Thephrase.id - Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia yang juga Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menegaskan bahwa Indonesia tidak memiliki keterlibatan dalam polemik sanksi FIFA terhadap Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM).
Beberapa pihak di Malaysia menuding Indonesia ikut campur hingga menyebabkan FAM dan tujuh pemain naturalisasi mereka mendapatkan sanksi dari FIFA.
Isu ini semakin ramai setelah Tunku Ismail Idris, Putra Mahkota Johor sekaligus tokoh penting dalam reformasi sepak bola Malaysia, menyebut adanya pengaruh politik dalam keputusan FIFA.
Tunku Ismail mengaitkan situasi itu dengan kehadiran Presiden FIFA, Gianni Infantino, di New York untuk menghadiri Sidang Umum PBB, di mana Infantino juga bertemu dengan Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto.
Dalam unggahan media sosialnya, Tunku Ismail bahkan membagikan artikel dari SBWTF berjudul "Hukuman kepada FAM Bukti Standar Ganda FIFA" dengan foto Erick Thohir tengah tertawa bersama Infantino sebagai ilustrasi utama.
Menanggapi hal itu, Erick Thohir menjelaskan bahwa pertemuan Presiden Prabowo dengan Gianni Infantino sama sekali tidak membahas isu negara lain. Menurutnya, agenda tersebut terkait dengan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029.
"Jadi nomor satu, saya ingin menyampaikan bahwa Presiden kan sudah mengeluarkan Perpres Nomor 12 Tahun 2025, RPJMM juga sudah masuk 2025–2029, Bapak Presiden ingin standarisasi organisasi olahraga Indonesia itu skala internasional," beber Erick Thohir.
"Artinya apa? Bagaimana semua punya KPI, tolok ukur yang jelas, dan jangan sampai atlet menjadi korban. Ini standar yang dilakukan Bapak Presiden. Karena itu Bapak Presiden melakukan pertemuan dengan tokoh-tokoh olahraga di dunia," lanjutnya.
Erick Thohir menyebut setelah pertemuan dengan FIFA, Presiden Prabowo juga dijadwalkan bertemu dengan Komite Olimpiade Internasional (IOC) untuk membahas arah pembangunan olahraga Indonesia.
"Memang diawali dengan FIFA, nanti ada IOC, dan ada yang lainnya. Pembicaraan Bapak Presiden dengan Presiden Gianni jelas, Bapak Presiden bicara mengenai sepak bola Indonesia, tidak bicara mengenai negara lain," tegasnya.
Erick Thohir menjelaskan bahwa pembahasan utama adalah mengenai pengembangan sepak bola usia dini di Indonesia, termasuk rencana kehadiran FIFA Academy.
"Satu di antara pembicaraanya bagaimana FIFA Academy bisa ada di Indonesia. Karena ini sebagai sistem pembangunan untuk usia dini. FIFA akan mendorong kejuaraan dunia U-15 yang jumlahnya delapan lawan delapan. Jadi ini sistem yang baru," ungkap Erick Thohir.
Selain itu, ia menyatakan bahwa Indonesia selalu menghormati negara-negara Asia Tenggara yang berupaya memajukan olahraga mereka masing-masing.
"Jadi pembicaraan Presiden seperti itu. Lalu kami dari Kemenpora atau saya pribadi, kita tentu harus menghargai semua negara di Asia Tenggara ketika ingin olahraganya maju. Kita harus hargai," beber Erick Thohir.
Erick Thohir kembali memastikan bahwa Indonesia tidak terlibat dalam kasus naturalisasi Malaysia. Ia menyebut fokus pemerintah hanya pada kemajuan olahraga nasional.
"Kita tidak ikut campur dengan politik atau kebijakan masing-masing negara. Tapi mohon maaf kalau kami di Indonesia ingin olahraganya maju," ucap Erick Thohir.
"Ingin sepak bolanya bagus, ingin bulu tangkisnya bagus, pencak silatnya mendunia, olahraga-olahraga kita ingin maju, ya kita harus lakukan itu. Tapi kita tidak intervensi, tidak ikut campur isu-isu negara lain," tandasnya.