuk penarikan ekuitas di akhir tahun.

Menurut laporan tersebut, tujuh dari sepuluh ekonom yang mensurvei dalam Forum Ekonomi Dunia percaya bahwa resesi global akan terjadi. Menurut para ekonom, penyesuaian gaji dengan inflasi akan terus menurun untuk sisa tahun ini dan seterusnya.

Mengingat melonjaknya harga pangan dan energi, ada kekhawatiran bahwa biaya hidup yang tinggi dapat menyebabkan kerusuhan. Sebanyak 79% ekonom yang disurvei oleh World Economic Forum memperkirakan kenaikan harga akan memicu kerusuhan sosial di negara-negara berpenghasilan rendah, dibandingkan dengan ekspektasi 20% di negara-negara berpenghasilan tinggi.
Resesi Global dan Indonesia

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar membenarkan bahwa resesi global akan terjadi. Meski demikian, resesi global tersebut belum dapat diprediksi durasi dan besar pengaruhnya terhadap ekonomi Indonesia.

"Setidaknya di tahun 2023. Kalau tidak, lebih cepat dari itu," ujar Mahendra dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan secara virtual, Senin (3/10).

Pada kesempatan yang sama Mahendra menjelaskan OJK saat ini belum bisa memperkirakan seberapa besar kebutuhan kebijakan relaksasi kredit untuk menghadapi situasi tersebut. Namun, pihaknya dan lembaga jasa keuangan akan tetap menjaga pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan sesuai sasaran yang ditetapkan pemerintah.

"Sekiranya dalam perkembangan nanti kalau diperlukan kebijakan untuk mencapai sasaran itu akan dirumuskan dan ditetapkan," tutur Mahendra.

Meski demikian, ia optimis perkembangan ekonomi Indonesia masih ada dalam kondisi yang baik di tengah kondisi global yang berat.

"Optimisme itu saya rasa kita tempatkan di kondisi realistis. Yaitu kita jaga stabilitas dengan baik dan kebijakan serta fasilitas yang dibutuhkan namun waspada dan pahami risiko transmisi dari ekonomi global yang semakin berat," tandas Mahendra. [nadira]

Tags Terkait

-

Artikel Terkait Pilihan ThePhrase

 
Banyak dibaca
Artikel Baru
 

News Topic