ThePhrase.id – Indonesia merupakan negara dengan keragaman hayati (mega biodiversity) terbesar kedua di dunia. Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat bahwa Indonesia memiliki sekitar 400.000 jenis ikan dan hewan yang tersebar di Indonesia.
Dengan berbagai keragaman tersebut, Indonesia dikenal dengan satwa endemiknya, salah satunya Elang Jawa. Predator yang hanya eksis di hutan Jawa ini merupakan pemegang puncak rantai dan piramida makanan.
Javan hawk-eagle (Foto: commonswikimedia)
Sayangnya, populasi Elang Jawa di hutan Jawa kini terancam punah. Rimbakita menyebut bahwa kini diperkirakan hanya ada sekitar 300-500 ekor Elang Jawa saja. Padahal keberadaan Elang Jawa disebut sangatlah penting karena sebagai pemangsa puncak. Ia menjadi indikator kesehatan ekosistem dan kepunahannya akan membuat rantai makanan di Hutan Jawa kacau.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat bahwa hanya terdapat kurang dari 50 ekor Elang Jawa saja yang keberadaannya terus dimonitor pada Hutan Jawa. Elang Jawa mempunyai ukuran tubuh setinggi 70 cm dengan rentang sayap 100 cm.
Dengan kombinasi warna cokelat dan hitam serta badan yang besar, kegagahan Elang Jawa didukung dengan posturnya yang tegak baik saat sayapnya terlipat maupun saat mengepakkan sayapnya. Pemengang tahta langit Hutan Jawa ini mampu terbang tinggi untuk menjelajah langit dan mencari mangsa-mangsa di bawahnya dengan penglihatannya yang tajam.
Sebab Ancaman Punah Sang Lambang Negara
Elang jawa di Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat (Foto: commonswikimedia)
Sekilas mirip Elang Brontok, Elang Jawa ini merupakan inspirasi dalam pembuatan lambang negara Republik Indonesia atau Garuda. Elang Jawa mampu memberi kesan gagah dan dianggap sebagai penjaga dari Pancasila yang terdapat di bagian dada lambang negara.
Selain itu, cengkramannya memegang erat semboyan negara “Bhinneka Tunggal Ika” dan jambulnya yang memiliki panjang sekitar 12 cm mencerminkan keberagaman dari budaya Nusantara. Merupakan spesies hewan berukuran sedang, Elang Jawa justru memiliki suara yang sangat nyaring.
Lantas, apa penyebab sang penjaga Pancasila ini terancam punah?
Elang merupakan hewan yang monogami sehingga hanya setia pada satu pasangan sehingga populasinya tidak bisa berkembang dengan cepat. Elang jantan dan betina akan setia satu sama lain dan secara bergantian mengasuh anak-anak mereka sambal mencari makanan.
Selain itu, Elang Jawa juga memiliki kebiasaan reproduksi yang unik. Elang Jawa memiliki periode bertelur antara Januari hingga Juli dan hanya akan menghasilkan dua telur. Jika telur yang pertama menetas betina, maka Elang muda ini akan membunuh saudaranya yang lebih muda.
Selain dari penyebab internal, kepunahan Elang ini juga disebabkan oleh Pulau Jawa sebagai habitat Elang Jawa yang merupakan pulau dengan penduduk terbanyak di Indonesia. Sehingga penyempitan dan kerusakan habitat tidak dapat dihindari.
Perdagangan illegal dan perburuan juga disinyalir menjadi penyebab kepunahan Elang Jawa. Jurnal Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Elang Jawa menyebut bahwa pada tahun 2004 terdapat sebanyak 20 ekor Elang Jawa yang dijual di pasar burung Pulau Jawa. Selain itu, terdapat pula 21 ekor lainnya yang dikirim ke luar negeri.
Demi melindungi status Elang Jawa, kini pemerintah dan Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) terus berusaha melestarikan dan memonitor keberadaan Elang Jawa ini. Tujuan pemantauan ini adalah untuk mengubah status Elang Jawa dari terancam punah menjadi satwa umum. [fa]