ThePhrase.id - Kabar tak menggembirakan datang dari Papua. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap bahwa keberadaan salju abadi di Puncak Jaya Wijaya, Papua, terancam punah akibat naiknya suhu bumi yang menyebabkan salju tersebut mencair setiap tahunnya.
Menurut BMKG, pada bulan Desember 2022, ketebalan es 'abadi' tersebut hanya tersisa 6 meter. Ini merupakan penurunan signifikan dari ketebalan 32 meter yang tercatat pada tahun 2010. Dengan demikian, terjadi pencairan es sekitar 5 meter setiap tahunnya.
Pencairan es ini disebabkan oleh perubahan iklim. BMKG menjelaskan bahwa peristiwa El Nino parah yang terjadi pada 2015-2016 di Indonesia memiliki kontribusi besar dalam melelehkan salju dengan lebih cepat.
"Fenomena El Nino tahun 2023 ini berpotensi mempercepat kepunahan tutupan es Puncak Jaya. Realitas ini memiliki dampak besar bagi berbagai aspek kehidupan di wilayah tersebut. Ekosistem yang ada di sekitar salju abadi menjadi rentan dan terancam," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Sabtu (26/8).
Ia menambahkan bahwa dampak perubahan iklim juga memberikan pengaruh signifikan terhadap hidup masyarakat adat lokal yang telah lama bergantung pada keseimbangan lingkungan dan sumber daya alam di daerah tersebut.
Dalam konteks ini, Dwikorita menyoroti urgensi semua pihak untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya merawat dan menjaga lingkungan. Ia menekankan bahwa usaha mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim perlu dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah, masyarakat, sektor swasta, dan pihak-pihak terkait lainnya.
Dalam rangka mengatasi tantangan ini, langkah-langkah seperti pengurangan emisi Gas Rumah Kaca dan penerapan sumber energi baru dan terbarukan menjadi sangat krusial dan harus segera dilaksanakan.
"Kita perlu terus menjaga dan mengendalikan laju kenaikan suhu dengan cara mentransformasikan energi fosil menjadi energi yang lebih ramah lingkungan. Dalam Dialog untuk Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional di BAPPENAS tanggal 21 Agustus yang lalu, BMKG merekomendasikan perlunya program yang lebih sistematis dan berkelanjutan untuk observasi/pemantauan terhadap parameter lingkungan," ujarnya.
Media Arab Saudi, Arab News, memberikan perhatian pada ancaman yang tengah menghantui Puncak Jaya Wijaya. Dalam artikel berjudul 'Melting faster than ever, Indonesia's little-known glacier may disappear by 2025', media ini menggambarkan gletser "yang jarang dikenal di Indonesia" yang mungkin akan menghilang pada awal tahun 2025.
"Salju di Puncak Jaya akan segera lenyap karena efek dari pemanasan global. Kenaikan suhu di puncak telah mengakibatkan salju tidak lagi mampu berubah menjadi gletser," ungkap Dodo Gunawan, Kepala Departemen Perubahan Iklim BMKG, dalam wawancara dengan Arab News.
Menurut Organisasi Meteorologi Dunia, gletser tropis menjadi indikator dan perekam yang sangat peka terhadap perubahan iklim.
Media Malaysia, The Star, juga mengangkat isu serupa dalam artikel berjudul 'Papua mountain to lose 'everlasting' snow by 2025'. Artikel ini juga mengutip sumber dari BMKG dan menyatakan bahwa puncak tertinggi yang terkenal di Indonesia akan segera kehilangan lapisan saljunya. [nadira]